Emotional Detachment Disorder: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Setiap orang pernah mengalami momen saat dirinya bergumul dengan beragam perasaan, baik itu senang, sedih, marah, kecewa, dan sebagainya. Ini terjadi karena beragam faktor dan sifatnya bisa positif atau negatif. Bicara perihal perasaan, tentu erat kaitannya dengan objek yang menjadi sasaran, yakni diri sendiri maupun orang lain.
Namun, bagaimana jadinya jika seseorang tidak lagi mampu mengidentifikasi suatu perasaan? Bahkan, ekstremnya lagi tidak dapat mengekspresikan emosi sebagaimana hakikat keberadaannya. Kondisi demikian bisa mengarah pada indikasi masalah psikologis yang dikenal dengan emotional detachment disorder (EDD) atau gangguan pelepasan emosi.
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut ini akan dijabarkan secara rinci perihal emotional detachment disorder. Simak penjelasannya sampai akhir, ya!
1.Apa yang dirasakan individu dengan emotional detachment disorder?

Orang dengan EDD rentan merasa dirinya buruk atau menganggap tidak ada orang yang peduli padanya.
Pada kasus EDD yang terjadi di kalangan anak-anak, mereka cenderung memperlihatkan kecemasan secara konstan, tidak mampu merespons stresor (penyebab stres) dari luar, serta tidak dapat mengenali kondisi aman.
Dengan demikian, sangat penting bagi orang tua untuk menunjukkan sikap tenang dan mencurahkan empati untuk meredam ketakutan dan kecemasan anak.
Orang dengan EDD juga sering kali dianggap orang-orang di sekitarnya kurang bisa berempati pada orang lain. Keinginan untuk berinteraksi mungkin terbesit dalam benak, tetapi lagi-lagi ketidakmampuan untuk terhubung dan mengekspresikan perasaan menjadi penghalang. Dampaknya kemudian memengaruhi cara mereka memberikan respons umum yang tepat.
2.Gejala

Beberapa gejala umum EDD ditunjukkan dengan beberapa perilaku khas seperti yang tertera di bawah ini:
- Mati rasa.
- Lebih suka menyendiri.
- Tidak mampu mengekspresikan emosi.
- Tidak mampu mengidentifikasi emosi diri sendiri.
- Tidak menyadari bahwa tindakan yang diperlihatkan dianggap kasar dan kurang sopan.
- Menghindari situasi yang membutuhkan pengekspresian emosi.
- Kesulitan menumbuhan rasa empati kepada orang lain.
Penting untuk dipahami bahwa EDD bukan termasuk gangguan kesehatan mental yang berdiri sendiri, tetapi bisa menjadi gejala dari beberapa kondisi mental tertentu.
3.Penyebab

Ada beragam faktor yang menyebabkan seseorang mengalami EDD, di antaranya:
- Pengalaman buruk: trauma masa lalu akibat kekerasan, pelecehan, atau pengabaian dapat menyebabkan seseorang mengembangkan EDD. Bahkan, menurut studi dalam Harvard Review of Psychiatry 2014, anak-anak yang tumbuh dalam keluarga yang penuh konflik dapat menggunakan EDD sebagai cara untuk mengatasinya.
- Kondisi kesehatan mental: depresi, gangguan kepribadian, gangguan bipolar, dan gangguan stres pascatrauma (PTSD) bisa memengaruhi perkembangan emotional detachment disorder.
- Efek samping obat-obatan tertentu: konsumsi obat antidepresan seperti selective serotonin reuptake inhibitor bisa memicu efek samping berupa EDD. Masalah gangguan penggunaan zat juga bisa menjadi pemicu
- Mempraktikkan emotional detachment secara sadar: maksudnya adalah ketika seorang individu memutuskan melepaskan emosi sebagai cara untuk mengatasi stres, mengurangi perasaan cemas, dan menetapkan batasan, hal ini bisa jadi mekanisme coping sementara yang positif. Namun, berbeda halnya jika situasi tersebut sudah berubah menjadi pola perilaku yang berlebihan dan kemudian memengaruhi hubungan dengan orang lain.
4.Diagnosis dan pengobatan

Untuk mengatasi EDD, mula-mula dokter akan melakukan evaluasi menyeluruh mengenai gejala yang ditunjukkan pasien, melakukan diagnosis, lalu menetapkan rencana perawatan.
Jika EDD memiliki kaitan dengan kondisi kesehatan mental lain, seperti gangguan kepribadian atau PTSD, dokter mungkin akan merekomendasikan bentuk perawatan khusus untuk meringankan gejala.
Adapun bentuk perawatan yang biasa dilakukan guna mengatasi EDD adalah pemberian obat-obatan dan pendekatan psikoterapi. Ada dua jenis psikoterapi untuk membantu mengatasi EDD, yakni:
- Terapi perilaku kognitif: berupa penerapan mekanisme coping baru untuk mengembangkan keterampilan emosional yang lebih sehat.
- Terapi penerimaan dan komitmen: bertujuan untuk menyadarkan dan membantu mengendalikan emosi.
5.Pencegahan

EDD sangat memengaruhi kehidupan sehari-hari, terlebih menyangkut hubungan dengan orang terdekat, seperti pasangan, orang tua, kerabat, dan sahabat. Jika saat ini kamu menyadari sinyal pelepasan emosi yang tidak sehat, ada baiknya segera melakukan upaya preventif timbulnya EDD.
Beberapa opsi yang bisa dilakukan di antaranya:
- Mempraktikkan mindfulness.
- Memperkuat hubungan yang positif dengan orang-orang terdekat.
- Membuka diri secara emosional dengan orang lain yang bersedia meluangkan waktu dan dapat memahami.
Orang yang mengembangkan emotional detachment disorder bisa kesulitan dalam membangun hubungan yang sehat dengan orang di sekitarnya. Alhasil, kehidupan sehari-hari akan sangat terdampak.
Bila kamu merasakan indikasi gangguan mental, terlebih sudah memengaruhi pola tidur, kebiasaan makan, ledakan amarah, penarikan diri dari lingkungan sosial, dan kinerja menjadi buruk, sebaiknya segera berkonsultasi dengan ahli kesehatan mental untuk mendapatkan solusi dan perawatan terbaik.
Selain itu, penting juga untuk selalu terhubung dengan orang-orang yang menyayangi dan mendukungmu, ya.