Manfaat Terapi Biofeedback, Bisa Bantu Kendalikan Stres

- Terapi biofeedback membantu mengendalikan fungsi tubuh secara sadar, seperti detak jantung, tekanan darah, dan pola pernapasan.
- Manfaat terapi biofeedback meliputi gangguan kecemasan, migrain, insomnia, nyeri kronis, gangguan gastrointestinal, dan gangguan pergerakan otot.
- Penyedia layanan kesehatan yang menawarkan biofeedback harus disertifikasi oleh AAPB. Proses terapi ini bertujuan untuk melatih kesadaran diri pasien agar bisa mengelola kondisi kesehatannya.
Terapi biofeedback makin dikenal sebagai metode inovatif yang membantu individu mengendalikan fungsi tubuh secara sadar. Berkat teknologi modern, terapi ini memungkinkan penggunanya memantau aktivitas tubuh seperti detak jantung, tekanan darah, hingga pola pernapasan.
Manfaat terapi biofeedback tidak hanya terbatas pada manajemen stres, tetapi juga untuk mengatasi berbagai gangguan kesehatan. Ini termasuk migrain, insomnia, hingga hipertensi.
Bagaimana cara kerja terapi biofeedback dan apa saja manfaatnya? Simak ulasannya berikut.
1. Apa itu terapi biofeedback?

Biofeedback adalah teknik terapi untuk membantu individu memahami dan mengendalikan fungsi tubuh yang biasanya terjadi secara otomatis. Melalui alat khusus, seperti sensor yang ditempelkan pada kulit, terapi ini memantau respons fisiologis tubuh seperti detak jantung, suhu kulit, aktivitas otot, hingga gelombang otak.
Tujuan utama dari terapi biofeedback adalah melatih tubuh agar bisa merespons stres, nyeri, atau kondisi kesehatan tertentu dengan lebih baik.
Misalnya, seseorang dengan gangguan kecemasan bisa belajar menenangkan detak jantungnya melalui teknik pernapasan yang diajarkan dalam sesi biofeedback.
2. Bidang kesehatan apa saja yang menggunakan terapi biofeedback?
Banyak penyedia layanan kesehatan yang menawarkan terapi biofeedback. Ini termasuk:
- Psikolog.
- Terapis fisik.
- Penyedia layanan kesehatan primer.
Penyedia layanan kesehatan yang melakukan biofeedback harus disertifikasi oleh Association for Applied Psychophysiology and Biofeedback (AAPB) untuk menggunakan terapi tersebut. Pastikan penyedia layanan kesehatan memiliki sertifikasi sebelum memulai terapi.
3. Kondisi yang bisa dibantu dengan terapi biofeedback

Terapi biofeedback telah terbukti bermanfaat dalam menangani berbagai kondisi kesehatan, baik fisik maupun mental. Berikut beberapa di antaranya:
- Gangguan kecemasan dan stres: Terapi biofeedback membantu individu mempelajari cara mengendalikan respons tubuh terhadap stres, seperti detak jantung dan tekanan darah.
- Migrain dan sakit kepala: Terapi ini bisa mengurangi frekuensi dan intensitas migrain dengan melatih otot-otot kepala dan leher agar lebih rileks.
- Insomnia: Biofeedback membantu individu memahami pola gelombang otak dan respons tubuh yang memengaruhi kualitas tidur. Dengan latihan, terapi ini bisa meningkatkan kemampuan tubuh untuk rileks.
- Nyeri kronis: Terapi ini digunakan untuk mengurangi nyeri kronis, seperti nyeri punggung atau fibromialgia.
- Gangguan gastrointestinal: Masalah pencernaan seperti sindrom iritasi usus besar (IBS) dan konstipasi bisa dikelola melalui teknik biofeedback yang membantu tubuh mengatur fungsi usus.
- Gangguan pergerakan otot: Pengidap stroke atau gangguan saraf lainnya bisa menggunakan biofeedback untuk memulihkan kontrol motorik melalui latihan yang difokuskan pada otot-otot tertentu.
Dengan pendekatan yang non invasif, biofeedback menjadi pilihan terapi yang makin diminati untuk mengelola berbagai kondisi.
4. Apa yang terjadi saat terapi biofeedback?
Selama sesi terapi biofeedback, sensor khusus akan dipasang pada tubuh untuk memantau respons fisiologis seperti detak jantung, tekanan darah, suhu kulit, aktivitas otot, atau gelombang otak.
Data dari sensor ini ditampilkan secara real-time melalui monitor, sehingga pasien bisa melihat bagaimana tubuhnya merespons stres atau teknik relaksasi yang diterapkan.
Dengan bimbingan terapis, pasien akan diajarkan latihan pernapasan, relaksasi otot, atau visualisasi untuk mengubah respons tubuh menjadi lebih terkendali. Proses ini bertujuan untuk melatih kesadaran diri sehingga pasien bisa mengaplikasikan teknik yang sama di luar sesi terapi untuk mengelola kondisi kesehatannya.
5. Seberapa sering harus menjalani terapi biofeedback?

Beberapa orang menganggap terapi biofeedback sebagai jenis latihan, bukan pengobatan. Untuk mendapatkan hasil maksimal, kamu harus menghadiri beberapa sesi. Kamu juga harus berpartisipasi secara aktif dan berlatih di sela-sela jadwal terapi.
Jumlah latihan akan sangat bervariasi, tergantung pada:
- Kondisi yang ingin ditangani.
- Tingkat keparahan gejala.
- Bagaimana tubuh merespons.
- Jumlah latihan yang kamu lakukan di sela-sela sesi.
Penyedia layanan kesehatan dapat memberikan informasi lebih lanjut tentang frekuensi sesi yang paling sesuai.
6. Kapan harus menghubungi penyedia layanan kesehatan?
Biofeedback bertujuan untuk melengkapi perawatan medis, bukan menggantikannya. Kebanyakan orang menggunakan biofeedback bersama dengan perawatan lain.
Misalnya, seseorang dengan nyeri kronis bisa mengonsumsi obat-obatan dan mempelajari biofeedback.
Jangan ragu untuk menemui penyedia layanan kesehatan medis untuk masalah kesehatan, meskipun biofeedback membantu mengelola kondisi kesehatan kamu. Jangan pula untuk langsung berhenti mengonsumsi obat yang diresepkan, walaupun biofeedback memberikan manfaat yang signifikan.
Terapi biofeedback menawarkan pendekatan yang aman, non invasif, dan berbasis teknologi untuk membantu mengelola berbagai kondisi kesehatan. Dengan memanfaatkan data tubuh secara real-time, terapi ini efektif untuk mengatasi stres, nyeri, atau gangguan kesehatan lainnya.
Referensi
"About Biofeedback." Association for Applied Psychophysiology & Biofeedback. Diakses pada Januari 2025.
Malik, Kashif, and Anterpreet Dua. “Biofeedback.” StatPearls - NCBI Bookshelf, March 2, 2023.
"Biofeedback". Cleveland Clinic. Diakses pada Januari 2025.