Pentingnya Perawatan Intensif dan Skrining untuk Bayi Prematur

- Indonesia memiliki 657.700 kasus bayi prematur setiap tahunnya, menempatkan negara ini di posisi kelima tertinggi secara global.
- Bayi prematur menghadapi risiko kesehatan seperti gangguan pernapasan, pencernaan, penglihatan, komplikasi neurologis, dan memerlukan perawatan intensif di NICU.
- Bayi prematur sering mengalami masalah saraf dan otot sehingga diperlukan skrining dini untuk mendeteksi masalah kesehatan dan pemantauan tumbuh kembang jangka panjang.
Indonesia persalinan bayi prematur mencapai 657.700 kasus setiap tahunnya dari sekitar 4,5 juta kelahiran bayi. Angka ini menempatkan Indonesia di posisi kelima tertinggi secara global.
Bertepatan dengan Hari Prematuritas Sedunia yang jatuh pada 17 November, RSIA Bunda Jakarta turut berkomitmen untuk meningkatkan kesadaran masyarakat melalui edukasi tentang pentingnya penanganan optimal bagi bayi prematur.
Talkshow edukasi yang dilaksanakan pada Rabu (20/11/2024) ini menghadirkan beberapa ahli, termasuk dokter spesialis anak RSIA Bunda Jakarta, dr. I.G.A.N. Partiwi, SpA, MARS atau yang akrab disapa dr. Tiwi.
1. Bayi prematur memiliki risiko kesehatan yang tinggi

Menurut dr. Tiwi, bayi prematur menghadapi beragam risiko kesehatan yang dapat memengaruhi kelangsungan hidup dan tumbuh kembangnya.
Risiko ini meliputi gangguan pernapasan akibat paru-paru yang belum matang, masalah pencernaan, gangguan penglihatan seperti retinopati prematuritas, hingga kerentanan terhadap infeksi.
Selain itu, bayi prematur juga lebih rentan mengalami komplikasi neurologis, seperti perdarahan intrakranial dan keterlambatan perkembangan motorik serta kognitif.
Karena kondisi yang kompleks ini, bayi prematur memerlukan perawatan intensif di unit perawatan neonatal (NICU) yang dilengkapi teknologi medis canggih dan pengawasan ketat oleh tim medis multidisiplin.
"Setiap tahap dalam perkembangan bayi prematur, dari perawatan di NICU hingga pemantauan tumbuh kembang, harus dilakukan dengan pendekatan medis yang cermat dan multidisipliner untuk memastikan mereka dapat tumbuh dengan optimal dan mengurangi potensi gangguan jangka panjang," jelasnya.
2. Keterlambatan perkembangan otot dan otak memengaruhi bayi untuk mengisap

Lebih lanjut, dokter spesialis anak konsultan neuropediatri RSIA Bunda Jakarta, dr. Achmad Rafli, SpA(K), menjelaskan bahwa bayi prematur sering kali mengalami masalah saraf dan otot.
Ini termasuk tantangan dalam kemampuan dasar seperti mengisap, menelan, dan bernapas secara terkoordinasi. Masalah ini disebabkan oleh perkembangan otot-otot mulut dan saraf yang belum sepenuhnya matang, termasuk area di otak yang mengatur fungsi tersebut.
"Hubungan antara otak dan pencernaan ini juga disebut gut-brain axis. Pada usia di bawah 34 minggu, itu belum berkembang reflek isapnya," jelas dr. Rafli.
Kemampuan mengisap merupakan keterampilan penting karena berkaitan langsung dengan kemampuan bayi untuk mendapatkan nutrisi melalui menyusu.
Keterlambatan dalam kemampuan ini bisa menyebabkan bayi prematur kesulitan memenuhi kebutuhan nutrisinya. Pada akhirnya, ini bisa menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan otak lebih lanjut. Oleh karena itu, dr. Rafli menyatakan perlu adanya intervensi untuk masalah ini.
3. Skrining dini sebagai kunci untuk menanggulangi risiko pada bayi prematur

Menurut dr. Tiwi, skrining dini merupakan langkah krusial dalam menangani bayi prematur. Ini penting untuk membantu mendeteksi secara cepat masalah kesehatan yang mungkin muncul sejak lahir.
Pemeriksaan ini mencakup evaluasi fungsi pernapasan, kondisi jantung, kesehatan mata, perkembangan otak, hingga kadar nutrisi dalam tubuh. Dengan identifikasi dini, tim medis dapat segera mengambil tindakan pencegahan atau memberikan perawatan yang sesuai untuk meminimalkan risiko komplikasi serius.
Selain itu, skrining dini juga berperan dalam pemantauan tumbuh kembang jangka panjang bayi prematur. Misalnya, melalui tes pendengaran dan penglihatan secara berkala. Dengan tes tersebut, gangguan seperti retinopati prematuritas atau gangguan pendengaran dapat diatasi sebelum memengaruhi perkembangan bayi lebih lanjut.
Menangani bayi prematur memerlukan perhatian yang menyeluruh, mulai dari perawatan intensif di awal kehidupan hingga pemantauan tumbuh kembang. Dengan risiko kesehatan yang kompleks, peran orang tua dan kesadaran masyarakat akan pentingnya skrining dini perlu ditingkatkan.