Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kanker Apendiks: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan

ilustrasi kanker apendiks (pexels.com/Sora Shimazaki)

Apendiks atau usus buntu adalah bagian dari sistem pencernaan. Ini adalah kantung seperti tabung kecil yang terletak di sisi kanan bawah perut, di dekat persimpangan usus besar dan usus kecil.

Fungsi pasti apendiks tidak diketahui, tetapi beberapa ahli percaya bahwa ada hubungannya dengan fungsi kekebalan tubuh, sementara yang lain menganggapnya sebagai "organ sisa" (yang tidak berguna lagi dari sudut pandang evolusi), mengutip Cleveland Clinic.

Kanker apendiks atau kanker usus buntu adalah kanker yang terjadi saat sel-sel sehat menjadi abnormal dan tumbuh dengan cepat. Sel-sel kanker ini menjadi massa atau tumor di dalam apendiks, yang sering ditemukan secara tidak sengaja sesudah operasi usus buntu.

Kanker apendiks tergolong sangat jarang. Para ahli memperkirakan bahwa jenis kanker ini memengaruhi sekitar 2 hingga 9 orang per 1 juta, mengutip National Organization for Rare Disorders. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kanker apendiks kemungkinan mengalami peningkatan.

Sebuah studi retrospektif dalam Journal of Gastrointestinal Surgery tahun 2015 memperkirakan kasus kanker apendiks mengalami peningkatan dari sekitar 6 orang per 1 juta pada tahun 2000 menjadi sebanyak 10 orang per 1 juta pada tahun 2009.

1. Penyebab

ilustrasi apendiks atau usus buntu (flickr.com/clarity surgical)

Kanker apendiks dimulai saat sel-sel di apendiks bermutasi dan tumbuh dengan tidak terkendali. Namun, para ahli tidak tahu apa yang mengakibatkannya. Meski begitu, ada faktor risiko tertentu yang berhubungan dengan kanker apendiks. Ini meliputi:

  • Merokok atau menggunakan produk tembakau: Penggunaan tembakau bisa meningkatkan peluang seseorang untuk seluruh jenis kanker, termasuk kanker apendiks. 
  • Riwayat kesehatan: Kondisi kesehatan tertentu, termasuk anemia pernisiosa dan gastritis atrofi, bisa meningkatkan risiko kanker apendiks. 
  • Usia: Risiko terkena kanker apendiks meningkat seiring bertambahnya usia. 
  • Jenis kelamin: Perempuan lebih mungkin untuk mengembangkan kanker apendiks daripada laki-laki. 

Para ahli tidak berpikir bahwa terdapat faktor genetik atau keluarga untuk kanker apendiks. Penelitian sedang berlangsung di bidang ini, tetapi sebagian besar penyedia layanan kesehatan setuju jika kanker apendiks tidak diturunkan.

2. Jenis

ilustrasi kanker apendiks (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Dilansir Healthline, terdapat beberapa jenis kanker apendiks walaupun tidak didefinisikan dengan baik. Ini karena kelangkaannya menyebabkan jumlah penelitian terbatas. Klasifikasi kanker apendiks meliputi:

  • Karsinoma neuroendokrin: Jenis ini terkadang juga disebut karsinoid tipikal, tumor terbentuk dengan sel-sel tertentu dari dinding usus. Jenis ini menyumbang sekitar setengah dari seluruh kasus kanker apendiks. Ini bisa bermetastasis atau menyebar ke organ lain, tetapi bisa berhasil diobati dengan operasi.
  • Mucinous adenocarcinoma of the appendix (MAA): Jenis ini terjadi pada perempuan dan laki-laki dengan jumlah yang setara. Usia rata-rata onset yaitu sekitar 60 tahun. Tidak ada faktor risiko yang diketahui untuk perkembangan jenis kanker apendiks ini. Sel kanker menghasilkan zat seperti jeli yang disebut musin, bisa menyebarkan kanker ke bagian tubuh lainnya. Sebagian besar waktu, MAA ditemukan sesudah pecahnya tumor yang mengakibatkan pelepasan musin.
  • Adenokarsinoma tipe kolon: Jenis kanker ini menyumbang sekitar 10 persen dari kanker apendiks dan mirip kanker kolorektal. Jenis ini biasanya muncul pada usia antara 62 dan 65 tahun, dan lebih sering terjadi pada laki-laki. Adenokarsinoma tipe kolon biasanya dimulai di dasar usus buntu.
  • Adenokarsinoma sel goblet: Jenis ini berkembang di kedua sel neuroendokrin dan jenis sel epitel yang disebut sel goblet, yang menghasilkan zat seperti jeli yang disebut musin. GCC paling sering terjadi pada usia 50 hingga 55 tahun. Biasanya, ini mengakibatkan radang usus buntu atau sakit perut dengan massa.
  • Adenokarsinoma sel cincin meterai: Adenokarsinoma sel cincin meterai dianggap sebagai subtipe adenokarsinoma tipe kolon atau adenokarsinoma mucinous. Meski ini merupakan jenis yang paling agresif dan kemungkinan menyebar ke organ lain, ini sangat jarang terjadi. Jenis ini lebih sering terjadi di usus besar atau perut, tetapi bisa berkembang di usus buntu juga.

3. Gejala

ilustrasi gejala kanker apendiks (moffitt.org)

Sebagian besar kasus kanker apendiks, terutama pada stadium awal, tidak menimbulkan gejala. Gejala kemungkinan hanya terjadi jika kanker telah menyebar di luar apendiks ke organ atau struktur lain di dalam tubuh, atau jika tumor telah pecah, mengutip Verywell Health.

Banyak gejala kanker apendiks yang tidak spesifik dan dapat menjadi akibat dari beberapa jenis penyakit dan kondisi yang berbeda. Tanda dan gejala kanker apendiks kemungkinan termasuk:

  • Radang usus buntu. 
  • Sumbatan usus. 
  • Sakit perut parah. 
  • Perkembangan hernia.
  • Massa di ovarium. 
  • Distensi perut (kembung). 
  • Perubahan kebiasaan buang air besar (lebih sering atau lebih jarang ke kamar mandi). 
  • Nyeri samar atau ketidaknyamanan di perut kanan bawah atau panggul. 

Saat kanker menyebar ke organ lain, seperti hati, maka itu merupakan bentuk lanjutan dari kanker apendiks. Penyebaran tumor neuroendokrin ke dalam hati bisa menyebabkan kondisi yang disebut dengan sindrom karsinoid. Tanda dan gejala sindrom karsinoid dapat meliputi:

  • Diare. 
  • Rasa penuh di perut.
  • Sakit perut. 
  • Penyakit katup jantung sisi kanan. 
  • Sesak napas. 
  • Kulit memerah (wajah dan dada bagian atas terasa hangat dan menjadi lebih gelap karena peningkatan aliran darah). 
  • Mengi.

4. Diagnosis

ilustrasi pemindaian MRI (commons.wikimedia.org/GeorgeWilliams21)

Karena kemungkinan tidak ada tanda atau gejala pada tahap awal, maka menegakkan diagnosis kanker apendiks bisa menjadi tantangan. Jika kanker sudah pada stadium lanjut, gejalanya pun tidak spesifik dan bisa disebabkan oleh berbagai penyakit atau kondisi lainnya.

Dalam proses menegakkan diagnosis kanker apendiks, beberapa jenis tes yang berbeda bisa digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang penyebab dari gejala yang dimiliki pasien. Tes-tes ini termasuk:

  • Biopsi: Biopsi merupakan sepotong jaringan yang diambil dari suatu organ. Dalam beberapa kasus, kanker apendiks hanya didiagnosis sesudah operasi usus buntu. Seorang ahli patologi akan mempelajari usus buntu untuk mencari tumor atau kelainan lainnya. 
  • Tes darah: Berbagai tes darah tidak bisa mendiagnosis kanker apendiks, tetapi bisa membantu dokter mengesampingkan kondisi lain. Penanda tumor kemungkinan membantu dalam memahami adanya tumor, tetapi tidak bisa menunjukkan lokasi tumor berada atau seberapa lanjut tumor tersebut.
  • Pemindaian tomografi aksial terkomputasi (CAT): Dalam tes ini, gambar 3D dari struktur di dalam tubuh dibuat. Kanker apendiks bisa dilihat pada CT scan, dan ukuran tumor akan dinilai. Ini bisa menunjukkan apakah kanker telah menyebar di luar apendiks. 
  • Magnetic resonance imaging (MRI): MRI merupakan tes yang membuat gambar organ di dalam tubuh tanpa menggunakan radiasi. MRI bisa membantu menentukan stadium kanker apendiks dan melihat ukuran tumor apa pun. 
  • Pemindaian positron emission tomography (PET): Gula yang telah diolah dengan elemen radioaktif diberikan kepada pasien selama pemindaian PET.Tumor akan menyerap gula dan muncul pada hasil pemindaian. Tes ini bisa digunakan untuk menentukan di mana tumor berada dan jika ada yang ditemukan di luar apendiks.

5. Pengobatan

ilustrasi operasi (unsplash.com/National Cancer Institute)

Perawatan untuk kanker apendiks tergantung pada jenis tumor, stadium kanker, dan kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan. Tim profesional medis multidisiplin akan membantu perawatan pasien.

Tim ini dapat mencakup berbagai profesional kesehatan seperti dokter, praktisi perawat, ahli diet, konselor, dan masih banyak lagi. Ahli onkologi bedah akan mengoperasi kanker, sementara ahli onkologi medis akan mengembangkan rencana kemoterapi untuk pasien.

Berikut pilihan perawatan untuk kanker apendiks:

Operasi

Pembedahan merupakan pengobatan yang paling umum untuk kanker apendiks lokal. Jika kanker hanya terlokalisasi pada apendiks, maka pengobatan biasanya adalah dengan mengangkat apendiks.

Untuk beberapa jenis kanker apendiks, atau jika tumornya telah besar, dokter mungkin merekomendasikan untuk mengangkat setengah dari usus besar (hemikolektomi) dan beberapa kelenjar getah bening.

Jika kanker telah menyebar, dokter mungkin merekomendasikan operasi sitoreduktif (debulking). Dalam jenis operasi ini, ahli bedah akan mengangkat tumor, cairan di sekitarnya, dan kemungkinan organ terdekat yang menempel pada tumor. 

Kemoterapi

Perawatan kemungkinan termasuk kemoterapi sebelum atau sesudah operasi jika tumor lebih besar dari 2 cm, kanker telah menyebar, terutama ke kelenjar getah bening, dan kankernya lebih agresif. Jenis kemoterapi yaitu meliputi:

  • Kemoterapi sistemik yang diberikan secara intravena atau melalui mulut. 
  • Kemoterapi regional yang diberikan langsung ke perut, seperti kemoterapi intraperitoneal (EPIC) atau kemoterapi intraperitoneal hipertemik (HIPEC). 
  • Kombinasi kemoterapi sistemik dan regional.

Radiasi

Terapi radiasi jarang digunakan untuk mengobati kanker apendiks. Namun, bisa saja ini direkomendasikan jika kanker telah menyebar ke bagian tubuh lainnya.

Tes pencitraan

Sesudah operasi, dokter akan menindaklanjuti dengan tes pencitraan seperti CT scan atau MRI untuk memastikan tumor telah hilang.

6. Prognosis

ilustrasi pasien kanker (freepik.com/jcomp)

Karena kanker apendiks merupakan kanker yang langka, maka hanya sedikit informasi yang tersedia tentang kekambuhan atau kelangsungan hidup. Menurut American Society of Clinical Oncology, tingkat kelangsungan hidup 5 tahun untuk tumor neuroendokrin stadium 1 dan stadium 2 yaitu antara 67 persen hingga 97 persen.

Tingkat kelangsungan hidup untuk kanker apendiks stadium lanjut yang telah menyebar ke bagian tubuh lainnya lebih rendah. Tingkat kelangsungan hidup juga bervariasi antar jenis kanker.

Tumor neuroendokrin mempunyai peluang hidup tertinggi, sementara tumor sel cincin meterai mempunyai tingkat kelangsungan hidup lima tahun terendah di 27 persen, mengutip Healthline.

Tingkat kelangsungan hidup 5 tahun meningkat untuk beberapa kasus kanker apendiks saat bagian dari usus besar juga diangkat dan kemoterapi dilakukan. Namun, tidak semua kasus kanker apendiks membutuhkan perawatan tambahan ini.

Diagnosis kanker usus buntu bisa terasa menakutkan dan tidak pasti. Bicarakan hal ini dengan dokter. Dokter dapat menjawab semua pertanyaan dan menemukan sumber daya untuk membantu pasien melewati masa-masa sulit. 

Karena kanker usus buntu adalah penyakit langka. Pasien mungkin akan merasa sendirian dan terisolasi. Banyak orang bergabung dengan kelompok pendukung sehingga mereka dapat berbicara dengan orang lain yang mengalami hal serupa.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nurulia R F
EditorNurulia R F
Follow Us