Hamil di Atas Usia 40 Tahun, Ini yang Harus Disiapkan

Harus well-prepared karena cukup berisiko

Kebanyakan perempuan hamil dan melahirkan pada usia 20-an dan 30-an. Namun, beberapa perempuan mengandung di atas usia 40 tahun. Alasannya bermacam-macam, seperti "kebobolan", sempat memiliki masalah kesuburan dan baru berhasil program hamil setelah berjuang selama bertahun-tahun, atau baru menemukan pasangan hidup, atau memang sengaja menunda kehamilan hingga merasa sudah siap.

Siapa pun yang mengalaminya, jangan disesali atau khawatir berlebihan. Lebih baik, persiapkan diri dengan matang, seperti yang disarankan oleh dr. Gahrani Chen, SpOG, dokter spesialis kebidanan dan kandungan RSIA Grand Family.

1. Usia kehamilan yang ideal adalah antara usia 25 hingga 35 tahun

Menurut dr. Gahrani, usia kehamilan yang ideal bagi perempuan adalah antara 25 hingga 35 tahun. Pada usia tersebut, organ reproduksi bekerja secara optimal dan mental calon ibu berada dalam kondisi yang matang.

Jumlah sel telur pada usia 25 tahun sekitar 300.000 dan turun menjadi 80.000 pada usia 35 tahun. Namun, pada usia 40 tahun, sel telur yang tersisa hanya 18.000. Selain itu, peluang untuk hamil secara alami tinggal 5 sampai 20 persen saja.

2. Pada usia 40 tahun ke atas, peluang mengandung anak dengan sindrom Down lebih tinggi

Hamil di Atas Usia 40 Tahun, Ini yang Harus Disiapkanilustrasi anak dengan sindrom Down (pixabay.com/SP3CialStock)

Kuantitas dan kualitas sel telur mengalami penurunan seiring berjalannya waktu. Penyebabnya bermacam-macam. Yang paling utama adalah penuaan, lalu diikuti dengan asupan gizi dan gaya hidup yang kurang sehat.

Hamil di atas usia 40 tahun meningkatkan peluang mengandung anak dengan sindrom Down. Mengutip Stanford Medicine Children's Health, kemungkinannya adalah 1 per 1.250 pada usia 25 tahun dan meningkat menjadi 1 per 100 pada usia 40 tahun.

3. Tak hanya janin, calon ibu juga menghadapi risiko berbagai kondisi medis

Ada berbagai kondisi medis yang mungkin akan dialami seseorang yang hamil di atas usia 40 tahun, antara lain:

  • Keguguran: Disebut juga sebagai aborsi spontan, ini adalah kondisi hilangnya janin secara tiba-tiba sebelum minggu ke-20 kehamilan. Pada usia 40–44 tahun, sekitar 34 persen kehamilan berakhir dengan keguguran. Setelah usia 45 tahun, angkanya melonjak menjadi 53 persen.
  • Diabetes gestasional: Didefinisikan sebagai gula darah tinggi yang berkembang selama kehamilan dan biasanya hilang setelah melahirkan. Diabetes gestasional bisa menyebabkan makrosomia, yaitu bayi baru lahir yang ukurannya jauh lebih besar dari rata-rata.
  • Preeklamsia: Ini adalah kondisi serius yang ditandai dengan tekanan darah tinggi, protein dalam urine, dan pembengkakan parah. Berdasarkan studi dalam jurnal Geburtshilfe und Frauenheilkunde (2015), preeklamsia lebih sering terjadi pada perempuan berusia di atas 40 tahun dibandingkan dengan perempuan di bawah usia 30 tahun.
  • Plasenta previa: Plasenta previa adalah kondisi ketika plasenta atau ari-ari berada di bagian bawah rahim, sehingga menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir dan bisa menyebabkan pendarahan hebat, baik sebelum maupun saat persalinan.

Baca Juga: 6 Komplikasi Kehamilan yang Dapat Menyebabkan Kematian pada Ibu Hamil

4. Dianjurkan membatasi makanan dan minuman tertentu

Hamil di Atas Usia 40 Tahun, Ini yang Harus Disiapkanilustrasi makanan tinggi lemak, garam, dan gula (pixabay.com/2SIF)

Sebenarnya, tidak ada perbedaan yang signifikan dari segi asupan makanan. Kurang lebih sama seperti ibu hamil usia berapa pun, yang dianjurkan membatasi makanan tinggi lemak, garam, dan gula. Selain itu, pastikan makanan benar-benar matang dan hindari kopi karena akan menghambat penyerapan zat besi.

Dokter Gahrani menyarankan mengonsumsi makanan yang tinggi protein, bisa dari hewani (daging atau telur) serta nabati (tempe dan tahu). Tak lupa, perbanyak konsumsi mentimun, buah bit, sayuran hijau, kentang, wortel, pisang, dan buah beri untuk menurunkan tekanan darah dan kolesterol.

5. Penting juga untuk skrining janin dan kontrol kehamilan secara rutin

Sesering apa harus kontrol kehamilan? Dilansir WebMD, untuk minggu ke-4 hingga 28, disarankan untuk kontrol sebulan sekali, lalu naik menjadi sekali per dua minggu pada minggu ke-28 hingga 36. Untuk minggu ke-36 hingga ke-40, frekuensinya bertambah menjadi seminggu sekali.

Skrining janin juga perlu. Kalau memungkinkan, berkonsultasilah dengan dokter spesialis fetomaternal. Ini adalah salah satu subspesialisasi obstetri dan ginekologi yang menangani kasus kehamilan dengan risiko tinggi.

Diagnosis fetomaternal yang dilakukan dengan baik bisa mendeteksi kelainan genetik dan kromosom, gangguan pembentukan organ, serta mendeteksi kemungkinan terjadinya keguguran, kelahiran prematur, dan bayi lahir dalam keadaan meninggal (stillbirth).

6. Terakhir, persiapkan diri untuk persalinan caesar

Hamil di Atas Usia 40 Tahun, Ini yang Harus Disiapkanilustrasi persalinan caesar (pixabay.com/Minh Phạm Cao)

Penelitian yang didanai oleh National Institutes of Health dan diterbitkan dalam jurnal Human Reproduction menemukan bahwa ibu yang lebih tua (usia di atas 35 tahun) lebih mungkin menjalani persalinan caesar dibandingkan dengan perempuan yang usianya lebih muda. Ini karena mereka lebih mungkin mengalami komplikasi selama kehamilan dan persalinan.

Kesimpulan ini diambil setelah mengamati 8 juta anak yang lahir di Amerika Serikat (AS) antara tahun 1995–2000. Namun, perempuan berusia 40 tahun ke atas tetap bisa bersalin dengan metode pervaginam asalkan tidak memiliki komplikasi, mengalami kontraksi rahim yang cukup intens, kepala janin berada di bawah, tidak terlilit tali pusat, plasenta tidak menutupi jalan lahir, tidak dalam keadaan hamil bayi kembar, berat badan bayi tidak lebih dari 4 kilogram, dan tidak ada indikasi gangguan jantung bawaan pada bayi.

Baca Juga: 5 Hal yang Harus Diperhatikan Setelah Operasi Caesar

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya