Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kapan Batuk Harus Diperiksakan ke Dokter? Ini Tanda-tandanya

Seorang perempuan duduk di sofa mengalami batuk.
ilustrasi batuk (vecteezy.com/Chonlatee Sangsawang)
Intinya sih...
  • Tak peduli sudah berapa lama kamu batuk, segera temui dokter jika batuk disertai gejala lain seperti batuk parah sampai muntah, batuk berdarah, sesak napas atau mengi, ada lendir kental, nyeri dada, serta disertai demam.
  • Batuk kronis, bisa muncul karena berbagai kondisi pada saluran pernapasan, seperti infeksi virus atau bakteri, alergi, postnasal drip, atau kondisi lain seperti GERD, efek samping obat, hingga polusi udara. Dalam beberapa kasus, bisa juga menandakan kanker paru atau penyakit paru-paru serius lainnya.
  • Awali dengan menemui dokter umum. Jika belum ditemukan penyebabnya, kamu bisa dirujuk ke spesialis paru, spesialis THT, gastroenterolog (spesialis pencernaan), atau ahli alergi.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Batuk yang tak kunjung reda, atau rasa gatal mengganggu di tenggorokan yang terus muncul, bisa membuat siapa pun merasa lelah dan tidak nyaman. Setiap kali mencoba berbicara, tidur, atau beristirahat, batuk kembali hadir seolah tak mau pergi.

Meski sudah berusaha dengan berbagai cara, seperti minum obat, istirahat cukup, hingga menjaga asupan hangat, kadang batuk dan gejala pilek lain tetap bertahan berminggu-minggu. Aktivitas harian pun ikut terganggu, membuat tubuh terasa makin letih.

Di titik ini, muncul pertanyaan, kapan batuk yang tak kunjung hilang perlu diperiksakan ke dokter? Apa saja tanda-tanda yang harus diwaspadai?

Jawabannya bisa menjadi kunci untuk membedakan antara batuk biasa yang akan sembuh dengan sendirinya, dan batuk yang mungkin menandakan kondisi kesehatan yang lebih serius.

Tanda batuk yang harus diperiksakan ke dokter

Tak peduli sudah berapa lama kamu batuk, segera temui dokter jika disertai gejala lain, seperti:

  • Batuk parah sampai muntah atau pingsan.
  • Batuk berdarah.
  • Sesak napas atau bunyi “ngik-ngik” (mengi).
  • Batuk dengan lendir kental.
  • Nyeri dada hebat.
  • Disertai demam atau menggigil.

Semua gejala ini bisa mengarah pada masalah kesehatan yang lebih serius, jadi sebaiknya segera dibicarakan dengan dokter.

Namun, bagaimana jika yang kamu alami cuma batuk kering kronis tanpa gejala lain? Berikut penjelasannya.

1. Batuk berlangsung lebih dari dua bulan

Batuk biasanya datang dan pergi. Dalam banyak kasus, batuk akibat infeksi saluran pernapasan akan mereda dalam hitungan minggu. Namun, ada sebagian orang yang batuk jauh lebih lama, seperti beberapa bulan hingga bahkan bertahun-tahun.

Secara medis, batuk yang berlangsung lebih dari delapan minggu sudah masuk kategori batuk kronis. Kondisi ini sering kali membuat penderitanya lelah, bingung, dan frustrasi karena penyebabnya tidak selalu jelas.

2. Batuk dalam situasi yang tidak wajar

Seorang laki-laki menutupi mulutnya, batuk-batuk.
ilustrasi batuk karena GERD (freepik.com/krakenimages.com)

Batuk yang muncul tiba-tiba saat terkena udara dingin, mencium parfum orang lain, atau bahkan ketika tertawa, bisa jadi bukan batuk biasa. Kondisi ini dikenal sebagai cough hypersensitivity syndrome, yaitu keadaan ketika saraf di tenggorokan menjadi terlalu sensitif terhadap rangsangan ringan. Kondisi ini juga dikenal sebagai batuk neuropatik atau neurogenik, atau laring yang mudah teriritasi.

Orang yang mengalaminya sering menggambarkan sensasi seperti ada “rasa gatal” atau “sesuatu yang mengganjal” di tenggorokan sesaat sebelum batuk muncul.

3. Batuk mengganggu kualitas hidup

Batuk kronis dapat berdampak ke berbagai sisi kehidupan, misalnya bikin kumpul-kumpul bersama teman terasa canggung, menurunkan rasa percaya diri saat harus presentasi di kantor, bahkan bisa mengganggu kesehatan mental. Ketika batuk terus hadir dan ikut menghalangi hal-hal penting dalam hidup, kualitas hidup pun perlahan terkikis.

Penelitian menunjukkan bahwa hidup dengan batuk kronis memang berdampak besar pada kualitas hidup, tentang bagaimana seseorang merasa sehat, nyaman, dan bahagia secara keseluruhan.

Tidak sedikit pasien dengan batuk kronis yang merasa terisolasi. Ada yang berhenti ikut kegiatan sosial, seperti makan malam bersama teman atau menonton film di bioskop. Bahkan, beberapa orang mungkin sampai harus menjelaskan bahwa mereka tidak menularkan penyakit.

Dampaknya tidak berhenti di sana. Batuk kronis juga bisa memengaruhi tubuh dengan cara yang tak terduga:

  • Otot perut dan tulang rusuk terasa nyeri karena terus-menerus menahan hentakan batuk.
  • Tidur terganggu, entah karena sering terbangun atau sulit terlelap akibat batuk.
  • Pada sebagian orang, batuk keras bisa memicu keluarnya urine tanpa disadari (inkontinensia stres).
  • Rasa lelah fisik yang menumpuk akibat nyeri otot dan kurang tidur.
  • Hingga masalah kesehatan mental baru, atau memperburuk yang sudah ada, seperti stres, kecemasan, bahkan depresi.

4. Orang sekitar mulai menyadari

Kadang kamu sudah terbiasa batuk terus-menerus sampai tak sadar betapa lamanya itu berlangsung, sampai akhirnya orang lain yang menegurmu. Faktanya, banyak orang menemui dokter setelah pasangan, teman, atau rekan kerja memberi komentar atau bertanya tentang batuk yang dialami.

Penyebab batuk yang tak kunjung hilang

Ilustrasi mikroorganisme, kuman.
ilustrasi mikroorganisme (IDN Times/Novaya Siantita)

Batuk kronis, bisa muncul karena berbagai kondisi pada saluran pernapasan.

  • Infeksi virus seperti flu atau pilek dapat meninggalkan batuk yang menetap selama beberapa minggu, meski gejala lain sudah mereda.
  • Infeksi bakteri seperti bronkitis atau pneumonia juga bisa memicu batuk berkepanjangan.
  • Alergi terhadap serbuk sari, debu, bulu hewan, atau jamur dapat mengiritasi saluran napas dan memicu batuk.
  • Postnasal drip, yaitu lendir berlebih dari sinus yang menetes ke belakang tenggorokan, sering kali membuat tenggorokan terasa gatal dan memicu batuk.
  • Asma, kondisi kronis pada paru-paru yang menyebabkan peradangan dan penyempitan saluran napas, juga ditandai dengan batuk, mengi, dan sesak napas.

Penyebab lain batuk kronis

Selain itu, ada juga faktor lain yang bisa membuat batuk menetap:

  • Refluks asam lambung (GERD), penyakit paru obstruksit kronis (PPOK), hingga gagal jantung.
  • Beberapa obat tekanan darah, terutama yang namanya berakhiran “-pril”, dapat menimbulkan batuk kronis pada sebagian pasien. Meski jarang, tetapi gejala ini biasanya muncul dalam enam bulan pertama setelah mulai mengonsumsi obat.
  • Polusi udara dalam ruangan dan jamur juga bisa memperburuk kondisi pernapasan.

Batuk pada perokok

Perokok lebih rentan mengalami batuk kronis yang lebih lama dan lebih berat dibandingkan non-perokok. Bahkan, batuk yang tak kunjung hilang bisa menjadi tanda awal kanker paru pada perokok jangka panjang.

Perokok sebaiknya memeriksakan batuk mereka lebih cepat, karena kanker paru adalah diagnosis yang tidak boleh terlewat. Jika kamu merokok, hal terbaik yang bisa kamu lakukan untuk kesehatanmu hari ini adalah berhenti. Dokter dapat meresepkan obat atau produk pengganti nikotin untuk membantu proses berhenti merokok.

Batuk dan kanker paru

Batuk yang terus berulang bisa lebih dari sekadar gangguan. Dalam beberapa kasus, batuk yang tak kunjung reda bisa menjadi gejala kanker paru.

Gejala yang sering muncul antara lain batuk yang makin menetap, kadang disertai dahak, bahkan darah. Sesak napas, mengi, atau nyeri dada juga bisa terjadi. Masalahnya, gejala-gejala ini sering mirip dengan kondisi lain seperti PPOK atau emfisema, sehingga sulit dibedakan. Karena itu, jika batuk tidak kunjung hilang atau makin memburuk, sebaiknya segera diperiksa.

Harus menemui dokter apa?

Mulailah dari dokter umum atau dokter keluarga. Jika belum ditemukan penyebabnya, kamu bisa dirujuk ke:

  • Pulmonolog (spesialis paru)
  • THT (spesialis telinga, hidung, tenggorokan)
  • Gastroenterolog (spesialis pencernaan)
  • Ahli alergi (spesialis alergi dan asma)

Kadang dibutuhkan kerja sama lintas spesialis untuk menemukan penyebab sebenarnya dan menentukan terapi yang tepat.

Apakah batuk kronis bisa sembuh? Jawabannya, tergantung penyebabnya. Meski tidak selalu bisa hilang sepenuhnya, tetapi batuk kronis bisa dikendalikan dengan perawatan yang tepat.

Referensi

Woo-Jung Song and Alyn H. Morice, “Cough Hypersensitivity Syndrome: A Few More Steps Forward,” Allergy Asthma and Immunology Research 9, no. 5 (January 1, 2017): 394, https://doi.org/10.4168/aair.2017.9.5.394.

"Cough Won't Go Away? When To See A Doctor." Franciscan Health. Diakses Oktober 2025.

"Learn About Cough." American Lung Association. Diakses Oktober 2025.

"When To See a Doctor for a Cough." Cleveland Clinic. Diakses Oktober 2025.

Share
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

Jarang Disadari, Ini Tanda dan Gejala Fibrilasi Atrium

16 Okt 2025, 22:32 WIBHealth