- Lonjakan stres akut
Bencana Tingkatkan Risiko Serangan Jantung, Apa Hubungannya?

- Bencana seperti banjir memicu stres fisik dan emosional yang dapat meningkatkan risiko serangan jantung.
- Kurang tidur, udara dingin, dehidrasi, dan putusnya akses obat kronis berkontribusi pada tekanan besar bagi tubuh.
- Kesiapsiagaan kesehatan jantung, mulai dari pengelolaan stres hingga memastikan ketersediaan obat, sangat penting selama dan setelah bencana.
Di tengah arus banjir atau kekacauan setelah bencana, perhatian publik biasanya tertuju pada cedera fisik, infeksi, dan kebutuhan dasar seperti makanan serta tempat tinggal. Namun, ada juga ancaman lain yang kerap muncul diam-diam, yaitu meningkatnya risiko serangan jantung.
Banyak laporan menunjukkan tekanan fisik dan emosional yang muncul saat bencana tidak hanya menguras stamina, tetapi juga membebani sistem kardiovaskular.
Ketika seseorang harus mengungsi, terpapar udara dingin, atau kurang tidur selama berhari-hari, tubuh memasuki kondisi stres ekstrem. Hormon stres melonjak, detak jantung meningkat, dan tekanan darah naik. Semua itu bisa menjadi pemicu fatal, terutama bagi orang dengan riwayat hipertensi, diabetes, atau penyakit jantung sebelumnya.
Di berbagai negara, fenomena ini sudah terdokumentasi. Misalnya, setelah Badai Katrina, ditemukan peningkatan signifikan pada rawat inap akibat serangan jantung selama masa pemulihan. Temuan serupa juga terlihat pada beberapa gempa besar dan banjir di Asia.
Hubungan antara bencana dan serangan jantung
Para peneliti mengungkap setidaknya empat mekanisme utama kondisi bencana dapat menjadi pemicu serangan jantung:
Saat bencana terjadi, tubuh mengeluarkan hormon stres seperti kortisol dan adrenalin dalam jumlah besar. Hormon-hormon ini meningkatkan tekanan darah, mempercepat detak jantung, dan membuat pembuluh darah menyempit. Itu adalah kondisi yang rawan bagi serangan jantung.
Sebuah studi menemukan bahwa stres ekstrem dapat memicu pelepasan plak di pembuluh darah dan menyebabkan penyumbatan mendadak.
- Paparan udara dingin dan kelelahan fisik
Banjir bisa datang bersama suhu yang lebih rendah, dan paparan dingin dapat menyebabkan pembuluh darah menyempit, meningkatkan beban kerja jantung. Aktivitas fisik di luar kebiasaan, seperti mengangkat barang berat atau berjalan di air banjir, dapat memperparah kondisi ini.
- Putusnya akses obat penyakit kronis
Dalam banyak kasus, pengungsi tidak membawa obat sehari-hari, seperti obat darah tinggi, obat jantung, atau obat diabetes. Studi di Jepang setelah gempa Tohoku 2011 menemukan bahwa ketidaktersediaan obat kronis berkaitan dengan meningkatnya kejadian pembekuan darah dan serangan jantung.
- Kualitas udara yang memburuk
Saat terjadi bencana, banjir misalnya, jamur, debu, dan kontaminan lain dapat meningkat drastis. Pencemaran udara jenis ini dapat memicu peradangan sistemik dan memperburuk kondisi jantung, terutama bagi lansia dan orang dengan komorbid. Paparan polusi udara akut berhubungan dengan peningkatan kejadian serangan jantung.
Apa yang bisa dilakukan?

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko serangan jantung akibat banjir atau bencana baik oleh individu, keluarga, maupun layanan kesehatan.
- Memastikan ketersediaan obat penting
Orang dengan hipertensi, penyakit jantung, atau diabetes perlu menyimpan obat dalam tas darurat.
- Mengelola stres sebisa mungkin
Praktik pernapasan dalam, istirahat teratur, dan mencari dukungan sosial dapat menurunkan kadar hormon stres. Langkah sederhana ini dapat membantu menurunkan risiko kardiovaskular.
- Menghindari aktivitas fisik berat
Evakuasi dan bersih-bersih pascabencana sering memerlukan tenaga besar. Namun, bagi orang dengan penyakit jantung, aktivitas tersebut bisa memicu serangan jantung. Membagi tugas dan meminta bantuan sangat disarankan.
- Menjaga tubuh tetap hangat dan hidrasi cukup
Paparan dingin memperbesar risiko penyempitan pembuluh darah. Sementara itu, dehidrasi membuat darah menjadi lebih kental, kondisi yang meningkatkan risiko sumbatan.
- Segera cari pertolongan jika muncul gejala
Nyeri dada, sesak napas, mual mendadak, atau rasa berat di lengan perlu segera direspons.
Dalam situasi bencana, perhatian sering terfokus pada keselamatan fisik, tetapi jantung juga butuh diperhatikan. Serangan jantung tidak selalu muncul tiba-tiba — kadang ia merupakan akumulasi dari stres, kelelahan, udara dingin, dan hilangnya obat.
Kesadaran akan risiko ini dapat membantu masyarakat lebih waspada, terutama mereka yang memiliki faktor risiko. Dengan kesiapsiagaan yang tepat dan perhatian terhadap gejala tubuh, ancaman serangan jantung di tengah bencana dapat ditekan. Keselamatan bukan hanya soal bertahan dari bencana, tetapi juga memastikan tubuh tetap kuat menghadapi masa setelahnya.
Referensi
Javad Babaie et al., “Cardiovascular Diseases in Natural Disasters; a Systematic Review,” Pmc.Ncbi.Nlm.Nih.Gov, May 4, 2021, https://doi.org/10.22037/aaem.v9i1.1208.
Mehdi Zoghi, “Earthquakes and Cardiovascular Diseases,” International Journal of the Cardiovascular Academy 9, no. 1 (April 14, 2023): 1–2, https://doi.org/10.4274/ijca.23022023.
Changwoo Han, “Exposure to Earthquakes and Development of Ischemic Heart Disease,” BMC Public Health 24, no. 1 (February 12, 2024): 446, https://doi.org/10.1186/s12889-024-17835-0.
Ninon A. Becquart et al., “Cardiovascular Disease Hospitalizations in Louisiana Parishes’ Elderly Before, During and After Hurricane Katrina,” International Journal of Environmental Research and Public Health 16, no. 1 (December 28, 2018): 74, https://doi.org/10.3390/ijerph16010074.
Chen Zhao et al., “Plaque Ruptures Are Related to High Plaque Stress and Strain Conditions: Direct Verification by Using in Vivo OCT Rupture Data and FSI Models,” Arteriosclerosis Thrombosis and Vascular Biology 44, no. 7 (May 9, 2024): 1617–27, https://doi.org/10.1161/atvbaha.124.320764.
Tatsuo Aoki et al., “Effect of the Great East Japan Earthquake on Cardiovascular Diseases,” Circulation Journal 77, no. 2 (January 1, 2013): 490–93, https://doi.org/10.1253/circj.cj-12-1594.
"Air pollution." World Health Organization. Diakses Desember 2025.
"Floods and Your Safety." CDC. Diakses Desember 2025.



















