Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Masalah Kompleks, Obesitas Bukan Cuma Soal Diet dan Olahraga

Adhika Widya Sena - P&O Director, Novo Nordisk Indonesia; dr. Esti Widiastuti M., MScPH - Ketua Tim Kerja Diabetes Melitus dan Gangguan Metabolik, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; dan Dr. dr. Gaga Irawan Nugraha, M. Gizi., Sp.GK(K) - Wakil Ketua, HISOBI (Himpunan Studi Obesitas Indonesia) dalam diskusi media “Obesitas Terkini, Bukan Hanya Soal Hitung Kalori”, Jakarta, Jumat (1/3/2024). (Dok. Istimewa)
Adhika Widya Sena - P&O Director, Novo Nordisk Indonesia; dr. Esti Widiastuti M., MScPH - Ketua Tim Kerja Diabetes Melitus dan Gangguan Metabolik, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; dan Dr. dr. Gaga Irawan Nugraha, M. Gizi., Sp.GK(K) - Wakil Ketua, HISOBI (Himpunan Studi Obesitas Indonesia) dalam diskusi media “Obesitas Terkini, Bukan Hanya Soal Hitung Kalori”, Jakarta, Jumat (1/3/2024). (Dok. Istimewa)

Obesitas (kondisi ketika seseorang mempunyai berat badan berlebih atau lemak tubuh yang dapat memengaruhi kesehatannya) dan obesitas sentral (penumpukan lemak di area perut) merupakan salah satu masalah kesehatan yang mengkhawatirkan di dunia, termasuk di Indonesia.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) 2018, prevalensi obesitas di kalangan orang dewasa meningkat dari 10,5 persen pada 2007 menjadi 21,8 persen pada 2018. Peningkatan ini memperlihatkan kebutuhan mendesak akan strategi yang efektif untuk memerangi obesitas.

Terlepas dari tingkat keparahan dan keterkaitannya dengan sejumlah penyakit tidak menular seperti diabetes, kardiovaskular, hipertensi dan stroke, masih banyak miskonsepsi terkait obesitas yang beredar di masyarakat.

Banyak orang menganggap bahwa mengatasi obesitas hanya masalah cara mengurangi kalori yang masuk dan berolahraga. Padahal, mengelola obesitas jauh lebih kompleks.

Dalam rangka memperingati Hari Obesitas Sedunia pada 4 Maret, Novo Nordisk Indonesia menggelar diskusi media untuk membahas pemahaman ilmiah tentang obesitas di Jakarta pada Jumat (1/3/2024).

Sejalan dengan tema Hari Obesitas Sedunia 2024, Novo Nordisk Indonesia mengangkat tema “Mari Bicara Obesitas & Sains di Belakangnya”, yang diharapkan dapat meluruskan miskonsepsi seputar isu obesitas.

Otak merupakan pusat pengaturan nafsu dan perilaku makan seseorang yang dipengaruhi oleh tiga penggerak utama

ilustrasi otak manusia (pixabay.com/hainguyenrp)
ilustrasi otak manusia (pixabay.com/hainguyenrp)

Dari Himpunan Studi Obesitas Indonesia (HISOBI), Dr. dr. Gaga Irawan Nugraha, SpGK(K) mengatakan bahwa obesitas dan obesitas sentral merupakan salah satu masalah kesehatan global, diperkirakan 1,9 miliar orang akan menderita obesitas pada 2035.

Selain itu, studi terbaru dari Organisasi Kesehatan Dunia dan peneliti internasional memperkirakan 159 juta anak-anak dan remaja serta hampir 880 juta orang dewasa mengalami obesitas pada tahun 2022. Singkatnya, lebih dari 1 miliar penduduk dunia mengalami obesitas. Temuan ini dipublikasikan dalam jurnal The Lancet pada 29 Februari 2024.

Melihat angka-angka di atas, sangat penting untuk tidak meremehkan kompleksitas ilmiah dari penyakit ini. Pemahaman akan keseimbangan energi merupakan hal yang penting untuk menentukan langkah-langkah yang efektif untuk mengatasi obesitas.

Dan, untuk dapat mengerti konsep keseimbangan energi, penting untuk terlebih dahulu memahami bagaimana otak meregulasi nafsu makan dan faktor-faktor lain yang memengaruhi.

Keseimbangan energi, dijelaskan oleh Dr. Gaga dalam presentasinya, diatur oleh otak melalui berbagai macam input.

Otak merupakan pusat pengaturan nafsu dan perilaku makan seseorang yang dipengaruhi oleh tiga penggerak utama, yakni homeostatic eating yang dipengaruhi oleh sinyal lapar; hedonic eating yaitu rasa lapar yang dipengaruhi keinginan atau kesenangan; dan fungsi eksekutif yang melibatkan pengambilan keputusan untuk makan. Intervensi gaya hidup memengaruhi fungsi eksekutif, imbuhnya.

Memberikan pemahaman terkait obesitas adalah langkah krusial dalam mengatasi masalah yang kompleks ini.

“Walaupun terapi gizi medis dan aktivitas fisik merupakan dasar untuk mengelola obesitas, tetapi ini tidak cukup bagi banyak pasien. Kita perlu menyediakan penanganan obesitas yang lebih komprehensif di Indonesia, beralih dari yang tadinya berfokus hanya pada indeks massa tubuh (IMT, atau body mass index, BMI) menjadi berfokus pada penanganan komplikasi terkait obesitas," Dr. Gaga menjelaskan.

"Diperlukan tiga pilar pendukung untuk memberikan perawatan obesitas yang lebih baik, yaitu intervensi psikologis dan perilaku, farmakoterapi, dan bedah bariatrik.”

Selain itu, untuk mendukung pasien obesitas, dia juga menekankan pentingnya kerangka 5A, yaitu Ask, Assess, Advise, Agree, dan Assist. Kerangka ini memberikan panduan bagi tenaga kesehatan untuk memberikan perawatan holistik bagi orang dengan obesitas.

Upaya Kementerian Kesehatan RI

dr. Esti Widiastuti M., MScPH - Ketua Tim Kerja Diabetes Melitus dan Gangguan Metabolik, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kemenkes RI (Dok. Istimewa)
dr. Esti Widiastuti M., MScPH - Ketua Tim Kerja Diabetes Melitus dan Gangguan Metabolik, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kemenkes RI (Dok. Istimewa)

Mengenai prevalensi obesitas di Indonesia, dr. Esti Widiastuti, MScPH, Ketua Tim Kerja Penyakit Diabetes Melitus dan Gangguan Metabolik, Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) menuturkan bahwa Kemenkes konsisten dalam komitmennya untuk mengatasi penyakit tidak menular, dan obesitas merupakan salah satu fokus utama.

“Kami senantiasa konsisten dalam komitmen kami untuk mengatasi penyakit tidak menular, dan obesitas merupakan salah satu perhatian utama kami. Upaya kolaboratif antara lembaga pemerintah, penyedia layanan kesehatan, dan sektor swasta merupakan hal yang krusial dalam menangani isu yang kompleks ini, kata dr. Esti.

Kemenkes mendukung penuh inisiatif untuk meningkatkan kesadaran, edukasi dan pencegahan obesitas, khususnya pada Hari Obesitas Sedunia ini.

"Merupakan hal yang penting bagi seluruh pemangku kepentingan untuk bergotong-royong dalam mengimplementasikan langkah-langkah yang efektif untuk memerangi obesitas dan risiko kesehatan terkait, memastikan masa depan yang lebih sehat bagi semua."

Kolaborasi dalam mengembangkan perawatan obesitas

ilustrasi obesitas (pexels.com/Towfiqu barbhuiya)
ilustrasi obesitas (pexels.com/Towfiqu barbhuiya)

Clinical, Medical, and Regulatory Novo Nordisk Indonesia, dr. Riyanny Meisha Tarliman, menambahkan bahwa sejalan dengan Kemenkes, Novo Nordisk Indonesia berkomitmen untuk mendorong perubahan dalam penanganan obesitas dengan berfokus pada edukasi, advokasi dan riset, serta bekerja sama dengan berbagai  pihak terkait.

"Dari tahun ke tahun, Novo Nordisk Indonesia senantiasa terlibat aktif dalam meningkatkan kesadaran masyarakat  dan memberikan edukasi terkait obesitas melalui berbagai inisiatif," dr. Riyanny.

Salah satu contohnya adalah melalui Chatbot WhatsApp Tanya Gendis, yang mudah diakses dan menyediakan informasi tentang diabetes dan obesitas, sehingga dapat membantu masyarakat dalam mengambil keputusan kesehatan.

"Selain itu, dalam Diabetes Obesity Summit kami juga mengumpulkan para ahli dan pemangku kepentingan untuk mengatasi tantangan industri kesehatan, dan melalui situs Truth About Weight, kami menawarkan informasi dan berbagai fitur yang bermanfaat. Ke depan, studi kami terkait beban penyakit obesitas akan memberikan rekomendasi yang dapat diimplementasikan pada kebijakan dan strategi perawatan kesehatan untuk pencegahan dan pengelolaan obesitas,” tambahnya.

Menghadirkan informasi ilmiah terkait obesitas merupakan salah satu upaya Novo Nordisk Indonesia dalam mengedukasi masyarakat tentang obesitas.

"Kami memahami bahwa obesitas memerlukan perhatian lebih. Ke depan, kami ingin berkolaborasi dengan Kemenkes, tenaga kesehatan, dan berbagai organisasi lain sebagai langkah konkret dalam mengembangkan perawatan obesitas,” imbuh dr. Riyanny.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us