Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Peneliti UNAIR Menggali Potensi Antikanker dari Tongkol Jagung

Tongkol jagung.
ilustrasi tongkol jagung (pixabay.com/Couleur)
Intinya sih...
  • Ekstrak tongkol jagung terbukti meningkatkan caspase-3, penanda apoptosis, pada model kanker payudara tikus dari studi yang dilakukan oleh peneliti Universitas Airlangga.
  • Senyawa bioaktif seperti polifenol, flavonoid, dan resveratrol memberi dasar ilmiah potensi antikanker tongkol jagung.
  • Riset lanjutan masih dibutuhkan sebelum tongkol jagung dapat dikembangkan sebagai terapi pendamping kanker atau produk nutraseutikal.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Di banyak daerah pertanian, tongkol jagung (bagian tengah buah jagung tempat biji-bijian melekat) mungkin tidak lebih dari sisa panen yang menumpuk, dibakar, atau dipakai sebagai bahan bakar sederhana.

Diperkirakan setiap 100 kg hasil produksi jagung menghasilkan limbah jagung sebanyak 20–30 persen, jumlah yang nyaris tak tersentuh nilai ekonomisnya. Namun, temuan terbaru menunjukkan bahwa limbah ini bisa memiliki peran yang jauh lebih besar dari yang dibayangkan.

Di saat yang sama, kanker payudara masih menjadi ancaman serius bagi perempuan. Globocan 2022 mencatat lebih dari 95.000 kasus baru kanker payudara per tahun, menjadikannya kanker dengan insiden tertinggi di Tanah Air.

Tongkol jangung, limbah pertanian yang diam-diam menyimpan potensi melawan kanker payudara

Tongkol jagung menyimpan berbagai senyawa bioaktif, termasuk:

  • Polifenol.
  • Flavonoid.
  • Resveratrol, komponen yang terkenal karena sifat antioksidan dan antikankernya.

Dalam literatur ilmiah, resveratrol telah diteliti bertahun-tahun dan ditemukan dapat:

  • Menghambat pertumbuhan sel kanker.
  • Memicu apoptosis (bunuh diri sel abnormal).
  • Menghambat penyebaran sel ganas.
  • Bekerja pada jalur molekuler penting seperti p53, caspase, dan p21.

Temuan ini mendorong para peneliti Universitas Airlangga untuk menggali potensi tongkol jagung lebih jauh, khususnya terhadap kanker payudara.

Dalam studi yang dipublikasikan dalam Asian Pacific Journal of Cancer Prevention (APJCP, 2025) ini, para peneliti menggunakan tikus Sprague Dawley yang diinduksi kanker payudara menggunakan 7,12-dimethylbenz(a)anthracene (DMBA), suatu karsinogen kimia yang digunakan untuk menginduksi kanker payudara pada model hewan. Mereka kemudian memberikan ekstrak tongkol jagung dalam dua dosis, yaitu 200 mg/kg dan 250 mg/kg.

Dua indikator utama yang dievaluasi:

  1. Ki-67, penanda seberapa cepat sel kanker membelah

Hasilnya, ekstrak tongkol jagung tidak menurunkan Ki-67 secara signifikan. Artinya, belum ada bukti kuat bahwa tongkol jagung menghambat proliferasi (perbanyakan) sel kanker pada model hewan ini.

  1. Caspase-3, penanda apoptosis (kematian sel kanker)

Hasilnya, ekstrak tongkol jagung meningkatkan ekspresi caspase-3 dengan signifikan, terutama pada dosis 250 mg/kg. Ini menunjukkan bahwa ekstrak tongkol jagung dapat mendorong proses bunuh diri sel kanker, salah satu mekanisme utama dalam terapi anti kanker.

Temuan ini diperkuat studi internasional yang menunjukkan bahwa ekstrak tongkol jagung dapat mengganggu metabolisme sel kanker, meningkatkan stres oksidatif terkontrol, mengaktivasi caspase, serta memicu kematian sel.

Mengapa mekanisme apoptosis penting?

Salah satu ciri kanker adalah kemampuannya menghindari apoptosis. Ketika jalur caspase-3 diaktifkan, sel kanker tidak dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Dengan meningkatnya caspase-3 seperti yang terlihat pada penelitian, tongkol jagung menunjukkan:

  • Potensi sebagai agen pemicu apoptosis.
  • Kemungkinan menjadi terapi pendamping untuk meningkatkan efektivitas pengobatan utama.
  • Peluang pengembangan nutraseutikal berbasis tanaman lokal.

Literatur menyebutkan bahwa caspase-3 adalah “eksekutor utama” dalam kematian sel terprogram.

Dari limbah menjadi peluang di bidang kesehatan dan ekonomi

Tongkol jagung.
ilustrasi tongkol jagung (unsplash.com/Trent Haddock)

Jika penelitian lanjutan membuktikan keamanan dan efektivitasnya pada manusia, ekstrak tongkol jagung memiliki sejumlah peluang, seperti:

  • Kandidat terapi pendamping kanker payudara: Membantu memicu apoptosis tanpa merusak jaringan sehat.
  • Bahan baku fitofarmaka berbasis bukti: Indonesia memiliki kekayaan hayati besar yang dapat dikembangkan menjadi obat herbal ilmiah.
  • Produk nutraseutikal lokal: Murah, ramah lingkungan, dan memanfaatkan limbah pertanian yang melimpah.
  • Mendukung ekonomi hijau: Mengubah limbah menjadi nilai tambah bagi petani dan industri kesehatan.

Tongkol jagung memang bukanlah obat kanker. Penelitian dari Universitas Airlangga ini pun masih berada pada tahap hewan dan membutuhkan banyak uji lanjutan. Namun, temuan peningkatan caspase-3 memberikan harapan bahwa limbah pertanian, seperti tongkol jagung, dapat menyimpan potensi biologis penting.

Referensi

Fahria Fahria et al., “Potential of Corncob Extract on the Expression of Ki-67 and Caspase3 in Breast Cancer,” Asian Pacific Journal of Cancer Prevention 26, no. 7 (July 1, 2025): 2339–44, https://doi.org/10.31557/apjcp.2025.26.7.2339.

"Tongkol Jagung: Limbah Pertanian yang Diam-Diam Berpotensi Melawan Kanker Payudara." Universitas Airlangga. Diakses November 2025.

Harmoko. 2024. Meraih Cuan dari Limbah Tongkol Jagung. Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Kedungjati, Dinas Pertanian Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah. (PDF)

"Globocan 2022." Global Cancer Observatory. Diakses November 2025. (PDF)

Dona Sinha et al., “Resveratrol for Breast Cancer Prevention and Therapy: Preclinical Evidence and Molecular Mechanisms,” Seminars in Cancer Biology 40–41 (January 14, 2016): 209–32, https://doi.org/10.1016/j.semcancer.2015.11.001.

John M. Pezzuto, “Resveratrol: Twenty Years of Growth, Development and Controversy,” Biomolecules & Therapeutics 27, no. 1 (October 18, 2018): 1–14, https://doi.org/10.4062/biomolther.2018.176.

Eunmi Hwang et al., “Anti-proliferative Effect of Zea Mays L. Cob Extract on Rat C6 Glioma Cells Through Regulation of Glycolysis, Mitochondrial ROS, and Apoptosis,” Biomedicine & Pharmacotherapy 98 (January 4, 2018): 726–32, https://doi.org/10.1016/j.biopha.2017.12.115.

Nina Van Opdenbosch and Mohamed Lamkanfi, “Caspases in Cell Death, Inflammation, and Disease,” Immunity 50, no. 6 (June 1, 2019): 1352–64, https://doi.org/10.1016/j.immuni.2019.05.020.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

Studi di Jatim: Polisi Miliki Risiko Kardiovaskular Lebih Tinggi

25 Nov 2025, 06:27 WIBHealth