"Biasanya dari obat-obatan hormonal, seperti steroid biasanya, atau dari paparan radiasi, tetapi kayaknya (paparan radiasi) jarang banget. Terus, dua pasien yang saya tangani, kanker payudara laki-laki itu, dua-duanya nge-gym, pengguna steroid dan obat-obatan hormonal yang lain," ungkapnya.
Nge-Gym Pakai Steroid? Dokter Ingatkan Ada Risiko Kanker Payudara

- Kanker payudara juga bisa dialami oleh laki-laki. Jumlah kasusnya di Indonesia sekitar 5-7 persen dari total kasus.
- Penggunaan steroid anabolik dan obat hormonal tanpa pengawasan medis meningkatkan risiko kanker payudara pada laki-laki.
- Kasus kanker payudara pada laki-laki sering kali baru terdeteksi saat sudah cukup parah. Salah satu penyebabnya adalah karena banyak laki-laki tidak menyadari adanya perubahan pada area payudara mereka.
Kanker payudara umumnya identik dengan perempuan, tetapi faktanya kondisi ini juga bisa terjadi pada laki-laki. Hal ini diungkapkan oleh dr. Feyona Heliani Subrata, Sp.B, dokter spesialis bedah umum Eka Hospital Depok, dalam acara temu media pada Selasa (28/10/2025) di Jakarta.
Dalam kesempatan tersebut, dr. Feyona mengingatkan bahwa penggunaan obat hormonal seperti steroid (steroid anabolik) secara sembarangan bisa meningkatkan risiko kanker payudara pada laki-laki. Ini menjadi pengingat bahwa penggunaan jangka panjang obat hormonal tanpa pengawasan medis bisa berisiko bagi kesehatan.
Angka kasus kanker payudara laki-laki di Indonesia sekitar 5–7 persen dari total kasus
Kanker payudara juga bisa dialami oleh laki-laki, walaupun memang jumlahnya jauh sedikit dari perempuan, yaitu sekitar 5–7 persen dari total kasus di Indonesia, kata dr. Feyona.
Dalam praktiknya, dr. Feyona bercerita bahwa ia pernah menangani dua pasien laki-laki dengan kanker payudara. Keduanya memiliki kesamaan, yaitu rutin berolahraga di gym serta menggunakan steroid dan obat-obatan hormonal untuk pembentukan otot.
Penggunaan obat hormonal ini, terutama tanpa pengawasan medis, bisa memicu pertumbuhan jaringan payudara abnormal dan meningkatkan risiko kanker.
Hubungan antara steroid dan kanker payudara pada laki-laki

Hubungan antara penggunaan steroid dan kanker payudara pada laki-laki bersifat kompleks. Sejumlah studi menunjukkan, meskipun steroid anabolik tidak secara langsung menyebabkan kanker payudara, tetapi penggunaannya bisa memicu ketidakseimbangan hormon dalam tubuh.
Ketika kadar testosteron dan estrogen terganggu, ini bisa menyebabkan kondisi yang disebut ginekomastia, yaitu pembesaran jaringan payudara pada laki-laki. Kondisi ini umumnya menjadi tanda awal adanya perubahan hormon yang tidak normal. Dalam jangka panjang, kondisi ini bisa meningkatkan risiko kanker pada jaringan payudara. Risiko ini juga cenderung lebih tinggi pada laki-laki berusia di atas 40 tahun.
"Kalau pasien yang saya tangani sekarang, saat ini masih dalam pengobatan, masih kemoterapi. Usianya masih sekitar 40–50 tahun," kata dr. Feyona.
Walaupun begitu, ia mengingatkan bahwa penyebab kanker payudara, baik pada laki-laki maupun perempuan, bersifat multifaktor, tidak ada penyebab tunggal.
Lagi-lagi, penyebab kanker payudara ini kompleks. Tidak bisa dikotak-kotakkan penyebabnya. Bisa jadi pasien punya faktor risiko lain, seperti gaya hidup, merokok, atau bahkan genetik," ia menambahkan.
Gejala kanker payudara pada laki-laki sering terabaikan
Kasus kanker payudara pada laki-laki, dr. Feyona menuturkan, sering kali baru terdeteksi saat sudah cukup parah. Salah satu penyebabnya adalah karena banyak laki-laki tidak menyadari adanya perubahan pada area payudara mereka. Mereka sering kali menganggap rasa nyeri dan benjolan yang muncul cuma akibat benturan atau aktivitas fisik seperti olahraga di gym.
Gejala kanker payudara pada laki-laki sama seperti pada perempuan, salah satunya yaitu munculnya benjolan kecil yang awalnya tidak terasa sakit, lalu membesar seiring waktu.
"Jadi mungkin ketahuannya dibandingkan perempuan lebih lambat. Awalnya ada benjolan, makin lama makin besar. Biasanya pasien yang cowok baru sadar setelah benjolan besar karena kanan-kiri payudaranya nggak sama," jelasnya.
Dari pengalaman praktik dr. Feyona, ia mengingatkan agar masyarakat untuk lebih waspada terhadap efek samping steroid dan obat hormonal lainnya. Jika muncul benjolan atau ada perubahan sekecil apa pun pada payudara, jangan menunda-nunda untuk menemui dokter. Dengan deteksi yang cepat, risiko komplikasi dapat ditekan seminimal mungkin.


















