Periostitis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan

Tak selalu bisa dicegah, tetapi risikonya bisa dikurangi

Periostitis atau juga dikenal sebagai periostalgia adalah peradangan atau inflamasi yang terjadi pada periosteum, pita jaringan yang mengelilingi tulang.

Kebanyakan kasus periostitis merupakan kondisi yang jinak dan bersifat ringan. Akan tetapi, periostitis juga dapat disebabkan oleh infeksi serius, sehingga perlu perawatan intensif tertentu. Untuk lebih mengetahui tentang periostitis, simak ulasan berikut.

1. Jenis

Terdapat dua jenis perisotitis, yakni periostitis kronis dan periostitis akut. Jenis yang paling umum adalah periostitis kronis, yang merupakan kondisi peradangan periosteum akibat trauma atau stres pada tulang.

Salah satu kondisi umum yang termasuk ke dalam periostitis kronis adalah shin splints, yang biasa terjadi pada banyak pelari.

Dilansir UCONN Health, periostitis kronis berbeda dengan fraktur stres atau shin splints, sehingga perlu dibedakan. Meski begitu, kondisi ini sering kali sulit dibedakan dengan shin splints karena kemiripannya.

Sementara itu, periostitis akut lebih jarang terjadi. Namun, kondisi ini bisa sangat menyakitkan dan jauh lebih berbahaya dibanding periostitis kronis. Bahkan, jenis ini bisa menyebabkan nekrosis, yaitu kematian jaringan hidup di sekitar tulang.

2. Penyebab

Periostitis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi bakteri Staphylococcus (wikimedia.org/scientificanimations)

Berdasarkan jenisnya, periostitis akut dan kronis memiliki penyebab yang berbeda. Periostitis akut berkembang dari berbagai infeksi di bagian tubuh lainnya. Beberapa infeksi yang dapat sebabkan periostitis akut, dilansir Healthline, meliputi:

  • Infeksi saluran kemih (ISK) atau penyakit menular seksual seperti sifilis.
  • Adanya luka atau borok kronis, seperti pada orang-orang dengan diabetes mereka yang tidak menggerakkan tubuh (misalnya kelumpuhan) karena adanya ulkus tekanan, yaitu kondisi jaringan yang rusak akibat tekanan langsung pada kulit dan akibat gesekan.
  • Penyakit autoimun tertentu.
  • Leukemia dan beberapa kanker dan gangguan darah.
  • Periostitis proliferatif atau ostemielitis, yang merupakan jenis infeksi tulang. Staphylococcus dan berbagai bakteri sejenis lainnya biasanya adalah penyebabnya.

Penyebab periostitis kronis biasanya adalah stres atau trauma berulang pada tulang. Hal ini dapat terjadi karena aktivitas fisik yang dilakukan secara berlebihan, sehingga menyebabkan peradangan yang terjadi pada jaringan sekitar tulang.

3. Gejala

Periotitis akut karena infeksi dapat memiliki berbagai gejala seperti:

  • Rasa sakit yang hebat.
  • Kesulitan menahan beban pada anggota tubuh yang terkena.
  • Pembentukan nanah.
  • Demam.
  • Panas dingin.
  • Pembengkakan jaringan di sekitar tulang.

Periostitis kronis juga memiliki gejala seperti pembengkakan, peradangan, serta gejala serupa lainnya.

Bedanya dengan periostitis akut, pada periostitis kronis, tulang yang terkena juga terasa nyeri apabila disentuh. Kemudian, orang dengan periostitis kronis mungkin tidak terlihat sakit seperti mereka yang mengalami periostitis akut.

Pada umumnya, periostitis sering memengaruhi tulang di kaki, tetapi beberapa kasus juga dapat terjadi di tulang panjang pada lengan dan tulang belakang.

Baca Juga: Parafimosis: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan

4. Faktor risiko

Periostitis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi letih akibat aktivitas fisik berlari (freepik.com/master1305)

Faktor risiko periostitis akut dapat meliputi:

  • Infeksi sistemik, terutama infeksi aliran darah.
  • Operasi penggantian sendi atau jenis lain dari operasi ortopedi.
  • Sirkulasi darah yang buruk atau tidak lancar. Biasanya, hal ini disebabkan oleh aterosklerosis, diabetes, luka tekan, atau bisul.
  • Patah tulang atau fraktur terbuka, yakni kondisi patah tulang yang menembus kulit sehingga tulang terpapar oleh kuman dari kulit atau lingkungan sekitar.

Sementara itu, faktor risiko periostitis kronis biasanya berhubungan dengan kegiatan latihan atau aktivitas fisik intensitas tinggi. Beberapa orang yang lebih berisiko terkena periostitis kronis adalah pelari, penari, tentara, dan siapa saja yang sangat aktif melakukan aktivitas fisik. Kemudian, meningkatkan intensitas dan durasi latihan atau olahraga secara tiba-tiba juga meningkatkan risiko periostitis kronis.

Ada pula faktor risiko periostitis kronis yang dapat disebabkan oleh penyakit tertentu, yakni penyakit Osgood-Schlatter. Penyakit ini biasa terjadi pada anak-anak dalam masa pertumbuhan dan kondisi ini menyebabkan nyeri dan pembengkakan pada tulang kering proksimal.

5. Diagnosis

Dilansir WebMD, cara diagnosis periostitis akut dapat dilakukan dengan pemindaian tulang untuk melihat masalah tulang dan menentukan tingkat keparahan infeksinya. Pemeriksaan darah atau kultur bakteri juga dapat dilakukan agar dapat menentukan pilihan pengobatan yang sesuai.

Untuk mendiagnosis periostitis kronis, dokter mungkin akan menanyai gejala yang dirasakan dan kemudian melakukan pemeriksaan visual pada area yang mengalami gejala. Selanjutnya, tes tambahan seperti sinar-X juga dapat dilakukan guna mendapat gambaran yang lebih jelas.

6. Pengobatan

Periostitis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi obat-obatan (IDN Times/Aditya Pratama)

Pada periostitis akut, antibiotik biasanya digunakan untuk mengobati infeksi. Bila terdapat nanah dan cairan, ini perlu dikeringkan melalui pembedahan. Kemudian, jaringan tulang yang mengalami nekrosis akibat infeksi juga harus dibuang guna mencegah penyebaran infeksi. Perawatan periostitis akut mungkin dapat berlangsung selama beberapa hari hingga beberapa minggu, sebab antibiotik terkadang sulit mencapai tulang.

Sementara itu, periostitis kronis dapat diobati dengan istirahat dan kompres dengan es. Bila tidak berhasil, terapi fisik mungkin diperlukan untuk kondisi yang lebih serius. Namun, pada umumnya mengistirahatkan area tulang yang mengalami gejala sudah cukup untuk mengobati kondisi ini.

7. Pencegahan

Periostitis akut mungkin tidak dapat atau sulit dihindari bila bakteri sudah masuk dan menginfeksi tulang. Akan tetapi, semua orang dapat mengurangi risiko terkena kondisi ini dengan:

  • Mengelola gula darah dengan baik jika memiliki diabetes.
  • Tidak merokok atau berhenti merokok.
  • Mengelola berat badan dengan baik.
  • Menerapkan pola makan yang baik untuk dapat mengatur tekanan darah dan kolesterol.
  • Menghindari luka, goresan, dan paparan orang yang memiliki penyakit menular.

Mencegah periostitis kronis dapat dilakukan dengan menghindari aktivitas fisik yang dilakukan secara diforsir atau berlebihan. Saat berolahraga atau beraktivitas, selalu perhatikan gejala atau rasa sakit yang dapat mengindikasikan periostitis, terutama bila rasa sakit terasa di persendian, tulang panjang lengan, atau kaki.

Kedua jenis periostitis memiliki penyebab, gejala, perawatan, dan pencegahan yang berbeda. Periostitis akut lebih berbahaya, sehingga benar-benar harus diwaspadai dan harus segera ditangani. Namun, periostitis kronis yang relatif tidak terlalu berbahaya pun juga tak boleh diremehkan. Bila kamu mengalami gejala-gejala yang mengarah ke kondisi ini, sebaiknya segera temui dokter.

Baca Juga: 6 Fakta Shin Splints, Cedera Tulang Kering karena Aktivitas Berlebih

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya