Kejang Absans: Penyebab, Gejala, Komplikasi, dan Pengobatan

Tipe kejang yang lebih sering terjadi pada anak-anak

Kejang absans atau absence seizure atau juga dikenal sebagai petit mal seizure adalah kejang yang lebih sering terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa.

Kejang absans merupakan penurunan kesadaran yang berlangsung singkat dan terjadi secara tiba-tiba. Orang dengan kondisi ini mungkin terlihat seperti sedang bengong atau memiliki tatapan kosong selama beberapa detik hingga akhirnya mendapatkan kembali tingkat kewaspadaan normalnya.

Untuk mengetahui lebih banyak tentang kejang absans, simak informasi berikut sampai habis, ya!

1. Apa itu kejang absans?

Kejang Absans: Penyebab, Gejala, Komplikasi, dan Pengobatanilustrasi kejang absans (omicsonline.org)

Layaknya jenis kejang lainnya, kejang absans terjadi karena aktivitas listrik abnormal singkat di otak. Kejang absans akan menyebabkan periode bengong yang singkat. Jenis kejang ini biasanya tidak menyebabkan cedera fisik. Kejang ini umum terjadi pada anak, dan beberapa anak dengan kejang absans umumnya mengalami jenis kejang lainnya pula.

Dilansir Epilepsy Foundation, kejang absans adalah kejang onset umum. Artinya, kejang ini dimulai di kedua sisi otak pada saat yang bersamaan. Kejang absans biasanya hanya memengaruhi kesadaran seseorang tentang apa yang terjadi pada saat itu saja. Pemulihannya cenderung berlangsung dengan cepat.

Kejang absans memiliki dua jenis yang bisa terlihat sedikit berbeda, yaitu kejang absans tipikal dan kejang absans atipikal. Keduanya memiliki durasi singkat dan orang kerap tidak menyadari kondisi ini pada awalnya.

Kejang absans datang dan pergi begitu cepat, hingga kadang kondisi ini bisa disalahartikan sebagai lamunan sederhana atau bengong biasa.

2. Gejala

Kejang Absans: Penyebab, Gejala, Komplikasi, dan Pengobatanilustrasi kejang absans pada anak (geisinger.org)

Gejala khas kejang absans yang sederhana adalah tatapan kosong atau bengong sesaat. Ini mungkin berlangsung sekitar 10- 20 detik tanpa kebingungan, sakit kepala, atau kantuk sesudahnya. Mengutip Mayo Clinic, berbagai tanda dan gejala kejang absans lainnya mungkin mencakup:

  • Tiba-tiba berhenti bergerak tanpa jatuh
  • Mengecap bibir
  • Kelopak mata bergetar
  • Gerakan mengunyah
  • Menggosok jari
  • Gerakan kecil kedua tangan

Setelah periode kejang selesai, tidak akan ada ingatan tentang kejadian kejang tersebut. Sebagian orang mengalami episode kejang ini beberapa kali setiap harinya, sehingga ini akan mengganggu sekolah atau kegiatan sehari-hari.

Untuk membantu mengenali gejala kejang absans, penurunan kemampuan belajar anak bisa jadi pertanda dari gangguan ini. Selain itu, guru juga mungkin berkomentar atau melaporkan bahwa anak sering melamun atau ketidakmampuan anak dalam memperhatikan saat belajar.

Baca Juga: Overuse Syndrome: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan

3. Penyebab kejang

Kejang Absans: Penyebab, Gejala, Komplikasi, dan Pengobatanilustrasi aktivitas listrik abnormal di otak (stanfordchildrens.org)

Tubuh manusia bergantung pada otak untuk berbagai fungsi tubuh. Sel-sel saraf di otak akan mengirim sinyal listrik dan kimia satu sama lain untuk berkomunikasi. Nah, kejang terjadi sebagai akibat dari perubahan abnormal aktivitas listrik di otak seseorang.

Selama kejang absans terjadi, sinyal listrik otak mungkin berlangsung berulang kali. Pengidap juga mungkin telah mengalami perubahan tingkat neurotransmiter, yang merupakan pembawa pesan kimia yang membantu sel-sel otak berkomunikasi, dilansir Healthline.

Meski para peneliti tidak mengetahui penyebab spesifik dari kejang absans, tetapi komponen genetik tertentu bisa jadi berpotensi dalam mengakibatkannya. Berdasarkan tinjauan ilmiah berjudul “Absence epilepsy: Continuum of clinical presentation and epigenetics?” dalam European Journal of Epilepsy tahun 2016, ditemukan adanya beberapa mutasi gen pengode saluran ion yang bisa berkontribusi pada berkembangnya kondisi kejang absens pada sejumlah keluarga.

4. Faktor risiko

Kejang Absans: Penyebab, Gejala, Komplikasi, dan Pengobatanilustrasi anak-anak (freepik.com/jcomp)

Ada sejumlah faktor risiko untuk kejang absans, yang meliputi:

  • Usia: kejang absans paling sering terjadi pada anak berusia 4 hingga 12 tahun. Puncak dari kondisi ini diperkirakan terjadi pada usia 6 hingga 7 tahun.
  • Pemicu: hiperventilasi atau lampu berkedip dapat memicu kejang absans pada sejumlah orang.
  • Jenis kelamin: kejang ini lebih sering terjadi pada anak perempuan daripada anak laki-laki.
  • Riwayat dalam keluarga: memiliki riwayat keluarga dengan epilepsi akan meningkatkan risiko alami juvenile absence epilepsy (JAE), yakni sindrom sindrom epilepsi yang ditandai dengan kejang absans dan kejang tonik klonik. Sekitar 41,8 persen anak dengan JAE memiliki riwayat epilepsi dalam keluarga mereka.

5. Diagnosis

Kejang Absans: Penyebab, Gejala, Komplikasi, dan Pengobatanilustrasi EEG pada anak (gillettechildrens.org)

Semisal anak mengalami kejang, segera temui ahli saraf anak. Dalam melakukan diagnosis, ahli saraf biasanya akan mengajukan berbagai pertanyaan tentang apa yang terjadi selama kejang serta melakukan pemeriksaan fisik, dilansir KidsHealth.

Guna mengidentifikasi jenis kejang yang dialami, dokter bisa memesan tes seperti:

  • Tes darah dan tes urine untuk melihat adanya infeksi atau penyakit.
  • EEG atau electroencephalography untuk mengukur aktivitas gelombang otak.
  • VEEG atau video electroencephalography (EEG dengan perekaman video).
  • Pemindaian CAT, MRI, dan PET/MRI untuk memperoleh gambar otak yang detail.

6. Pengobatan

Kejang Absans: Penyebab, Gejala, Komplikasi, dan Pengobatanilustrasi obat-obatan (freepik.com/jcomp)

Kebanyakan kasus kejang absans bisa diobati dengan obat antikejang. Perawatan pada anak yang biasa direkomendasikan adalah obat seperti ethosuximide, lamotrigin, asam valproat, atau divalproex sodium.

Menurut Epilepsy Foundation, sekitar 7 dari 10 anak dengan kejang absans dapat mengendalikannya pada usia 18 tahun. Seandainya hal ini terjadi, pengobatan mungkin tidak diperlukan lagi saat mereka sudah dewasa.

Anak yang mulai mengalami kejang absans sebelum usia 9 tahun juga memiliki potensi yang lebih besar untuk mengatasi kondisi ini dibanding anak yang kejang absansnya baru dimulai setelah usia 10 tahun.

Namun demikian, sejumlah anak lainnya mungkin memerlukan obat antikejang dalam jangka panjang. Untuk lebih jelasnya, pastikan untuk mempelajari risiko, perawatan, dan prospek masa depan penderita kejang dengan berkonsultasi pada ahli saraf.

7. Komplikasi yang bisa terjadi

Kejang Absans: Penyebab, Gejala, Komplikasi, dan Pengobatanilustrasi kejang absans menyebabkan kesulitan belajar (freepik.com/photoroyalty)

Sebagian besar pengidap dapat mengatasi kejang absans, sementara beberapa lainnya mungkin harus minum obat antikejang sepanjang hidup untuk mencegah kejang atau mengembangkan kejang di seluruh tubuh seperti kejang tonik klonik di kemudian hari.

Selain itu, beberapa komplikasi lain yang mungkin terjadi bisa berupa:

  • Kesulitan belajar
  • Masalah perilaku
  • Isolasi sosial

8. Pencegahan

Kejang Absans: Penyebab, Gejala, Komplikasi, dan Pengobatanilustrasi anak tidur cukup (freepik.com/freepik)

Kejang merupakan kondisi yang tidak bisa disembuhkan sepenuhnya. Mengonsumsi obat-obatan sesuai resep dokter adalah salah satu cara terbaik dalam mengelola kejang absans.

Tak hanya itu, berbagai perubahan gaya hidup juga bisa membantu mencegahnya terjadi. Seperti dipaparkan di laman Johns Hopkins Medicine, beberapa upaya tersebut dapat termasuk:

  • Memperoleh waktu tidur yang cukup setiap harinya
  • Menemukan cara terbaik untuk mengelola stres
  • Mengonsumsi makanan yang sehat
  • Berolahraga secara teratur

Sebagian besar orang dengan kejang absans mampu hidup aktif dengan obat-obatan dan perubahan gaya hidup lainnya. Namun, kadang beberapa aktivitas bisa berbahaya karena risiko hilangnya kesadaran untuk sementara waktu akibat kondisi tersebut.

Saat kejang absans kambuh, ini bisa menyebabkan kecelakaan atau tenggelam saat penderitanya sedang mengemudi atau berenang. Karenanya, ikuti selalu pengobatan dan semua anjuran dari dokter, ya.

Baca Juga: 6 Perawatan Epilepsi untuk Mengurangi dan Mengendalikan Kejang

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya