Hampir 90 Persen Anak di Jawa Kadar Timbalnya Melebihi Batas WHO

Timbal adalah salah satu logam berat yang berbahaya bagi kesehatan. Penggunaannya yang meluas mengakibatkan kontaminasi lingkungan sehingga menyebabkan paparan pada manusia.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sumber kontaminasi lingkungan berasal dari kegiatan pertambangan, peleburan, manufaktur dan daur ulang, serta penggunaan timbal dalam berbagai macam produk.
Beberapa waktu lalu, peneliti dari Universitas Indonesia melakukan diseminasi hasil penelitian tentang paparan timbal. Hasilnya, ditemukan bahwa hampir 90 persen anak yang diteliti memiliki kadar timbal darah melebihi batas rekomendasi WHO.
1. Penelitian terkait paparan timbal

Penelitian terkait paparan timbal yang dialami warga di lima desa di Indonesia telah dilakukan bulan Mei sampai Agustus 2023. Penelitian ini merupakan kolaborasi antara Occupational and Environmental Health Research Center (OEHRC), IMERI FKUI, dan Yayasan Pure Earth Indonesia.
Menurut Direktur IMERI-Fakultas Kedokteran (FK) UI, Prof. dr. Badriul Hegar, Ph.D., SpA(K), penelitian tentang paparan timbal penting dilakukan karena timbal merupakan neurotoksin berbahaya.
Paparan timbal dapat menyebabkan masalah kesehatan, seperti cacat lahir, kerusakan otak, kardiovaskular, dan ginjal.
2. Hampir 90 persen anak memiliki kadar timbal darah melebihi batas rekomendasi WHO

Penelitian dilakukan di lima desa, yaitu Desa Kadu Jaya (Tangerang), Desa Cinangka (Bogor), Desa Cinangneng (Bogor), Desa Pesarean (Tegal), dan Desa Dupak (Surabaya).
Berdasarkan kajian Kadar Timbal Darah (KTD) pada anak-anak di lima desa di Pulau Jawa tersebut menunjukkan, hampir 90 persen anak memiliki KTD melebihi batas rekomendasi WHO.
Selain itu, 3,4 persen di antaranya, atau 19 anak, membutuhkan terapi.
Kajian terhadap lebih dari 500 responden anak usia 12–59 bulan menunjukkan bahwa anak yang memiliki KTD≥20 mikrogram per desiliter (µg/dL), sebanyak 34 persen di antaranya mengalami anemia.
Sementara itu, anak dengan KTD≥20 µg/dL yang disertai anemia, sekitar 14 persennya mengalami keterlambatan tumbuh kembang.
Anak dengan KTD≥20 µg/dL dan anemia berisiko empat kali lipat mengalami keterlambatan tumbuh kembang.
3. Kadar timbal yang tinggi pada anak dipengaruhi oleh orang tua dan cemaran timbal pada tanah

Selain meneliti kadar timbal darah, para peneliti juga mencari potensi sumber paparan dengan menganalisis tempat tinggal.
Pengambilan sampel dilakukan untuk menguji kadar timbal pada tanah, cat tembok, debu, air, udara, bumbu masakan, alat masak, tempat tidur, pakaian, hingga mainan anak.
Hasilnya, tingginya KTD pada anak dipengaruhi oleh orang tua yang memiliki KTD tinggi dan cemaran timbal pada tanah di tempat bermain anak. Cemaran ini bisa berasal dari aktivitas industri, salah satunya ialah daur ulang aki bekas yang tidak sesuai standar.
Timbal dapat masuk ke tubuh melalui sistem pernapasan, pencernaan, dan kulit. Paparan yang terjadi terus-menerus dapat meningkatkan kadar timbal darah yang dapat menimbulkan keracunan timbal dan masalah kesehatan.
WHO sendiri telah menetapkan KTD 5 µg/dL sebagai penanda sumber pajanan lingkungan yang perlu diwaspadai. Oleh sebab itu, disarankan agar KTD tidak melebihi angka tersebut, sementara KTD 45 µg/dL merupakan batas untuk pertimbangan pemberian terapi.
4. Temuan kadar timbal darah pada anak harus segera ditangani

Guru Besar Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI, Prof. dr. Muchtaruddin Mansyur, M.S., SpOk(K), Ph.D, yang ikut serta dalam penelitian ini, menyebutkan bahwa temuan kadar timbal darah pada anak dalam penelitian merupakan keadaan mendesak untuk ditangani.
Penanganan yang terlambat dapat memengaruhi kualitas generasi mendatang, karena tumbuh kembang anak akan terhambat, serta peningkatan angka penyakit jantung dan penyakit kronis lainnya.
Masyarakat diimbau agar mengetahui apa saja yang berpotensi menjadi sumber paparan timbal dan melakukan upaya pencegahan.
Pada tingkat rumah tangga, perlu menjaga pola hidup bersih dan sehat dengan mencuci tangan sebelum makan, menggunakan alas kaki saat bermain atau ke luar rumah, berganti pakaian setelah beraktivitas di luar rumah, serta memberi anak ASI eksklusif dan makanan bergizi seimbang.
Jika anak memiliki keluhan akibat paparan timbal, anggota keluarga harus membawanya ke fasilitas kesehatan terdekat agar mendapat penanganan medis yang tepat.
Dari hasil penelitian, sebagian besar anak memiliki kadar timbal darah melebihi batas rekomendasi WHO. Paparan timbal pada anak dapat mengganggu tumbuh kembang anak. Kontaminasi dari aktivitas daur ulang aki bekas yang tidak sesuai standar dapat mencemari tanah sehingga menjadi sumber paparan timbal.