Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

9 Infeksi Parasit yang Bisa Menular lewat Banjir

Penyintas banjir mulai membersihkan rumah ari lumpur di Desa Menang Gini, Kecamatan Karang Baru, Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh, Rabu (9/12/2025).
Penyintas banjir mulai membersihkan rumah ari lumpur di Desa Menang Gini, Kecamatan Karang Baru, Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh, Rabu (9/12/2025). (IDN Times/Prayugo Utomo)
Intinya sih...
  • Amoebiasis disebabkan oleh parasit Entamoeba histolytica yang menyerang usus dan dapat menyebabkan komplikasi serius jika tidak ditangani.
  • Giardiasis disebabkan oleh parasit Giardia lamblia yang menempel di dinding usus dan menyebabkan gangguan pencernaan berkepanjangan.
  • Cryptosporidiosis disebabkan oleh parasit Cryptosporidium yang terkenal sangat tahan terhadap klorin sehingga tidak mudah mati dalam air minum biasa.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Banjir bukan hanya soal air yang meluap, rumah terendam, atau aktivitas yang mendadak terhenti. Banyak orang hanya fokus pada bahaya fisik, seperti arus deras, tetapi sebenarnya, risiko kesehatan setelah banjir bisa lebih berbahaya dan sering kali tidak disadari.

Ketika air banjir bercampur dengan limbah, tanah, sisa bahan kimia, hingga kotoran hewan dan manusia, maka air akan jadi penuh bakteri, virus, hingga parasit. Kondisi ini membuat penyakit mudah menyebar cepat dalam komunitas, apalagi jika air bersih sulit ditemukan dan sanitasi terganggu.

Berikut beberapa infeksi parasit yang dapat menular lewat banjir dan perlu diwaspadai oleh masyarakat yang terdampak.

1. Amoebiasis

Amoebiasis disebabkan oleh parasit Entamoeba histolytica yang menyerang usus dan dapat menyebabkan komplikasi serius jika tidak ditangani. Parasit ini menginvasi dinding usus, menimbulkan luka, hingga menyebabkan perdarahan internal. Infeksi parasit ini mudah menular saat banjir dengan cara:

  • Minum atau makan makanan yang terkontaminasi.
  • Kebersihan diri buruk dan sanitasi tidak memadai.
  • Penularan langsung antar manusia di tempat yang padat.

Gejala yang perlu diperhatikan:

  • Diare berdarah.
  • Demam tinggi dan nyeri perut hebat.
  • Penurunan berat badan dan kelelahan.
  • Abses hati pada kasus berat, disertai nyeri perut kanan atas dan demam.

Jika tidak diobati, amoebiasis dapat menyebabkan perforasi usus hingga infeksi hati yang mengancam jiwa.

2. Giardiasis

Giardiasis disebabkan oleh parasit Giardia lamblia yang menempel di dinding usus dan menyebabkan gangguan pencernaan berkepanjangan. Cara penularannya:

  • Minum atau menelan air banjir yang terkontaminasi.
  • Konsumsi makanan yang bersentuhan dengan air banjir.
  • Penularan antar individu di tempat pengungsian yang padat dan kurang higienis.

Gejala yang perlu diperhatikan:

  • Diare lebih dari seminggu.
  • Perut kembung, gas berlebih, dan kram perut.
  • Kelelahan dan penurunan berat badan.
  • Feses berminyak, berbau tajam, dan mengapung.

Giardiasis dapat menyebabkan dehidrasi dan malnutrisi, terutama pada anak-anak dan orang dengan imun lemah.

3. Cryptosporidiosis

Dua anak penyintas banjir membawa kucing peliharaan, Minggu (7/12/2025).  Banjir menerjang Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh sejak Rabu (25/11/2025).
Dua anak penyintas banjir membawa kucing peliharaan, Minggu (7/12/2025). Banjir menerjang Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh sejak Rabu (25/11/2025). (IDN Times/Prayugo Utomo)

Infeksi ini disebabkan oleh parasit Cryptosporidium yang terkenal sangat tahan terhadap klorin sehingga tidak mudah mati dalam air minum biasa. Cara penularannya:

  • Minum air yang tidak diolah dengan benar.
  • Berenang atau bermain di genangan atau air banjir.
  • Lingkungan padat dan sanitasi buruk di tempat pengungsian.

Gejala yang perlu diperhatikan:

  • Diare berair yang berlangsung berhari-hari hingga berminggu-minggu.
  • Mual dan muntah berat.
  • Nyeri perut dan dehidrasi.
  • Demam dan hilang nafsu makan.

Parasit ini sangat berbahaya bagi balita, lansia, dan penderita imun rendah. Langkah pencegahannya, rebus air hingga mendidih sebelum diminum. Cara ini paling efektif membunuh Cryptosporidium.

4. Schistosomiasis (bilharziasis)

Schistosomiasis adalah infeksi parasit yang disebabkan oleh cacing trematoda dari genus Schistosoma. Penyakit ini dapat menyebabkan peradangan kronis pada berbagai organ, terutama usus dan saluran kemih.

Infeksi sering terjadi di daerah dengan sanitasi buruk dan kontak dekat dengan air tawar yang tercemar larva parasit.

Infeksi disebabkan oleh salah satu spesies Schistosoma, yang paling umum: S. mansoni, S. japonicum, dan S. haematobium.

Cara penularannya antara lain:

  1. Larva parasit (cercaria) berkembang di siput air tawar sebagai inang perantara.
  2. Larva parasit dilepaskan ke air dan menembus kulit manusia ketika kamu berjalan di air banjir, mencuci, atau bermain di sungai atau genangan.
  3. Setelah masuk tubuh, larva berubah menjadi cacing dewasa dan hidup di pembuluh darah, menghasilkan telur yang kemudian memicu kerusakan organ.

Dalam situasi banjir, air yang menggenang dapat memperluas habitat siput perantara sehingga risiko meningkat.

Gejalanya bergantung pada fase infeksi:

  • Pada fase awal (hari hingga minggu setelah paparan): ruam gatal, demam, menggigil, batuk, nyeri otot, dan lelah.
  • Pada fase kronis (bulan hingga tahun), akibat telur parasit yang mengendap di organ:
    • Tipe usus
      • Diare kronis.
      • Nyeri perut.
      • Feses berdarah.
      • Pembesaran hati atau limpa.
    • Tipe saluran kemih
      • Nyeri saat buang air kecil.
      • Hematuria (urine berdarah, gejala khas).
      • Dalam jangka panjang: risiko kanker kandung kemih meningkat.

5. Fascioliasis (infeksi cacing hati)

Fascioliasis adalah infeksi parasit oleh cacing hati dari genus Fasciola, terutama F. hepatica dan F. gigantica. Parasit ini menyerang hati dan saluran empedu, menyebabkan peradangan akut hingga komplikasi kronis.

Penularan terjadi saat seseorang menelan kista parasit (metacercaria) yang menempel pada sayuran air mentah (contoh: selada air), air minum yang terkontaminasi, atau saat banjir, ketika kista terbawa air ke sumber air bersih.

Gejala fase akut (invasif)

  • Demam
  • Nyeri perut kanan atas
  • Mual, muntah
  • Penurunan nafsu makan
  • Alergi/ruam

Gejala fase kronis (saluran empedu)

  • Nyeri perut berulang
  • Hepatomegali
  • Ikterus (kuning)
  • Inflamasi kronis pada saluran empedu

6. Askariasis (infeksi cacing gelang)

Kondisi banjir rob di Jakarta Utara pada Kamis (4/12/25).
Kondisi banjir rob di Jakarta Utara pada Kamis (4/12/25). (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Askariasis adalah infeksi usus yang disebabkan oleh cacing gelang Ascaris lumbricoides, salah satu infeksi cacing paling umum di dunia. Telurnya sangat tahan lingkungan dan mudah menyebar melalui kontaminasi tanah dan air, terutama setelah banjir.

Penularan terjadi ketika seseorang menelan telur cacing dari makanan yang terkontaminasi tanah, air minum yang tercemar, serta tangan yang kotor

Saat banjir, tanah dan feses bercampur dengan air, sehingga risiko kontaminasi meningkat.

Gejala pada fase migrasi larva antara lain:

  • Batuk, mengi.
  • Demam ringan.
  • Ketidaknyamanan dada.

Pada fase dewasa di usus, gejalanya:

  • Sakit perut.
  • Diare atau konstipasi.
  • Mual.
  • Penurunan berat badan.
  • Pada infeksi berat: obstruksi usus.

7. Hookworm (cacing tambang)

Hookworm adalah infeksi cacing oleh Ancylostoma duodenale atau Necator americanus, parasit yang hidup di usus kecil. Larvanya dapat menembus kulit secara langsung, menjadikan banjir kondisi ideal karena kontak kulit dengan air/lumpur meningkat.

Penularan terjadi ketika larva menembus kulit, terutama jika berjalan dengan kaki telanjang, atau saat berada di tanah basah, lumpur, atau air banjir yang tercemar. Larva kemudian bermigrasi lewat aliran darah, menuju paru-paru, lalu ke usus.

Pada fase kulit, gejalanya adalah ruam gatal.

Pada fase paru-paru, gejalanya dapat berupa batuk, mengi ringan, dan ketidaknyamanan di dada.

Sementara pada fase usus, gejalanya meliputi sakit perut, diare, mual, dan anemia (karena cacing mengisap darah).

8. Toxoplasmosis (situasional, tidak umum, tapi bisa terjadi dalam kondisi banjir)

Toxoplasmosis adalah infeksi oleh parasit Toxoplasma gondii. Biasanya penularan terjadi dari tanah atau makanan yang terkontaminasi tinja kucing. Dalam situasi banjir, air dapat membawa tanah yang mengandung oocyst ke area pemukiman, sehingga paparan bisa meningkat.

Penularan terjadi melalui:

  • Menelan oocyst dari tanah atau air yang terkontaminasi.
  • Konsumsi makanan mentah yang terpapar tanah tercemar.
  • Atau menyentuh wajah setelah kontak dengan lumpur kotor saat banjir.

Penularan juga bisa melalui daging mentah dan dari ibu ke janin (kongenital), tetapi ini tidak terkait banjir.

Pada orang sehat, toxoplasmosis sering tanpa gejala atau ringan. Gejala umumnya demam ringan, kelelahan, nyeri otot, dan pembesaran kelenjar getah bening.

Pada kelompok berisiko (ibu hamil, orang yang kekebalan tubuhnya lemah), gejalanya dapat berupa infeksi berat, kerusakan mata, dan komplikasi neurologis pada bayi.

9. Strongyloidiasis

Foto udara kondisi rumah warga yang rusak akibat banjir bandang di Desa Aek Garoga, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, Minggu (30/11/2025).
Foto udara kondisi rumah warga yang rusak akibat banjir bandang di Desa Aek Garoga, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, Minggu (30/11/2025). (ANTARA FOTO/Yudi Manar)

Strongyloidiasis adalah infeksi parasit yang disebabkan oleh cacing gelang kecil Strongyloides stercoralis. Parasit ini dapat hidup dan berkembang biak di dalam tubuh manusia selama puluhan tahun tanpa paparan baru. Infeksi sering terjadi di daerah tropis dan subtropis dengan sanitasi buruk, termasuk Asia Tenggara.

Pada situasi banjir, paparan kulit terhadap tanah atau lumpur yang tercemar larva cacing membuat risiko infeksi meningkat. Pada orang dengan sistem imun yang menurun, strongyloidiasis dapat berkembang menjadi kondisi fatal yang disebut hyperinfection syndrome atau disseminated strongyloidiasis.

Infeksi disebabkan oleh Strongyloides stercoralis, parasit yang siklus hidupnya memungkinkan autoinfeksi (berkembang biak di dalam tubuh tanpa paparan baru).

Cara penularannya:

  • Larva parasit menembus kulit saat kontak dengan tanah/lumpur yang terkontaminasi feses manusia.
  • Dalam konteks banjir, air yang bercampur tanah/feses mempermudah paparan.
  • Setelah masuk tubuh, larva berpindah via aliran darah ke paru, lalu ke tenggorokan, tertelan, dan akhirnya menetap di usus halus.
  • Parasit dapat melakukan autoinfeksi, sehingga infeksi berlangsung kronis.

Penularan tidak terjadi dari orang ke orang secara langsung.

Gejala sangat bervariasi, dari ringan hingga fatal.

Pada fase awal/ringan, gejalanya: ruam atau rasa gatal pada area masuknya larva, batuk ringan, mual, diare, atau sakit perut kronis, dan penurunan berat badan.

Gejala infeksi kronis berupa gejala gastrointestinal berulang dan urtikaria perianal atau ruam berpola “larva currens” (ruam bergerak cepat, khas strongyloidiasis).

Jika sampai terjadi hyperinfection syndrome, gejalanya dapat meliputi pneumonia, sepsis, perdarahan gastrointestinal, serta disfungsi multiorgan. Kondisi ini sangat berbahaya dan memiliki mortalitas tinggi, sering terjadi pada pasien yang memakai steroid atau obat imunosupresan.

Banjir bukan hanya meninggalkan kerusakan fisik, tetapi juga risiko kesehatan serius akibat air tercemar. Lingkungan lembap, sanitasi buruk, dan air yang bercampur limbah menjadi tempat ideal bagi bakteri, virus, hingga parasit untuk berkembang biak. Memahami jenis penyakit yang mungkin muncul membantu kita lebih waspada dan mencegah dampak kesehatan yang lebih buruk.

Referensi

"Floodwater Contamination: The Most Common Diseases & How to Avoid Them." Aussie Pharma Direct. Diakses pada Desember 2025.

"Infectious Diseases in Malaysia During Floods." Gleneagles Hospitals. Diakses pada Desember 2025.

"Bacterial Infections After a Flood." Queensland Government. Diakses pada Desember 2025.

"Schistosomiasis." CDC. Diakses Desember 2025.

"Schistosomiasis." WHO. Diakses Desember 2025.

"Schistosomiasis." Mayo Clinic. Diakses Desember 2025.

"Neglected tropical diseases: Fascioliasis." WHO. Diakses pada Desember 2025.

"About Fasciola." CDC. Diakses pada Desember 2025.

"Soil-transmitted helminthiases." WHO. Diakses pada Desember 2025.

"Ascariasis." CDC. Diakses pada Desember 2025.

"Hookworm." CDC. Diakses pada Desember 2025.

"Toxoplasmosis." CDC. Diakses pada Desember 2025.

"Toxoplasmosis." Mayo Clinic. Diakses pada Desember 2025.

David A. Smith and Craig J. Lilie, “Acute Arterial Occlusion(Archived),” StatPearls - NCBI Bookshelf, January 2, 2023, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441851/.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

Fase Bulan dan Pola Tidur, Benarkah Ada Hubungannya?

13 Des 2025, 06:39 WIBHealth