Malaria, Penyakit Kuno di Mimika, Papua, yang Sulit Dilenyapkan

Mimika menjadi daerah endemik malaria tertinggi di Papua

Kabupaten Mimika, Provinsi Papua, menjadi daerah endemik malaria sejak puluhan tahun lalu. Bahkan, sampai sekarang penyakit kuno ini masih sulit untuk dilenyapkan dari wilayah tersebut.

Sampai saat ini, Mimika dikategorikan menjadi daerah endemik malaria tertinggi di Papua, karena jenis penyakit ini sudah sangat identik dan dikenal banyak orang. Hampir setiap tahunnya kasus angka malaria di Mimika sangat tinggi mencapai ribuan kasus, dibandingkan dengan daerah-daerah kabupaten lainnya di Provinsi Papua.

Melalui artikel ini, diharapkan masyarakat di Indonesia secara umum bisa lebih waspada dan melakukan pola hidup sehat untuk mencegah malaria, terlebih ketika berkunjung ke Papua, khususnya di Mimika. Karena, sebagian masyarakat di Mimika kadang menyebut belum lengkap jalan-jalan ke Timika kalau belum dapat "oleh-oleh" malaria Timika punya.

1. Cuaca yang tak menentu menjadi salah satu faktor

Malaria, Penyakit Kuno di Mimika, Papua, yang Sulit DilenyapkanPerubahan cuaca yang tak menentu yang terjadi di wilayah kelurahan Perintis, Distrik Mimika Baru, Kabupaten Mimika Papua. (Dok. Pribadi/Richard Kaisiepo)

Faktor cuaca di Mimika memang sulit untuk diprediksi, sebagaimana dengan perkiraan yang diumumkan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di wilayah tersebut.

Kendati demikian, meski perkiraan musim hujan dalam waktu hitungan bulan yang disebutkan BMKG, terkadang cuaca panas yang menyengat tiba-tiba menyelimuti daerah ini, begitu juga sebaliknya.

Selain itu, perubahan cuaca tak menentu juga yang membuat tubuh manusia rentan terkena malaria. Gejala umum penyakit ini adalah sakit kepala, mual, muntah, diare, nyeri sendi, hingga berujung pada demam.

2. Ada dua jenis malaria yang identik di Mimika yakni, tropika dan tertiana

Malaria, Penyakit Kuno di Mimika, Papua, yang Sulit DilenyapkanCDC/James Gathany

Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit plasmodium.

Jenis malaria yang sudah sangat identik di Kabupaten Mimika ada dua jenis yakni, malaria tropika dan malaria tertiana. Jenis yang paling ditakuti warga Mimika adalah malaria tropika, karena disebut-sebut bisa mengakibatkan gangguan saraf otak hingga berujung pada kematian.

Menurut keterangan dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), kedua jenis malaria ini disebabkan parasit plasmodium yang berbeda-beda. Malaria tropika sendiri disebabkan oleh parasit yang bernama parasit Plasmodium falciparum.

Parasit tersebut diakibatkan oleh salah satu spesies nyamuk Anopheles. Spesies yang paling sering membawa parasit penyebab malaria tropika adalah Anopheles gambiae.

Parasit Plasmodium falciparum ini akan masuk ke sel darah merah seseorang yang digigit nyamuk Anopheles dan menyebabkan infeksi.

Namun, gejala klinis malaria tropika tidak selalu sama. Ini karena parasit Plasmodium falciparum tidak menyebar secara merata pada organ-organ dan jaringan tubuh manusia. Maka dari itu, serangan parasit pada sel darah merah di tubuh manusia bisa berjalan selama 9-14 hari.

Sementara itu, malaria tertiana disebabkan oleh parasit Plasmodium vivax, karenanya malaria ini disebut juga dengan nama malaria vivax. Jenis malaria ini paling sering terjadi ketika tubuh manusia mengalami gejala demam setiap 48 jam atau dua hari sekali.

Dalam istilah Romawi, "tertiana" berarti kejadian hari pertama, kemudian 48 jam, kemudian hari ketiga.

Penyakit malaria jenis ini juga banyak menjangkit penduduk Indonesia di wilayah tropis dan subtropis, termasuk di daerah Papua terlebih di Kabupaten Mimika. Gejalanya hampir mirip dengan malaria tropika.

Namun, gejala malaria tertiana lebih dominan berkeringat dan menggigil saja, dan ini terjadi setiap 48 jam sekali berlangsung 1 hingga 8 jam, setelah itu kembali mereda.

Baca Juga: Penyakit Malaria: 10 Gejala dan Tanda yang Harus Diwaspadai

3. Pencegahan dini malaria bisa dilakukan dengan cara ini

Malaria, Penyakit Kuno di Mimika, Papua, yang Sulit DilenyapkanIlustrasi daun pepaya (Dok. Pribadi/Richard Kaisiepo)

Pencegahan dini terhadap penyakit malaria yang dilakukan masyarakat Kabupaten Mimika, Papua,  yang dipercaya adalah dengan cara alami seperti konsumsi sayuran yang tingkat kepahitannya cukup tinggi, mulai dari daun pepaya, bunga pepaya, kangkung, hingga pare.

Cara tersebut diajarkan oleh para orang tua dahulu di wilayah itu, tetapi cara ini tidak terlepas dari saran dan anjuran dokter umum. 

Tidak hanya mengonsumsi buah dan sayuran, penularan penyakit malaria dapat dicegah dengan meningkatkan kewaspadaan serta kepedulian terhadap risiko gigitan nyamuk, serta memperhatikan kebersihan lingkungan.

Pencegahan gigitan nyamuk bisa dilakukan dengan menggunakan kelambu berinsektisida, atau kawat kasa nyamuk, dan sebagainya. Untuk kelambu sendiri, biasanya Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika melalui tim pojok malaria membagikan puluhan ribu kelambu secara rutin kepada masyarakat yang bermukim di daerah yang rentan terhadap gigitan nyamuk.

Bagi masyarakat yang ingin melindungi dirinya dari malaria, bisa dengan cara mengonsumsi obat-obatan yang digunakan untuk kemoprofilaksis, yakni doksisiklin 100mg/hari, yang diminum 2-3 hari sebelum berpergian ke daerah endemik malaria dengan jangka waktu sampai 4 minggu.

Obat tersebut tidak boleh dikonsumsi lebih dari 6 bulan. Ibu hamil dan anak berusia di bawah 8 tahun dilarang keras mengonsumsinya. Untuk lebih aman dan jelasnya, konsultasikan dengan dokter. 

4. Hingga penghujung tahun 2020, kasus Malaria di Mimika masih terus bertambah

Malaria, Penyakit Kuno di Mimika, Papua, yang Sulit DilenyapkanSuasana warga yang berobat di Puskesmas Pasar Sentral, Distrik Mimika Baru, Kabupaten Mimika Papua. (Dok. Pribadi/Richard Kaisiepo)

Seperti di kampung Jile Yale, Distrik Kuala Kencana, Kabupaten Mimika, Papua tingkat kasus malaria di penghujung tahun masih terus bertambah, hal tersebut disampaikan Kepala Puskesmas Jile Yale, dr. Jeannete Suak.

Hingga Desember 2020, kata dr. Jeannete, kasus malaria di kampung tersebut sudah mencapai 800 kasus lebih. Padahal sejak bulan Juli 2020 tercatat 500 kasus dan terus meningkat setiap bulannya.

Disebutkan pada bulan Agustus 2020 tercatat 600 lebih kasus malaria yang terjadi di kampung Jile Yale. Hingga bulan September warga yang datang ke Puskesmas untuk memeriksakan diri akibat terindikasi penyakit malaria sebanyak 114 pasien, sehingga data malaria yang terjadi di Puskesmas Jile Yale tercatat 700 kasus pada waktu itu.

Kepala Puskesmas Jile Yale menjelaskan, terjadi peningkatan kasus malaria diakibatkan karena faktor cuaca dan kebiasaan hidup warga yang tidak sehat terhadap lingkungannya.

Sementara itu, kasus malaria yang tercatat di Puskesmas Pasar Sentral, Distrik Mimika Baru, Kabupaten Mimika, hingga di penghujung tahun 2020 tercatat 1.000 lebih kasus malaria yang terjadi.

Penambahan kasus ini terjadi akibat adanya peningkatan yang cukup signifikan sejak bulan September 2020 hingga Desember 2020, tercatat sebanyak 1.122 kasus malaria tropika dan 923 kasus malaria tertiana.

Terus meningkatnya angka kasus malaria yang terjadi, kata Kepala Tata Usaha Puskesmas Pasar Sentral, Nelly Pangaribuan, diakibatkan banyaknya permukiman warga yang masih ada genangan air karena curah hujan yang tinggi. Namun, faktor lingkungan yang tidak bersih juga menjadi penyebab timbulnya sarang nyamuk untuk berkembang biak.

Nelly juga menjelaskan, nyamuk malaria penyebarannya sangat cepat terjadi, mulai dari pukul 18.00 WIT hingga 06.00 WIT.

Oleh karena itu, ia menyarankan agar warga melakukan perlindungan diri terhadap malaria pada saat beraktivitas pada waktu tersebut, seperti menggunakan baju lengan panjang dan memakai kelambu ketika sedang beristirahat.

Baca Juga: 13 Penyebab Penyakit Malaria, Risiko Kesehatan Tropis yang Mematikan

Richard Anderson Kaisiepo Photo Writer Richard Anderson Kaisiepo

I'm simple man

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya