ADHD Paralysis: Gejala, Jenis, dan Penanganan

Fenomena umum pada orang dengan ADHD

Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) atau gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas merupakan representasi dari kondisi mental yang menyebabkan seseorang sulit fokus pada suatu hal. Kondisi ini sering kali dikaitkan dengan keadaan hiperaktif. Ciri khasnya, seseorang terlalu banyak bergerak dan saat berbicara cenderung cepat.  

ADHD bisa menjadi tantangan tersendiri, apalagi jika orang dengan kondisi ini memiliki banyak energi namun kesulitan untuk menyalurkannya. Situasi ini menyebabkan mereka terjebak dalam "keadaan yang tidak bisa bergerak". Dalam dunia kesehatan, situasi ini dikenal dengan istilah ADHD paralysis atau kelumpuhan ADHD. 

Secara umum, ADHD paralysis terjadi saat orang dengan ADHD merasa terbebani oleh situasi yang dirasakannya. Hal ini membuat otak menjadi tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

1. Definisi

ADHD Paralysis: Gejala, Jenis, dan Penangananilustrasi orang dengan ADHD (pexels.com/cottonbro studio)

Sebenarnya ADHD paralysis bukan diagnosis resmi yang berdiri sendiri. Label tersebut merupakan salah satu gambaran umum dari pengalaman pasien ADHD. Perlu dipahami bahwa orang dengan ADHD lebih rentan "kewalahan" secara fisik, mental, bahkan emosionalnya. Bahkan, otak orang dengan ADHD bereaksi secara berbeda terhadap paparan stresor (pemicu stres).

Otak orang dengan ADHD sering kali kesulitan dalam menentukan prioritas, sering kali merasakan hal yang tidak dilakukan kala itu menjadi hal yang sebenarnya harus dilakukan. Perasaan ini terasa kuat sehingga membuat orang dengan ADHD justru tidak mampu fokus. Akibatnya, mereka memutuskan untuk "diam", entah duduk atau berbaring, berharap nantinya mereka mau memulai melakukan sesuatu.

2. Gejala

ADHD Paralysis: Gejala, Jenis, dan Penangananilustrasi pasien ADHD (pexels.com/Liza Summer)

ADHD paralysis menyebabkan seseorang menghindari tanggung jawab. Inilah mengapa, orang dengan ADHD yang sedang dalam fase paralisis cenderung menunda pekerjaannya. Mereka berpikir kalau pekerjaan yang harus dikerjakannya tidak menarik. Hal ini direspons oleh otak sehingga membuatnya memilih untuk menghindar. 

ADHD paralysis bisa termanifestasi ke dalam beberapa gejala, mencakup:

  • Melakukan penghindaran terhadap tugas.
  • Menunda mengambil keputusan penting.
  • Tidak yakin dan kesulitan memulai suatu hal.
  • Merasa pikiran kosong setiap kali ingin bertindak.
  • Lebih sering memikirkan masalah yang terkadang belum ada.
  • Tidak mampu memaksa tubuh bereaksi, padahal ada keinginan untuk berbicara atau bergerak.

Baca Juga: Studi: Konsumsi Sayur dan Buah Bantu Anak dengan ADHD

3. Penggambaran kondisi dari perspektif medis

ADHD Paralysis: Gejala, Jenis, dan Penangananilustrasi pasien ADHD (pexels.com/Ivan Samkov)

ADHD paralysis diduga kuat berhubungan dengan ketidakseimbangan dopamin yang bisa diamati melalui kondisi otak penderitanya. Ini dibuktikan melalui studi dalam jurnal JAMA (2009). Dipaparkan bahwa kadar dopamin yang rendah pada orang dengan ADHD bisa menurunkan tingkat motivasi secara signifikan.

Di dalam otak pada tahun 2009 ADHD, kadar dopamin yang rendah memengaruhi motivasi untuk bertindak. Mereka bahkan tidak goyah dengan iming-iming reward, berbeda dengan orang pada umumnya yang biasanya akan tergugah motivasinya untuk bertindak, apalagi kalau ada unsur reward. 

4. Jenis

ADHD Paralysis: Gejala, Jenis, dan Penangananilustrasi ADHD paralysis (pexels.com/Anastasiya Vragova)

Paralisis termasuk bagian dari respons biologis terhadap ancaman yang kita rasakan. Pada orang dengan ADHD, mereka lebih mudah merasa kewalahan. Ini karena ada unsur perubahan terkait fungsi eksekutif yang menjurus pada perencanaan dan pelaksanaan suatu tugas.

Ada tiga jenis ADHD paralysis yang kategorinya mengacu pada berbagai aspek dari fungsi eksekutif. Cakupan dari jenis ADHD paralysis, yakni:

  • Mental paralysis: Mengacu pada saat otak "mati" atau “berkabut” dan tidak bisa menoleransi rangsangan atau stimulus lebih lanjut.
  • Task paralysis: Ketidakmampuan memulai atau menyelesaikan suatu tugas. Mereka sangat mungkin melakukan penundaan atas tanggung jawab atau malah mengulangi tugas yang sudah diselesaikan.
  • Choice paralysis: Terjadi ketika orang dengan ADHD terlalu banyak berpikir atau takut gagal saat ingin mengambil keputusan. Ini merupakan kondisi umum karena mereka merasa terlalu banyak disodori pilihan.

5. Penanganan

ADHD Paralysis: Gejala, Jenis, dan Penangananilustrasi penderita ADHD sedang menulis jurnal (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Kendati ADHD merupakan kondisi seumur hidup, tetapi gejalanya bisa dikelola dengan perawatan yang tepat. Di samping itu, ada tips untuk membantu menangani efek yang ditimbulkan akan kondisi tersebut, salah satunya ADHD paralysis. 

ADHD paralysis bisa menjadi masalah yang berdampak pada kehidupan. Berikut rekomendasi penanganan sederhana yang bisa diterapkan:

  • Membiasakan diri menulis to-do list sebagai pengingat.
  • Melakukan rutinitas menulis jurnal pribadi sebagai metode pengatur pikiran.
  • Menetapkan batasan waktu untuk mengambil jeda istirahat saat tugas menumpuk.
  • Menetapkan tenggat waktu untuk mengerjakan tugas, sebelum beralih ke tugas lain.
  • Memberikan self-reward atas kinerja yang sudah berhasil dirampungkan. 

Salah satu mekanisme coping mengatasi ADHD paralysis yakni dengan memahami kondisi ini. Lakukan identifikasi secara komprehensif, mulai dari gejala, perilaku, hingga apa yang dibutuhkan. Selain itu, bersabarlah karena kadang penanganan kondisi ini butuh waktu. Jika efeknya dirasa memengaruhi kehidupan secara kompleks, jangan ragu berkonsultasi dengan profesional kesehatan mental, ya!

Baca Juga: 7 Cara Melatih Fokus Anak ADHD, Bisa dari Hal Sederhana

Indriyani Photo Verified Writer Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya