Studi: Gangguan Tidur Perparah Gejala PPOK hingga Fatal

Bagi pasien PPOK, yuk, perbaiki kualitas tidur!

Sering diremehkan, tidur adalah hal yang penting untuk kesehatan. Hal ini berlaku terutama untuk mereka yang sudah memiliki kondisi penyerta, seperti penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), yang umumnya terbagi jadi bronkitis kronis dan/atau emfisema.

Pasien PPOK butuh kualitas tidur yang memadai. Jika tidak, maka ini bisa berbahaya. Tidak percaya? Untuk meyakinkanmu, studi terbaru membenarkan bahwa kualitas tidur yang buruk bisa berakibat fatal untuk pasien PPOK. Mari simak fakta selengkapnya berikut ini.

1. Libatkan ribuan pasien PPOK

Studi: Gangguan Tidur Perparah Gejala PPOK hingga Fatalilustrasi penyakit paru obstruktif kronis atau PPOK (nps.org.au)

Sementara tidur amat penting untuk pasien PPOK, tetapi masih sedikit riset yang mencari tahu hubungan antara kualitas tidur dan perburukan gejala. Dimuat dalam jurnal Sleep pada Juni 2022, para peneliti Amerika Serikat (AS) ingin mencari tahu bagaimana penurunan kualitas tidur bisa memengaruhi keparahan gejala PPOK.

Penelitian ini memantau 1.647 pasien PPOK (yang terbagi jadi perokok dan mantan perokok) berusia rata-rata 65 tahun yang termasuk dalam studi SPIROMICS yang didesain untuk memantau perkembangan PPOK dan menilai keampuhan pengobatan PPOK. Para peneliti memantau para pasien dalam kurun waktu 3 tahun.

2. Kualitas tidur yang buruk bisa memperparah PPOK hingga berakibat fatal

Selama 3 tahun tersebut, para peneliti mencatat frekuensi kekambuhan dan keparahan gejala PPOK yang butuh pengobatan. Insiden tersebut kemudian dibandingkan dengan data kualitas tidur yang dilaporkan secara mandiri oleh pasien.

Hasilnya, para peneliti mencatat bahwa dibanding pasien PPOK yang cukup tidur, pasien yang tak cukup tidur memiliki risiko kekambuhan gejala hingga 25 persen per tahun depan. Parahnya, jika kualitas tidur tak diperbaiki atau memburuk, risiko kekambuhan gejala PPOK naik hampir 95 persen di tahun berikutnya.

Selain tidak memperbaiki kualitas tidur, hal ini bisa menimbulkan keparahan gejala PPOK. Naiknya tingkat keparahan gejala bisa menyebabkan kerusakan paru-paru yang tak bisa diobati hingga meningkatkan risiko penyakit akan berkembang ke arah fatal.

"Dampak tersebut sama parahnya seperti sudah merokok 60 tahun, bukan 40 tahun," ujar pemimpin studi dari University of California San Francisco (UCSF), Aaron Baugh.

Baca Juga: 10 Tips Tidur Lelap untuk Pasien PPOK, Dijamin Pulas!

3. Kelompok minoritas menengah ke bawah bisa kena dampaknya

Dalam studi ini, sebanyak 80 persen adalah pasien kulit putih dan 14 persen berasal dari ras Afrika-Amerika. Studi ini mencatat bahwa pasien PPOK ras Afrika-Amerika memiliki kualitas tidur yang lebih buruk dibanding pasien berkulit putih, yaitu 63 persen banding 52 persen. Apa yang menyebabkannya?

Bough mengatakan bahwa kelompok Afrika-Amerika umumnya tinggal di daerah kumuh, sehingga kualitas tidur jadi tidak memadai. Selain itu, mereka juga tinggal di tempat tinggal sempit dan ditinggali beramai-ramai, tidur pada posisi yang tak mengenakkan, atau bekerja dengan jam kerja yang tak menentu sehingga memengaruhi kualitas tidur.

"Sementara faktor asuransi kesehatan dan bahaya senyawa yang terhirup penting dalam memperparah penyakit, kualitas tidur akan lebih penting seiring status sosial kelompok Afrika-Amerika ikut membaik," ujar Bough.

4. Pentingnya meningkatkan kualitas tidur

Studi: Gangguan Tidur Perparah Gejala PPOK hingga Fatalilustrasi susah tidur (pexels.com/TimaMiroshnichenko)

Ahli pulmonologi dan peneliti senior dari UCSF School of Medicine, Neeta Thakur, menekankan bahwa hingga saat ini, kualitas tidur masih dilewatkan saat memeriksa pasien PPOK. Padahal, dengan meningkatkan kualitas tidur, Neeta mengatakan bahwa keadaan pasien PPOK juga ikut meningkat.

"Kualitas tidur harus dipertimbangkan baik di klinik maupun komunitas luas, di mana faktor struktural yang berdampak pada kualitas tidur bisa diselesaikan," ujar Thakur.

Jadi, bagaimana bisa menjaga kualitas tidur tetap optimal untuk pasien PPOK? Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS (CDC) memberikan beberapa saran, seperti:

  • Tidur pada jam yang sama tiap malam dan bangun di jam yang sama tiap pagi (termasuk saat akhir pekan dan hari libur).
  • Buat lingkungan kamar optimal untuk tidur, seperti tidur dalam gelap atau cahaya redup, optimal untuk relaksasi, dan memastikan suhu kamar tidur sejuk.
  • Jangan gunakan perangkat elektronik sebelum tidur.
  • Jangan mengonsumsi makanan porsi besar, minuman/makanan berkafein, dan alkohol sebelum tidur.
  • Berolahraga rutin agar lebih mudah tidur pada malam hari, tetapi hindari olahraga berdekatan dengan waktu tidur.

Baca Juga: Cara Tidur dalam 10 Detik, 1 Menit, dan 2 Menit, yuk Praktikkan!

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya