Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Penyebab Mati Suri, Fenomena Supernatural?

ilustrasi mati suri (unsplash.com/Alexander Grey)

Mati suri adalah sebuah fenomena yang dialami oleh beberapa orang yang pernah mengalami kematian klinis, yaitu kondisi ketika jantung berhenti berdetak dan tidak ada tanda-tanda kehidupan lainnya.

Namun, setelah beberapa saat, mereka kembali hidup dan menceritakan pengalamannya. Apa saja penyebab mati suri? Berikut ini lima di antaranya.

1. Kekurangan oksigen dan dopamin di otak

ilustrasi kekurangan oksigen (flickr.com/Scary Side of Earth)

Salah satu penjelasan ilmiah untuk mati suri adalah adanya gangguan fungsi oksigen dan dopamin di otak. Oksigen dan dopamin adalah zat-zat yang penting untuk menjaga kesadaran dan aktivitas otak.

Saat seseorang mengalami kematian klinis, aliran darah ke otak berkurang drastis, sehingga menyebabkan kekurangan oksigen dan dopamin. Menurut SciTechDaily, hal ini bisa memicu halusinasi, mimpi, atau ingatan-ingatan yang muncul di benak seseorang saat mati suri.

2. Aktivitas gelombang otak yang meningkat

ilustrasi orang mati suri melihat cahaya terang (pxhere.com)

Penelitian lain menunjukkan bahwa saat seseorang mengalami kematian klinis, gelombang otaknya tidak langsung mati, melainkan mengalami peningkatan aktivitas selama beberapa detik.

Gelombang otak yang meningkat ini bisa berhubungan dengan kesadaran yang masih ada di otak saat mati suri. Dilansir ScienceAlert, gelombang otak yang meningkat ini juga bisa menyebabkan seseorang merasakan sensasi-sensasi seperti terpisah dari tubuh, melihat cahaya terang, atau masuk ke dunia lain.

3. Efek obat-obatan atau zat-zat lain

ilustrasi obat-obatan (unsplash.com/Christina Victoria Craft)

Beberapa obat-obatan atau zat-zat lain yang dikonsumsi oleh seseorang bisa memengaruhi kondisi otak dan menyebabkan mati suri.

Misalnya ketamin, sebuah obat bius yang sering digunakan dalam operasi atau sebagai obat terlarang, bisa menimbulkan efek yang mirip dengan mati suri, seperti halusinasi, perasaan terbang, atau masuk ke dimensi lain.

Selain itu, zat-zat seperti alkohol, nikotin, atau kafein juga bisa memicu mati suri jika dikonsumsi secara berlebihan atau bersama dengan obat-obatan tertentu, mengutip dari Medical News Today.

4. Gangguan saraf atau psikologis

ilustrasi stres karena pacar tiba-tiba cuek (unsplash.com/Dmitry Schemelev)

Beberapa gangguan saraf atau psikologis juga bisa menjadi penyebab mati suri. Misalnya sindrom Cotard. 

WebMD melansir, orang dengan sindrom Cotard (juga disebut sindrom mayat berjalan atau delusi Cotard) percaya bahwa ada bagian tubuh mereka yang hilang, atau mereka sekarat, mati, atau tidak eksis. Sindrom Cotard jarang terjadi, dengan sekitar 200 kasus diketahui di seluruh dunia.

Sindrom ini bisa dipicu oleh trauma, penyakit, atau kerusakan pada bagian otak tertentu.

Selain itu, stres dan depresi, juga bisa menyebabkan seseorang mengalami mati suri, karena mengganggu keseimbangan kimia di otak, dikutip dari ABC News.

5. Intervensi ilahi atau supernatural

ilustrasi intervensi ilahi dan supranatural (unsplash.com/Jackson David)

Diterangkan dalam laman Near-Death Experiences and the Afterlife, penyebab lain yang sering diklaim oleh banyak orang yang mengalami mati suri adalah adanya intervensi ilahi atau supranatural.

Mereka percaya bahwa mati suri adalah sebuah tanda atau pesan dari Tuhan, malaikat, roh, atau makhluk-makhluk lain yang ada di alam gaib.

Mereka merasa bahwa mati suri adalah sebuah pengalaman spiritual yang memberikan mereka kesempatan untuk bertemu dengan makhluk-makhluk tersebut, atau untuk melihat surga atau neraka.

Mereka juga merasa bahwa mati suri adalah sebuah kesempatan untuk mengubah hidup mereka menjadi lebih baik.

Mati suri adalah sebuah fenomena yang masih menjadi misteri bagi banyak orang. Ada banyak penyebab yang bisa menjelaskan mati suri, baik dari sisi ilmiah maupun spiritual. Namun, tidak ada satu pun penyebab yang bisa dianggap sebagai yang paling benar atau paling salah, karena setiap orang memiliki pengalaman dan interpretasi yang berbeda-beda.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nurulia R F
EditorNurulia R F
Follow Us