Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Dyspraxia: Gejala, Penyebab, Perawatan, dan Komplikasi

ilustrasi dyspraxia atau dispraksia (readandspell.com)

Dyspraxia atau dispraksia adalah gangguan perkembangan saraf gerakan dan koordinasi di mana pesan yang dikirim dari otak ke otot terganggu. Ini sering diidentifikasi pada anak usia dini, tetapi juga dapat muncul di kemudian hari setelah mengalami penyakit atau cedera otak.

Kondisi ini dapat menyebabkan masalah dengan tugas-tugas seperti menulis tangan atau mengikat tali sepatu, atau dengan keterampilan motorik seperti menangkap atau mengendarai sepeda.

Di masa kanak-kanak, dyspraxia (juga dikenal sebagai gangguan koordinasi perkembangan atau developmental coordination disorder) biasanya mengacu pada gangguan ketika anak-anak tidak mengembangkan keterampilan motorik yang diharapkan untuk usia mereka, dilansir Healthdirect

Sementara beberapa anak mengatasi kondisi tersebut, sebagian besar terus mengalami kesulitan gerakan saat remaja dan dewasa. Perawatan bisa membantu mereka berfungsi lebih baik saat mereka tumbuh.

Pada orang dewasa, dyspraxia dapat terjadi setelah cedera otak atau stroke, atau sebagai gejala demensia.

Ada beberapa rujukan untuk kondisi ini, yaitu childhood apraxia of speech, developmental verbal dyspraxia, atau speech apraxia.

1. Penyebab

ilustrasi neuron motorik pada orang dengan dyspraxia (biologydictionary.net)

Penyebab spesifik dyspraxia masih belum diketahui. Namun, beberapa peneliti percaya mungkin ada hubungannya dengan variasi cara neuron di otak berkembang. Ini memengaruhi cara otak mengirim pesan ke seluruh tubuh. Itulah kenapa sulit untuk melakukan serangkaian gerakan dan kemudian sukses melakukannya, mengutip Healthline.

Ada beberapa faktor risiko untuk gangguan koordinasi perkembangan, yang mungkin termasuk:

  • Dyspraxia lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan
  • Lahir prematur
  • Berat badan lahir rendah
  • Penggunaan obat atau alkohol selama kehamilan
  • Riwayat keluarga dengan gangguan koordinasi perkembangan

Bukan hal yang aneh bagi seorang anak dengan dyspraxia untuk memiliki kondisi lain dengan gejala yang tumpang tindih. Beberapa di antaranya adalah:

  • Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), yang menyebabkan perilaku hiperaktif, sulit fokus, dan kesulitan duduk diam untuk waktu yang lama.
  • Gangguan spektrum autisme, gangguan perkembangan saraf yang mengganggu interaksi sosial dan komunikasi.
  • Childhood apraxia of speech, yang membuatnya sulit untuk berbicara dengan jelas.
  • Dyscalculia, kelainan yang membuat sulit memahami angka dan memahami konsep nilai dan kuantitas.
  • Disleksia, yang memengaruhi pemahaman membaca dan membaca.

Meskipun beberapa gejalanya sama, kondisi-kondisi di atas tidak melibatkan masalah keterampilan motorik halus dan kasar yang sama seperti dyspraxia.

Kondisi lain seperti cerebral palsy, distrofi otot, dan stroke dapat menyebabkan gejala fisik yang mirip dyspraxia. Itulah mengapa sangat penting untuk menemui dokter untuk mendapatkan diagnosis yang tepat.

2. Gejala

ilustrasi gejala dyspraxia (meridianbs.co.uk)

Jika bayi mengalami dyspraxia, orang tua mungkin melihat milestone yang tertunda, seperti keterlambatan dalam mengangkat kepala, berguling, dan duduk, meskipun anak-anak dengan kondisi ini pada akhirnya dapat mencapai tonggak pencapaiannya tepat waktu.

Tanda dan gejala lain dapat mencakup:

  • Posisi tubuh yang tidak biasa
  • Iritabilitas umum
  • Kepekaan terhadap suara keras
  • Masalah makan dan tidur
  • Gerakan lengan dan kaki tingkat tinggi

Saat anak tumbuh, orang tua mungkin juga mungkin akan melihat keterlambatan pada:

  • Merangkak
  • Berjalan
  • Pelatihan toilet
  • Makan sendiri
  • Berpakaian sendiri

Dyspraxia membuat sulit untuk mengatur gerakan fisik. Misalnya, seorang anak mungkin ingin berjalan melintasi ruang tamu sambil membawa buku sekolahnya, tetapi mereka tidak mampu melakukannya tanpa tersandung, menabrak sesuatu, atau menjatuhkan buku.

Tanda dan gejala lain mungkin termasuk:

  • Postur yang tidak biasa.
  • Kesulitan dengan keterampilan motorik halus yang memengaruhi menulis, karya seni, dan bermain dengan balok dan puzzle.
  • Masalah koordinasi yang membuat sulit untuk melompat, melangkahi, atau menangkap bola.
  • Mengepakkan tangan, gelisah, atau mudah bersemangat.
  • Makan dan minum berantakan.
  • Amarah.
  • Menjadi kurang fit secara fisik karena mereka menghindar dari aktivitas fisik.

Meskipun kecerdasan tidak terpengaruh, tetapi dyspraxia dapat mempersulit belajar dan bersosialisasi karena:

  • Rentang perhatian yang pendek untuk tugas-tugas yang sulit
  • Kesulitan dalam mengikuti atau mengingat instruksi
  • Kurangnya keterampilan organisasi
  • Kesulitan mempelajari keterampilan baru
  • Rendah diri
  • Perilaku tidak dewasa
  • Kesulitan berteman

Pada orang dewasa, dyspraxia bisa berbeda-beda pada tiap orang. Ada beberapa gejala potensial dan bisa berubah seiring waktu. Ini mungkin termasuk:

  • Postur tidak normal
  • Masalah keseimbangan dan gerakan, atau kelainan gaya berjalan
  • Koordinasi tangan-mata yang buruk
  • Kelelahan
  • Kesulitan mempelajari keterampilan baru
  • Masalah organisasi dan perencanaan
  • Kesulitan menulis atau menggunakan keyboard
  • Mengalami kesulitan dengan perawatan diri dan pekerjaan rumah tangga
  • Kecanggungan sosial atau kurang percaya diri

Dyspraxia tidak ada hubungannya dengan kecerdasan. Jika kamu mengalaminya, kamu mungkin lebih menonjol di bidang-bidang seperti kreativitas, motivasi, dan tekad. Gejala pada setiap orang bisa berbeda-beda.

3. Diagnosis

Ilustrasi koordinasi anak dengan dysprxia (coordikids.com)

Mengutip Medical News Today, diagnosis dyspraxia bisa dilakukan oleh psikolog klinis, psikolog pendidikan, dokter spesialis anak, atau terapis okupasi. Setiap orang tua yang mencurigai anaknya mengalami kondisi ini, segera periksakan anak ke dokter.

Saat melakukan penilaian, rincian akan diperlukan mengenai riwayat perkembangan anak, kemampuan intelektual, dan keterampilan motorik kasar dan halus:

  • Keterampilan motorik kasar: seberapa baik anak menggunakan otot-otot besar yang mengoordinasikan gerakan tubuh, termasuk melompat, melempar, berjalan, berlari, dan menjaga keseimbangan.
  • Keterampilan motorik halus: seberapa baik anak dapat menggunakan otot yang lebih kecil, termasuk mengikat tali sepatu, mengancingkan kancing, memotong bentuk dengan gunting, dan menulis.

Orang yang mengevaluasi anak perlu tahu kapan dan bagaimana milestone perkembangan anak, seperti berjalan, merangkak, dan berbicara tercapai. Anak akan dievaluasi untuk keseimbangan, sensitivitas sentuhan, dan variasi aktivitas berjalan.

4. Perawatan

ilustrasi terapi okupasi untuk dyspraxia (asdclinic.co.uk)

Seperti dijelaskan di laman Patient, perawatan untuk dyspraxia adalah untuk membantu anak mempelajari keterampilan yang mereka butuhkan, sering kali dengan memecah aktivitas kompleks menjadi aktivitas sederhana. Prinsip pengobatannya adalah latihan berulang yang membantu otak membuat koneksi saraf baru dan efektif.

Kita tahu bahwa sebagian besar tugas yang dapat dipelajari manusia, termasuk tugas fisik dan mental, dapat ditingkatkan dengan jenis latihan yang tepat. Beberapa orang berbicara tentang "aturan sepuluh ribu jam", yang menunjukkan bahwa kita bisa menjadi ahli dalam segala hal yang telah kita praktikkan selama sepuluh ribu jam.

Diagnosis dini dyspraxia pada anak berarti pengobatan (yang intinya diarahkan pada latihan dan peningkatan keterampilan motorik) dapat dimulai sejak dini. Ini akan membantu anak mengatasi dan mengelola kesulitan mereka, serta mengurangi dampak dari kondisi tersebut dengan membantu mereka mengejar ketertinggalan dengan teman sebayanya.

Perawatan biasanya akan melibatkan satu atau lebih orang dari tim profesional perawatan kesehatan yang sama yang terlibat dalam diagnosis dyspraxia, seperti:

  • Terapis okupasi: membantu anak melakukan aktivitas sehari-hari di rumah dan sekolah, seperti makan, berpakaian, dan memegang pena atau pensil untuk menulis.
  • Fisioterapis: membantu keterampilan motorik anak.
  • Terapis bicara dan bahasa: membantu anak berbicara dan berkomunikasi.
  • Psikolog pendidikan: dapat membantu jika anak mengalami kesulitan untuk berkembang di sekolah.
  • Pendekatan berbasis tugas yang disebut pelatihan motorik perseptual: melibatkan memberi anak serangkaian tugas yang berbeda untuk dipraktikkan.
  • Mempelajari alat musik: mungkin ini sulit bagi anak-anak dengan dyspraxia, tetapi ini mungkin mengapa kadang efektif (karena melibatkan latihan berulang dalam situasi di mana ia diizinkan untuk berbuat buruk dan membuat kesalahan). Misalnya, belajar bermain piano atau gitar mungkin tidak hanya menarik minat anak, tetapi juga mengembangkan keterampilan motorik, koordinasi, dan memori.

Perawatan apa pun yang ditawarkan kepada anak, penting bagi orang tua untuk mendorong mereka untuk berlatih. Karena, melalui tugas dan latihan berulang, "sambungan saraf" mereka akan menjadi efektif.

Anak juga akan mendapat manfaat dari ekstrakurikuler di sekolah. Penting bagi anak untuk terus didorong untuk melakukan hal-hal yang menurut mereka sulit, daripada dibiarkan menghindarinya.

5. Pencegahan

ilustrasi pencegahan dyspraxia (factdr.com)

Pencegahan dyspraxia cukup sulit karena penyebabnya sendiri tidak diketahui. Namun, untuk menurunkan risiko anak lahir dengan kondisi ini, orang tua harus menjaga kesehatan diri sendiri selama masa kehamilan, yaitu dengan:

  • Konsumsi makanan sehat disertai olahraga teratur.
  • Menghindari rokok dan minuman beralkohol.
  • Tidak mengonsumsi obat-obatan di luar saran dokter.
  • Rutin lakukan pemeriksaan ke dokter untuk mengetahui sedini mungkin kondisi anak saat masih di dalam janin.

6. Komplikasi yang bisa terjadi

ilustrasi komplikasi dyspraxia (drsrigada.co.uk)

Jika tidak diatasi dengan baik, orang-orang dengan dyspraxia dapat mengalami kondisi mental berupa:

  • Perundungan atau bullying
  • Sulit untuk bergaul dan berteman
  • Mengalami gangguan perilaku
  • Tidak memiliki kepercayaan diri
  • Emosi tidak stabil
  • Fobia
  • Tindakan obsesif kompulsif

Dyspraxia adalah gangguan koordinasi perkembangan. Kondisi seumur hidup ini memengaruhi keterampilan motorik kasar dan halus dan terkadang fungsi kognitif.

Kondisi ini tidak sama dengan gangguan intelektual. Orang dengan dyspraxia bisa memiliki kecerdasan rata-rata atau di atas rata-rata.

Walaupun tidak ada obatnya, tetapi dyspraxia bisa berhasil dikelola. Dengan terapi yang tepat, orang dengan gangguan ini bisa meningkatkan keterampilan organisasi dan motorik, sehingga bisa menjalani hidup secara maksimal.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nurulia R F
Bella Manoban
3+
Nurulia R F
EditorNurulia R F
Follow Us