Vonoprazan, Inovasi Baru untuk Pengobatan GERD

Apa keunggulannya dibanding obat-obatan lainnya?

Kamu pasti tidak asing lagi dengan penyakit refluks gastroesofagus atau gastroesophageal reflux disease (GERD). Ini merujuk pada penyakit saluran cerna yang ditandai dengan refluks atau naiknya isi lambung ke kerongkongan. Salah satu penyebabnya adalah melemahnya katup atau sfingter pada esofagus bagian bawah.

Prevalensi GERD secara global adalah 8–33 persen untuk semua umur dan jenis kelamin. Bagaimana dengan Indonesia? Diperkirakan, prevalensi GERD pada penduduk perkotaan sebesar 9,35 persen.

Walau tidak mengancam jiwa secara langsung, GERD bisa menyebabkan beberapa komplikasi serius. Misalnya, peradangan pada saluran kerongkongan atau esofagus yang bisa memicu kanker esofagus di kemudian hari.

Pelajari lebih dalam seputar GERD dan pengobatannya dalam virtual media briefing bertema "Apakah Benar GERD Tidak Mengancam Jiwa: Harapan Baru untuk Tingkatkan Kesembuhan dan Mencegah Kekambuhan GERD" yang diadakan oleh PT Wellesta CPI pada Kamis (10/2/2022).

Narasumber yang dihadirkan ialah Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, dokter spesialis gastroenterologi. Selain itu, dihadiri pula oleh Yohannes Sinaga, country head PT Wellesta CPI. Simak, yuk!

1. Mengenal GERD dan gejalanya

Vonoprazan, Inovasi Baru untuk Pengobatan GERDilustrasi GERD (vaidjagjitsingh.com)

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, GERD merupakan penyakit saluran cerna yang ditandai dengan refluks atau naiknya isi lambung ke kerongkongan. Salah satu penyebabnya adalah melemahnya katup (sfingter) pada esofagus (saluran yang menghubungkan antara mulut dan perut) bagian bawah sehingga tidak bisa menutup dengan baik.

Pada umumnya, sfingter hanya akan membuka jika makanan atau minuman dialirkan dari esofagus ke lambung untuk dicerna. Tetapi, sfingter yang melemah dan tidak bisa menutup dengan sempurna mengakibatkan makanan, minuman, serta asam lambung mengalir kembali ke atas.

Menurut Prof. Ari, gejala utama GERD adalah:

  • Rasa panas seperti terbakar dan lebih sering dikenal dengan istilah heart burn.
  • Regurgitasi, yaitu mulut seperti terasa pahit dan adanya sesuatu yang berbalik arah dari esofagus dan dirasakan di rongga mulut.

Gejala lain yang kerap dikeluhkan ialah kesulitan dalam menelan, tenggorokan terasa sakit, mual, muntah, hingga bau mulut.

2. Bukan penyakit yang mengancam jiwa

Vonoprazan, Inovasi Baru untuk Pengobatan GERDilustrasi heart burn (calmclinic.com)

Sedikit bertolak belakang dengan anggapan yang selama ini beredar di masyarakat, GERD ternyata tidak mengancam nyawa!

"GERD merupakan penyakit yang tidak mengancam jiwa. Namun, apabila terjadi terus-menerus, diabaikan, dan tidak diobati dengan benar, dapat menyebabkan iritasi dan peradangan pada dinding dalam kerongkongan (esofagus). Lama-kelamaan akan menyebabkan luka kronis, penyempitan pada kerongkongan bawah, sampai terjadi kanker esofagus," Prof. Ari menjelaskan.

Penanganan GERD harus sampai tuntas. Jika tidak, bisa menimbulkan komplikasi peradangan pada dinding dalam kerongkongan atau esofagus. Peradangan itu bisa menyebabkan munculnya luka dan jaringan parut di kerongkongan yang membuat kesulitan menelan.

Kondisi ini juga memicu esofagitis (peradangan di lapisan esofagus), striktur esofagus (penyempitan saluran esofagus), dan esofagus Barret (kerusakan sel yang melapisi esofagus akibat paparan asam lambung). Prof. Ari menegaskan bahwa GERD bisa menyebabkan kematian jika terjadi perubahan striktur esofagus dan bertransformasi menjadi kanker esofagus.

3. Ada beberapa faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan terjadinya GERD

Vonoprazan, Inovasi Baru untuk Pengobatan GERDilustrasi obesitas (pixabay.com/Bru-nO)

Menurut Prof. Ari, beberapa faktor risiko yang bisa meningkatkan kemungkinan terjadinya GERD adalah:

  • Obesitas.
  • Kehamilan.
  • Pengosongan lambung yang terlambat.
  • Hernia hiatal (bagian lambung mencuat ke area dada melalui lubang diafragma).
  • Skleroderma (penyakit autoimun yang menyerang jaringan ikat, sehingga jaringan itu menebal dan mengeras).

