Penyakit Jantung Koroner: Penyebab, Gejala, Pengobatan

Merupakan jenis penyakit jantung yang paling umum

Penyakit jantung koroner atau penyakit arteri koroner merupakan jenis penyakit jantung yang paling umum. Kondisi ini kadang juga disebut sebagai penyakit jantung iskemik.

Penyakit jantung koroner berkembang ketika pembuluh darah utama yang memasok jantung menjadi rusak atau sakit. Deposit (plak) yang mengandung kolesterol di arteri koroner dan peradangan biasanya menjadi penyebab penyakit jantung koroner.

Arteri koroner memasok darah, oksigen, dan nutrisi ke jantung. Penumpukan plak dapat mempersempit arteri ini, mengurangi aliran darah ke jantung. Akhirnya, berkurangnya aliran darah dapat menyebabkan nyeri dada (angina), sesak napas, atau tanda dan gejala penyakit jantung koroner lainnya. Penyumbatan total dapat menyebabkan serangan jantung.

Karena penyakit jantung koroner sering berkembang selama beberapa dekade, seseorang mungkin tidak melihat adanya masalah hingga mengalami penyumbatan yang signifikan atau serangan jantung.

1. Penyebab

Sebelum membahas penyebabnya, perlu diketahui bahwa arteri koroner adalah pembuluh darah yang memasok darah yang kaya akan oksigen ke otot jantung agar tetap memompa. Arteri koroner berada tepat di atas otot jantung. Dilansir Cleveland Clinic, kita memiliki empat arteri koroner utama:

  • Arteri koroner kanan.
  • Arteri koroner kiri.
  • Arteri desendens anterior kiri.
  • Arteri sirkumfleksa kiri.

Penyakit jantung koroner disebabkan oleh aterosklerosis, yaitu penumpukan plak di dalam arteri. Plak terdiri dari kolesterol, zat lemak, produk limbah, kalsium dan zat pembuat bekuan fibrin. Saat plak terus menumpuk di dinding arteri, arteri akan menyempit dan menjadi kaku.

Plak dapat menyumbat atau merusak arteri, yang kemudian membatasi atau menghentikan aliran darah ke otot jantung. Apabila jantung tidak mendapatkan cukup darah, ia tidak bisa mendapatkan oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan untuk bekerja dengan baik. Kondisi ini disebut iskemia. Tidak mendapatkan suplai darah yang cukup ke otot jantung dapat menyebabkan ketidaknyamanan dada atau nyeri dada (angina). Ini juga menempatkan seseorang pada risiko serangan jantung.

Semua orang dapat dialami setiap orang. Kecepatan perkembangannya berbeda dari orang ke orang. Prosesnya biasanya dimulai saat usia masih sangat muda. Sebelum masa remaja, dinding pembuluh darah mulai menunjukkan garis-garis lemak. Saat plak menumpuk di dinding bagian dalam arteri, tubuh melawan proses yang sedang berlangsung ini dengan mengirimkan sel darah putih untuk menyerang kolesterol, tetapi serangan itu menyebabkan lebih banyak peradangan atau inflamasi. Ini memicu sel-sel lain di dinding arteri untuk membentuk tutup lunak di atas plak.

Tutup tipis di atas plak tersebut dapat pecah, bisa karena tekanan darah atau penyebab lainnya. Fragmen sel darah yang disebut trombosit menempel di tempat "cedera", menyebabkan gumpalan terbentuk, yang mana ini makin mempersempit arteri. Terkadang, gumpalan darah pecah dengan sendirinya. Di lain waktu, gumpalan menghalangi aliran darah melalui arteri, merampas oksigen jantung, dan menyebabkan serangan jantung.

2. Faktor risiko

Penyakit Jantung Koroner: Penyebab, Gejala, Pengobatanilustrasi penyakit arteri koroner atau penyakit jantung koroner (commons.wikimedia.org/http://www.scientificanimations.com)

Seperti dipaparkan dalam laman Mayo Clinic, faktor risiko penyakit jantung koroner meliputi:

  • Usia: Penuaan meningkatkan risiko kerusakan dan penyempitan arteri.
  • Jenis kelamin: Laki-laki secara umum lebih berisiko terkena penyakit jantung koroner. Namun, risikonya pada perempuan meningkat setelah menopause.
  • Riwayat keluarga: Adanya riwayat penyakit jantung dalam keluarga dikaitkan dengan risiko penyakit jantung koroner yang lebih tinggi, khususnya jika ada anggota keluarga inti yang mengembangkan penyakit jantung pada usia muda. Risiko kamu paling tinggi jika ayah atau saudara laki-laki didiagnosis penyakit jantung sebelum usia 55 tahun, atau jika ibu atau saudara perempuan mengembangkan penyakit jantung sebelum usia 65 tahun.
  • Merokok: Perokok memiliki peningkatan risiko penyakit jantung secara signifikan. Perokok pasif juga meninggikan risiko penyakit jantung koroner.
  • Tekanan darah tinggi: Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan penebalan dan pengerasan arteri, mempersempit saluran di mana darah dapat mengalir.
  • Kadar kolesterol darah tinggi: Tingginya kadar kolesterol dalam darah dapat meningkatkan risiko pembentukan plak dan aterosklerosis. Kolesterol tinggi dapat disebabkan oleh kadar kolesterol low-density lipoprotein (LDL) atau kolesterol yang tinggi. Tingkat high-density lipoprotein (HDL) atau kolesterol baik yang rendah juga dapat berkontribusi pada perkembangan aterosklerosis.
  • Diabetes: Diabetes dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit aerteri koroner. Diabetes tipe 2 dan penyakit jantung koroner punya beberapa faktor risiko yang sama, seperti obesitas dan tekanan darah tinggi.
  • Kelebihan berat badan atau obesitas: Ini dapat memperburuk faktor risiko lainnya.
  • Kebiasaan malas gerak: Jarang olahraga juga telah dihubungkan dengan penyakit jantung koroner serta beberapa faktor risikonya.
  • Tingkat stres yang tinggi: Stres yang tidak teratasi dalam hidup juga dapat merusak arteri serta memperburuk faktor risiko lain untuk penyakit jantung koroner.
  • Pola makan tidak sehat: Konsumsi terlalu banyak makanan yang mengandung lemak jenuh, lemak trans, garam, dan gula dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner.

Faktor risiko sering terjadi bersamaan dan satu dapat memicu yang lain. Contohnya, obesitas dapat menyebabkan diabetes tipe 2 dan hipertensi. Ketika dikelompokkan bersama, faktor risiko tertentu membuat kamu lebih mungkin untuk mengembangkan penyakit jantung koroner. Contohnya adalah sindrom metabolik—sekelompok kondisi yang mencakup tekanan darah tinggi; trigliserida tinggi; HDL rendah, atau kolesterol baik; kadar insulin tinggi dan kelebihan lemak tubuh di sekitar pinggang—meningkatkan risiko penyakit jantung koroner.

Dalam beberapa kasus, penyakit jantung koroner berkembang tanpa adanya faktor risiko klasik. Para peneliti tengah mempelajari faktor risiko lainnya, yang termasuk:

  • Sleep apnea: Gangguan ini menyebabkan seseorang berulang kali mengalami episode henti napas tidur. Penurunan kadar oksigen darah secara tiba-tiba yang terjadi selama sleep apnea meningkatkan tekanan darah dan membebani sistem kardiovaskular, yang mungkin menyebabkan penyakit jantung koroner.
  • High-sensitivity C-reactive protein (hs-CRP): Protein ini muncul dalam jumlah yang lebih tinggi dari biasanya ketika ada peradangan di suatu tempat di tubuh. Tingkat hs-CRP yang tinggi dapat menjadi faktor risiko penyakit jantung. Diperkirakan bahwa saat arteri koroner menyempit, seseorang akan memiliki lebih banyak hs-CRP dalam darah.
  • Kadar trigliserida tinggi: Ini adalah jenis lemak (lipid) dalam darah. Kadarnya yang tinggi dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, terutama bagi perempuan.
  • Homosistein: Homosistein ​​adalah asam amino yang digunakan tubuh untuk membuat protein dan untuk membangun dan memelihara jaringan. Kadarnya homosistein yang tinggi dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner.
  • Preeklamsia: Kondisi yang dapat berkembang pada ibu hamil ini menyebabkan tekanan darah tinggi dan jumlah protein yang lebih tinggi dalam urine. Ini dapat menyebabkan risiko penyakit jantung yang lebih tinggi di kemudian hari.
  • Penggunaan alkohol: Konsumsi alkohol secara berlebihan dapat menyebabkan kerusakan pada otot jantung. Ini juga dapat memperburuk faktor risiko penyakit jantung koroner lainnya.
  • Penyakit autoimun: Orang-orang dengan kondisi seperti artritis reumatoid dan lupus memiliki peningkatan risiko aterosklerosis.

3. Gejala

Pada tahap awal, penyakit jantung koroner tidak menampakkan gejala. Penumpukan plak di arteri butuh waktu bertahun-tahun lamanya hingga puluhan tahun. Namun, ketika arteri menyempit, seseorang mungkin akan merasakan gejala ringan yang menunjukkan jantung memompa lebih keras untuk mengirimkan darah yang kaya akan oksigen ke tubuh.

Gejala paling umum dari penyakit jantung koroner adalah nyeri dada atau sesak napas, terutama setelah aktivitas fisik ringan seperti menaiki tangga, bahkan saat istirahat. Kadang seseorang tidak tahu dirinya mengidap penyakit jantung koroner sampai mengalami serangan jantung.

Gejala serangan jantung meliputi:

  • Angina, yang digambarkan sebagai berat, sesak, tekanan, sakit, terbakar, mati rasa, kepenuhan, diremas, atau nyeri tumpul. Ketidaknyamanan juga dapat menyebar ke atau hanya dirasakan di bahu kiri, lengan, leher, punggung atau rahang.
  • Merasa lelah.
  • Pusing, sakit kepala ringan.
  • Mual.
  • Kelemahan.

Gejala serangan jantung pada perempuan bisa sedikit berbeda dan termasuk:

  • Ketidaknyamanan atau nyeri pada bahu, leher, perut (perut) dan/atau punggung.
  • Perasaan gangguan pencernaan atau heartburn.
  • Kecemasan yang tidak dapat dijelaskan.
  • Keringat dingin.

Baca Juga: Aterosklerosis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Komplikasi, Pengobatan

4. Diagnosis

Penyakit Jantung Koroner: Penyebab, Gejala, Pengobatanilustrasi berkonsultasi dengan dokter (freepik.com/pressfoto)

Dokter akan melakukan pemeriksaan dengan menanyakan gejala, faktor risiko, dan riwayat keluarga. Mengutip WebMD, pasien juga akan menjalani beberapa tes, seperti:

  • Elektrokardiogram (ECG atau EKG): Untuk mengukur aktivitas listrik jantung dan dapat menilai kerusakan jantung.
  • Tes stres: Biasanya ini melibatkan berjalan di atas treadmill atau mengayuh sepeda stasioner klinik atau rumah sakit, sementara EKG detak jantung, dan tekanan darah pasien dipantau.
  • Rontgen dada.
  • Tes darah untuk memeriksa kadar gula darah, kolesterol, dan trigliserida.
  • Kateterisasi jantung: Dokter memandu tabung yang sangat tipis dan fleksibel (kateter) melalui pembuluh darah di lengan atau kaki untuk mencapai jantung. Dokter menyuntikkan pewarna melalui kateter dan kemudian menggunakan video sinar-X untuk melihat ke dalam jantung.

5. Pengobatan

Perawatan untuk penyakit jantung koroner umumnya melibatkan perubahan gaya hidup, obat-obatan jika diperlukan, dan prosedur medis tertentu.

1. Perubahan gaya hidup

Berkomitmen untuk melakukan perubahan gaya hidup sehat di bawah ini akan sangat membantu mendukung arteri yang lebih sehat:

  • Berhenti atau tidak merokok.
  • Menerapkan pola makan sehat bergizi seimbang.
  • Rutin olahraga.
  • Menurunkan berat badan jika kelebihan berat badan.
  • Mampu mengelola stres dengan baik.

2. Obat-obatan

Berbagai obat dapat digunakan untuk mengobati penyakit jantung koroner, seperti:

  • Obat cholesterol-modifying: Untuk mengurangi (atau memodifikasi) bahan utama yang mengendap di arteri koroner sehingga LDL menurun. Dokter dapat memilih dari berbagai obat, termasuk statin, niasin, fibrat, dan sekuestran asam empedu.
  • Aspirin: Dokter mungkin menyarankan untuk mengonsumsi aspirin setiap hari atau pengencer darah lainnya. Ini dapat mengurangi kecenderungan darah untuk menggumpal, yang dapat membantu mencegah penyumbatan jantung koroner. Jika pernah mengalami serangan jantung, aspirin dapat membantu mencegah serangan di masa depan. Akan tetapi, aspirin bisa berbahaya pada orang-orang yang memiliki kelainan pendarahan atau sudah mengonsumsi pengencer darah lain. Jadi, tanyakan kepada dokter sebelum meminumnya.
  • Beta-blocker: Untuk memperlambat detak jantung dan menurunkan tekanan darah, yang menurunkan kebutuhan jantung akan oksigen. Jika pernah mengalami serangan jantung, beta-blocker mengurangi risiko serangan di masa depan.
  • Calcium channel blockers: Obat ini dapat digunakan dengan beta-blocker jika beta-blocker saja tidak efektif atau sebagai pengganti beta-blocker jika pasien tidak dapat mengonsumsinya. Obat ini dapat membantu memperbaiki gejala nyeri dada.
  • Ranolazin: Obat ini dapat membantu orang dengan angina. Dokter mungkin meresepkan ini dengan beta-blocker atau bukan beta-blocker jika pasien tidak bisa menerimanya.
  • Nitrogliserin: Tablet, semprotan, dan patch nitrogliserin dapat mengontrol nyeri dada dengan melebarkan arteri koroner untuk sementara waktu dan mengurangi permintaan darah dari jantung.
  • Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor dan angiotensin II receptor blocker (ARB): Obat serupa ini menurunkan tekanan darah dan dapat membantu mencegah perkembangan penyakit jantung koroner.

3. Prosedur medis untuk memulihkan dan meningkatkan aliran darah

Kadang dibutuhkan perawatan yang lebih agresif untuk penyakit jantung koroner. Beberapa opsinya adalah:

  • Angioplasti dan penempatan stent (revaskularisasi koroner perkutan): Dokter memasukkan kateter ke bagian arteri yang menyempit. Kawat dengan balon kempis dilewatkan melalui kateter ke area yang menyempit. Balon kemudian digelembungkan, menekan endapan ke dinding arteri. Sebuah stent sering ditinggal di arteri untuk membantu menjaga arteri tetap terbuka. Kebanyakan stent secara perlahan melepaskan obat untuk membantu menjaga arteri tetap terbuka.
  • Operasi bypass arteri koroner: Dokter ahli bedah membuat cangkok untuk memotong arteri koroner yang tersumbat menggunakan pembuluh darah dari bagian lain tubuh. Ini memungkinkan darah mengalir di sekitar arteri koroner yang tersumbat atau menyempit. Karena ini memerlukan operasi jantung terbuka, ini paling sering dilakukan untuk orang yang memiliki banyak arteri koroner yang menyempit.

 

6. Komplikasi yang dapat terjadi

Penyakit Jantung Koroner: Penyebab, Gejala, Pengobatanilustrasi serangan jantung (pixabay.com/Pexels)

Penyakit jantung koroner dapat menyebabkan:

  • Angina: Saat arteri koroner menyempit, jantung mungkin tidak menerima cukup darah saat permintaan paling tinggi, terutama selama aktivitas fisik. Ini dapat menyebabkan nyeri dada atau sesak napas.
  • Serangan jantung: Jika plak kolesterol pecah dan gumpalan darah terbentuk, penyumbatan total arteri jantung dapat memicu serangan jantung. Kurangnya aliran darah ke jantung dapat merusak otot jantung. Jumlah kerusakan tergantung pada seberapa cepat seseorang yang mengalami serangan jantung menerima perawatan.
  • Gagal jantung: Jika beberapa area jantung kekurangan oksigen dan nutrisi secara kronis akibat berkurangnya aliran darah, atau jika jantung rusak karena serangan jantung, jantung mungkin menjadi terlalu lemah untuk memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Kondisi ini dikenal sebagai gagal jantung.
  • Irama jantung yang tidak normal (aritmia): Suplai darah yang tidak memadai ke jantung atau kerusakan jaringan jantung dapat mengganggu impuls listrik jantung, menyebabkan irama jantung yang tidak normal.

7. Pencegahan

Walaupun tidak 100 persen bisa dicegah, tetapi kamu bisa melakukan perubahan yang dapat menurunkan risiko terkena penyakit jantung koroner. Ini karena ada dua jenis faktor risiko, yaitu yang bisa diubah dan yang tidak dapat dimodifikasi.

Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi termasuk usia yang lebih tua, jenis kelamin laki-laki, riwayat penyakit jantung dalam keluarga, dan faktor genetik.

Akan tetapi, ada banyak faktor risiko yang bisa kamu modifikasi mulai sekarang, yang sebagian besar adalah perubahan gaya hidup seperti menurunkan berat badan jika kelebihan berat badan, berhenti merokok jika merokok, menjaga tekanan darah dan tingkat kolesterol sesuai target, dan mengelola diabetes.

Perlu digarisbawahi, makin banyak faktor risiko yang dimiliki, makin tinggi kemungkinannya kamu mengembangkan penyakit jantung. Kabar baiknya, kamu bisa melakukan perubahan gaya hidup dengan mengendalikan faktor risiko yang dapat dimodifikasi.

Penyakit jantung koroner berkembang saat arteri koroner mengembangkan timbunan kolesterol di dindingnya. Kondisi ini menyebabkan penyumbatan di arteri yang memberi makan darah yang kaya akan oksigen ke jantung, dan arteri juga menegang dan peradangan meningkat.

Kondisi ini bisa sulit diobati dan dapat menyebabkan serangan jantung atau stroke. Namun, kita dapat mengambil langkah-langkah untuk meminimalkan risikonya dengan olahraga teratur, menerapkan pola makan sehat, serta menghindari atau berhenti merokok.

Segera cari perhatian medis bila mengalami nyeri dada dan sesak napas, karena ini bisa mengindikasikan serangan jantung.

Baca Juga: 7 Gejala Penyakit Jantung Koroner, Kenali Sebelum Terlambat!

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya