Kenapa Obat Rasanya Pahit?

- Rasa pahit obat muncul karena indra pengecap mendeteksi zat asing sebagai potensi racun bagi tubuh.
- Banyak bahan aktif dalam obat yang secara alami memang memiliki rasa pahit.
- Anak-anak lebih sensitif terhadap rasa pahit sehingga lebih sulit menerima obat.
Saat sedang sakit dan dokter memberikan resep obat yang harus dikonsumsi, kita mungkin sepakat kalau salah satu kekhawatiran dari obat yang akan diberikan ialah rasanya yang pahit. Memang tak semua obat punya rasa pahit, tetapi sebagian besar pasti menimbulkan sensasi tersebut, yang pastinya bikin tak nyaman. Malahan, beberapa obat punya rasa yang sangat pahit sampai-sampai kita harus "mengakali" cara minumnya dengan beberapa metode, semisal sambil mengunyah pisang.
Untuk orang dewasa, rasa pahit dari obat mungkin masih bisa ditoleransi. Namun, untuk anak-anak, rasa tersebut justru jadi tantangan sendiri bagi orangtua untuk memberikan obat pada mereka. Nah, dari penjelasan tersebut, jelas ada satu pertanyaan yang sangat menarik untuk dijawab: kenapa obat rasanya pahit?
Apakah rasa itu ada kaitannya dengan komposisi pada obat atau jangan-jangan karena sistem indra pengecap kita yang terganggu ketika meminum obat? Agar tidak bertanya-tanya lagi, kita bisa langsung mengintip jawaban atas pertanyaan kenapa obat rasanya pahit berikut ini. Simak sampai tuntas, ya!
1. Indra pengecap kita yang bertanggung jawab

Evolusi yang terjadi pada manusia menghasilkan banyak mekanisme pertahanan diri otomatis, khususnya ketika ada benda asing yang masuk ke dalam mulut. Salah satu bentuk pertahanan itu ialah munculnya rasa pahit pada apa pun benda asing yang berpotensi mengganggu stabilitas tubuh kita. Menariknya, mekanisme itu pula yang jadi salah satu penyebab mengapa rasa obat yang kita konsumsi ketika sakit itu sangat pahit.
Dilansir Royston Pharmacy, sensasi rasa pahit pada manusia ketika mengonsumsi obat aktif karena tubuh mendeteksi potensi obat sebagai racun bagi tubuh. Mayoritas obat yang masuk ke dalam tubuh manusia itu bekerja dengan cara mengganggu proses fisiologis di dalam sel. Oleh sebab itu, tubuh melalui indra pengecap secara otomatis akan berusaha mencegah kita untuk menelan obat dengan memberikan rasa pahit. Kadang-kadang, dosis obat yang dikonsumsi turut berpengaruh pada rasa pahit yang dirasa. Adapun, semakin besar dosisnya, maka rasa pahitnya akan semakin terasa pekat.
Kemampuan kita untuk mengecap rasa pahit ini sebenarnya penting sekalipun terasa mengganggu. Di luar konteks konsumsi obat, kemampuan merasakan pahit saat mengonsumsi sesuatu itu sangat berpotensi untuk mencegah keracunan. Sebab, beberapa jenis racun yang masuk melalui mulut itu akan langsung terasa pahit begitu menyentuh lidah. Beberapa contohnya seperti sianida, alkaloid, dan kukurbitasin.
2. Ada pula pengaruh dari komposisi obat itu sendiri

Indra pengecap manusia mendeteksi rasa pahit pada obat juga tak lepas dari kandungan obat itu sendiri. Beberapa bahan yang dipakai untuk membuat obat-obatan secara alami punya material yang menghasilkan rasa pahit kalau dikonsumsi. Senyawa kimia yang aktif pada obat awalnya sudah punya rasa pahit.
Dilansir Live Science, beberapa obat dibuat dari material makhluk hidup yang tak bisa bergerak, semisal tanaman atau invertebrata laut. Karena tak bisa bergerak, mekanisme pertahanan yang mereka miliki ialah menghasilkan senyawa tertentu yang mampu bersifat racun bagi makhluk lain. Beberapa bahan campuran untuk obat pun sebenarnya tergolong beracun kalau masuk secara terpisah ke tubuh tanpa diolah. Nah, ketika kita mencampurkan bagian itu dengan obat, komponen yang seharusnya beracun itu tetap terbawa sehingga menghasilkan rasa pahit pada obat.
Sebenarnya, alasan kenapa obat bisa memiliki efek samping juga konsekuensi dari campuran senyawa yang ada di dalamnya. Efek toksisitas aktif masih tetap muncul karena adanya interaksi tubuh dengan komponen obat tersebut. Namun, jangan khawatir soal hal ini. Sebab, setiap obat yang beredar itu sudah diolah dan dimurnikan dengan sedemikian rupa sehingga tubuh kita akan lebih banyak menyerap manfaat ketimbang merasakan efek samping. Yang paling penting, selalu ikuti dosis yang dianjurkan oleh dokter, ya!
3. Ternyata anak-anak lebih sensitif pada rasa pahit obat

Salah satu hal yang bikin pusing terkait obat pahit ini ialah bagaimana memberikannya kepada pasien anak-anak. Berbeda dengan orang dewasa yang masih sanggup menoleransi rasa pahit obat, anak-anak biasanya ogah dan langsung menghindar begitu merasakan pahit dari obat yang mereka konsumsi. Menariknya, ada alasan ilmiah tentang kenapa anak-anak “benci” dengan obat yang terasa pahit.
Dalam jurnal terbitan PubMed Central yang berjudul "The Bad Taste of Medicines: Overview of Basic Research on Bitter Taste" hasil penelitian Julie A Mennella, dkk., disebutkan kalau anak-anak itu punya indra pengecap yang lebih sensitif dalam merasakan pahit ketimbang orang dewasa. Karena sensitivitas indra pengecap yang tinggi, anak-anak cenderung lebih kuat menolak obat yang pahit. Secara tak langsung, hal itu menunjukkan preferensi mereka pada rasa lain ketimbang rasa pahit.
Sebenarnya, farmasi modern sudah menghasilkan beberapa jenis obat untuk anak dengan beberapa rasa berbeda, terutama rasa manis. Tujuannya jelas untuk membantu anak-anak mengatasi rasa pahit dari obat tersebut. Sayangnya, saking sensitifnya indra perasa, campuran zat yang memicu rasa manis, asin, atau asam sekalipun kadang tetap meninggalkan jejak pahit begitu masuk ke mulut anak, khususnya bagi yang sangat sensitif.
4. Tips agar rasa pahit pada obat bisa dikurangi

Tak hanya anak-anak, beberapa orang dewasa mungkin juga merasa tidak nyaman ketika harus mengonsumsi obat yang pahit. Masalahnya, obat untuk orang dewasa itu sangat jarang yang dicampurkan dengan perasa manis atau sebagainya. Kalau sudah begitu, pilihannya tinggal berusaha menahan rasa pahit obat atau "mengakali" rasa pahit tersebut dengan beberapa langkah.
Kamu bisa ambil pilihan kedua. Cara-caranya terbilang mudah, kok. GoodRx melansir kalau cara yang bisa kamu coba ialah membuat lidahmu jadi mati rasa dengan mengecap es sebelum minum obat. Ternyata, temperatur memengaruhi indra pengecap dan suhu dingin melambatkan cara kerja indra pengecap. Dengan membuat lidah lebih dingin, rasa pahit setidaknya bisa dikurangi.
Kemudian, makan atau minum sesuatu dengan rasa yang kuat sebelum minum obat juga bisa jadi solusi. Harapannya, rasa kuat dari makanan atau minuman tersebut mampu menutupi rasa pahit yang disebabkan obat yang dikonsumsi belakangan. Hanya saja, kamu perlu berkonsultasi dengan dokter terkait hal ini, ya. Bisa jadi ada obat yang tidak bisa dikonsumsi berbarengan dengan makanan atau minuman tertentu.
Cara lain yang tak kalah populer ialah mengonsumsi obat berbarengan dengan makanan lain yang punya rasa lebih manis, semisal pisang. Rasa manis pada buah seperti pisang pastinya dapat menutupi sensasi pahit pada obat yang ditelan bersamaan. Sama seperti sebelumnya, kamu pun perlu mengonsultasikan hal ini ke dokter.
Cara terakhir, kamu bisa meminta dokter dan/atau apoteker untuk meresepkan obat dengan perisa tertentu, semisal rasa manis permen karet dan buah-buahan. Kalau diperbolehkan dan fasilitas kesehatan yang kamu datangi memiliki stoknya, permintaan itu dapat dikabulkan. Namun, cara ini umumnya berlaku untuk obat berbentuk cairan dan ada potensi alergi bagi beberapa orang. Jadi, sekali lagi, konsultasikan dengan dokter dan/atau apoteker yang meracik obatnya, ya!
Jadi, rasa pahit pada obat itu merupakan kombinasi evolusi tubuh manusia dan campuran bahan yang dipakai dalam tiap racikan obat. Secara alami, kita memang benci rasa pahit, tetapi hal tersebut tidak boleh jadi alasan untuk tidak mengonsumsi obat yang sudah diresepkan dokter. Soalnya, mau bagaimanapun, mengonsumsi obat jadi salah satu cara paling efektif untuk kembali sehat.
Referensi
“How to Make Medicine Taste Better: 6 Easy Tips to Try.” GoodRx. Diakses Oktober 2025.
Mennella, J. A., dkk. 2013. "The Bad Taste of Medicines: Overview of Basic Research on Bitter Taste". PubMed Central.
“Why does medicine taste bad?” Live Science. Diakses Oktober 2025.
“Why Does Medicine Taste Bitter And Does It Matter?” Royston Pharmacy. Diakses Oktober 2025.