Selain itu, kekambuhan GERD bisa dipicu oleh beberapa aktivitas seperti merokok, makan pada waktu yang terlalu larut, makan dalam porsi besar sekaligus, mengonsumsi makanan yang berlemak atau digoreng, mengonsumsi minuman atau makanan yang mengandung kafein, hingga mengonsumsi obat tertentu semisal aspirin.

Baca Juga: Hindari Makanan ini agar Asam Lambung Tidak Naik saat Puasa

4. Pasien GERD disarankan untuk memperbaiki gaya hidup

Vonoprazan, Inovasi Baru untuk Pengobatan GERDilustrasi berhenti merokok (h4i.nl)

Jangan mendiagnosis diri sendiri sebelum mendapat pernyataan resmi dari dokter. Diagnosis GERD bisa ditegakkan berdasarkan anamnesis (wawancara medis oleh dokter terhadap pasien terkait gejala dan riwayat penyakit).

Kemudian, dokter akan melakukan pemeriksaan lain seperti endoskopi saluran cerna. Tujuannya untuk mendeteksi apakah ada luka pada dinding dalam esofagus bagian bawah, penyempitan, lesi prakanker atau kanker, serta hernia hiatal.

Terkadang, dilakukan pemeriksaan lanjutan seperti pemantauan pH-impedansi dan manometri (mengukur fungsi sfingter pada bagian bawah esofagus), hingga pemeriksaan radiologi sesuai indikasi.

"Dari pemeriksaan-pemeriksaan tersebut, dokter akan menarik kesimpulan apakah telah terjadi iritasi dan peradangan pada esofagus yang merupakan penanda utama dari GERD," ungkap Prof. Ari.

Tentu saja GERD bisa disembuhkan, asal pasien melakukan perubahan gaya hidup, menghindari faktor risiko dan pencetus kekambuhan penyakitnya. Seperti memiliki berat badan ideal, berhenti merokok, tidak berbaring setelah makan, tidak memakai pakaian yang terlalu ketat di area pinggang, dan makan dengan perlahan (tidak terburu-buru).

Prof. Ari mengatakan daging merah bisa meningkatkan sekresi asam lambung. Menurutnya, lemak membuat pengosongan lambung jadi terlambat dan melemahkan sfingter.

Ia menyarankan untuk memperbanyak konsumsi ikan dan ayam kampung. Serta menghindari kebiasaan tertentu seperti makan makanan berlemak, pedas, dan minum kopi di saat yang bersamaan.

5. Banyak pilihan obat GERD, salah satunya Vonoprazan

Vonoprazan, Inovasi Baru untuk Pengobatan GERDilustrasi minum obat (pexels.com/JESHOOTS.com)

Dokter akan meresepkan beberapa pilihan obat untuk meredakan gejala GERD. Misalnya antasida (menetralkan asam lambung) dan obat golongan antagonis H2 reseptor atau proton pump inhibitor (PPI) untuk menekan produksi asam lambung.

Akan tetapi, masih ada kebutuhan yang tidak terpenuhi dengan pemberian obat-obatan selama ini. Contohnya, masih ada pasien yang tidak mempan denganobat PPI.

Untungnya, inovasi baru untuk pengobatan GERD telah hadir, yaitu Vonoprazan. Obat penekan asam lambung ini baru masuk Indonesia, padahal sudah digunakan sejak lama di luar negeri.

"Vonoprazan bisa menekan tingkat kekambuhan GERD. Selain itu, dapat meningkatkan pH lambung dan meredakan nyeri ulu hati lebih cepat, menyembuhkan esofagitis erosif yang parah, lebih baik daripada PPI, dan mampu mengontrol sekresi asam pada malam hari dengan baik," tutur Prof. Ari.

Vonoprazan memiliki tingkat eradikasi lebih tinggi, durasi aksi lebih lama, lebih stabil, dan memiliki tingkat keberhasilan lebih tinggi daripada PPI. Tak hanya untuk GERD, Vonoprazan bisa diindikasikan untuk pasien tukak lambung, refluks esofagitis, serta memberantas bakteri Helicobacter pylori.

"Saya harap ini (bisa) menjadi solusi bagi pasien yang tidak berhasil dengan pengobatan yang ada (selama ini). Intinya, ini memang obat yang cukup ideal," Prof. Ari menutup sesi presentasinya.

Baca Juga: 7 Gejala Refluks Asam Lambung atau GERD yang Perlu Kamu Tahu

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya