Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenali Perbedaan Angin Duduk, Masuk Angin, dan Serangan Jantung

Ilustrasi seorang pria memegang dada kiri.
ilustrasi angina atau angin duduk (vecteezy.com/Dzianis Vasilyeu)
Intinya sih...
  • Masuk angin adalah kumpulan gejala seperti perut kembung, mual, dan pegal-pegal yang bukan penyakit tetapi bisa diasosiasikan dengan masalah pencernaan atau selesma.
  • Angin duduk, atau istilah medisnya adalah angina pektoris, adalah kondisi serius ketika aliran darah ke jantung terhambat, disertai nyeri di dada kiri dan bisa menjadi gejala penyakit arteri koroner.
  • Serangan jantung terjadi saat bekuan darah menyumbat arteri koroner, menyebabkan nyeri dada yang menjalar ke lengan, sesak napas, berkeringat dingin, dan mual. Penanganan secepat mungkin sangat penting.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Beberapa orang mungkin masih sering keliru membedakan gejala masuk angin, angin duduk, dan serangan jantung. Sekilas, gejala ketiganya bisa serupa. Sama-sama bisa menimbulkan keluhan nyeri di dada atau ulu hati, rasa tidak nyaman di perut, hingga tubuh yang mendadak lemas. Namun, secara medis, tiga kondisi tersebut sangat berbeda, mulai dari penyebab, faktor pemicu, hingga tingkat bahayanya.

Dalam masyarakat, masuk angin digambarkan sebagai rasa tidak enak badan, kembung, mual, atau pegal, yang umumnya ringan dan bisa membaik dengan istirahat.

Di sisi lain, angin duduk, dalam dunia medis dikenal sebagai angina pektoris, mengacu pada kondisi serius ketika aliran darah ke jantung terhambat. Inilah yang membuatnya jauh lebih berbahaya.

Sementara itu, serangan jantung merupakan kondisi gawat darurat ketika aliran darah ke otot jantung benar-benar tersumbat, berisiko menyebabkan kerusakan permanen pada jantung, bahkan kematian bila tidak segera ditangani.

Gejala ketiganya bisa saling tumpang tindih. Inilah yang sering membuat orang salah mengira masuk angin padahal bisa jadi tanda masalah jantung.

Jadi, apa sebenarnya perbedaan gejala dan bahaya dari ketiga kondisi ini? Mari bahas lebih dalam agar tidak lagi keliru membedakan antara masuk angin, angin duduk, dan serangan jantung.

Masuk angin

Masuk angin bukanlah penyakit, melainkan kumpulan gejala. Mulai dari perut kembung, sering buang angin, badan terasa tidak enak, pegal-pegal, sakit kepala, meriang, mual dan muntah, bahkan diare. Rasa tidak nyaman yang dirasakan ini pada dasarnya adalah gejala-gejala dari penyakit pencernaan dan bisa juga selesma (pilek), tetapi sering diasosiasikan sebagai masuk angin.

Menurut pemahaman yang diyakini oleh banyak orang, masuk angin berbeda dengan selesma. Menurut artikel ilmiah dalam jurnal Frontiers in Psychology, orang Indonesia percaya bahwa selesma disebabkan oleh kuman dan dapat menular. Akan tetapi, gejala yang sama yang dipercaya sebagai masuk angin diyakini tidak menular. Ini karena kepercayaan masyarakat bahwa masuk angin adalah sebuah penyakit dan penyebabnya adalah angin yang "terperangkap" dalam tubuh.

Ada kepercayaan bahwa saat cuaca terasa dingin dan berangin, daya tahan tubuh cenderung melemah, yang akhirnya memicu gejala masuk angin. Ditambah lagi, masuk angin biasanya menyebabkan kembung, kentut, atau serdawa.

Obat yang digunakan biasanya untuk meredakan gejala, misalnya parasetamol, atau seringnya obat alternatif seperti jamu, mengoleskan minyak kayu putih, dan kerokan. Pada dasanya, banyak orang akan pulih dalam beberapa hari.

Angin duduk

Seorang pria usia 50-an memegang dada kirinya.
ilustrasi angina atau angin duduk (freepik.com/wayhomestudio)

Dalam masyarakat, angin duduk digambarkan sebagai nyeri di dada kiri, rasanya seperti tertekan yang menjalar ke lengan atau leher, kadang disertai rasa mual dan keringat dingin. Dengan deskripsi tersebut, angin duduk dikaitkan dengan angina pektoris.

Angina pektoris, atau sering disingkat angina, adalah nyeri atau ketidaknyamanan di dada yang muncul ketika sebagian otot jantung tidak mendapatkan pasokan darah dan oksigen yang cukup. Angina bisa menjadi gejala penyakit arteri koroner, tetapi juga bisa disebabkan oleh kondisi lain.

Angina terjadi ketika otot jantung (miokardium) kekurangan darah dan oksigen, kondisi ini disebut iskemia. Penyebab umumnya meliputi:

  • Aterosklerosis (pengerasan arteri).
  • Penggumpalan darah.
  • Plak tidak stabil yang dapat pecah.
  • Aliran darah terganggu akibat katup jantung menyempit.
  • Penurunan kemampuan pompa otot jantung.
  • Spasme arteri koroner.

Segala kondisi yang membuat otot jantung membutuhkan lebih banyak darah atau oksigen dapat memicu angina, terutama jika sudah ada penyempitan arteri. Pemicu umum meliputi:

  • Aktivitas fisik.
  • Stres emosional.
  • Cuaca yang sangat dingin atau panas.
  • Makan dalam porsi besar.
  • Konsumsi alkohol berlebihan.
  • Merokok.

Gejala angina yang paling sering muncul adalah:

  • Nyeri seperti ditekan, diremas, atau dada terasa seperti dihimpit, biasanya di bawah tulang dada.
  • Nyeri yang dapat menjalar ke punggung atas, kedua lengan, leher, atau daun telinga.
  • Sesak napas.
  • Kelemahan.
  • Kelelahan ekstrem.
  • Perasaan pusing atau hampir pingsan.

Nyeri dada akibat angina biasanya mereda dalam beberapa menit dengan istirahat atau dengan obat jantung yang diresepkan oleh dokter.

Serangan jantung

Sebagian besar serangan jantung terjadi ketika bekuan darah menyumbat salah satu arteri koroner. Arteri koroner berfungsi membawa darah dan oksigen ke otot jantung. Saat aliran darah terhenti, jantung kekurangan oksigen dan sel-sel jantung mulai mati.

Plak (lapisan lemak, kolesterol, dan sel-sel) dapat menumpuk di dinding arteri koroner. Serangan jantung biasanya dipicu oleh:

  • Rusaknya plak, memicu pembentukan bekuan darah yang menyumbat aliran darah sepenuhnya.
  • Sumbatan mendadak akibat bekuan darah.
  • Kadang penyebab pasti tidak diketahui, meski faktor risiko jelas berperan.

Serangan jantung bisa terjadi kapan saja, antara lain:

  • Saat beristirahat atau tidur.
  • Usai peningkatan aktivitas fisik secara tiba-tiba.
  • Saat beraktivitas di cuaca sangat dingin.
  • Setelah stres emosional atau fisik yang berat, termasuk saat sakit.

Nyeri dada adalah gejala serangan jantung yang paling umum. Kamu mungkin merasakan:

  • Nyeri hanya di satu area atau menjalar ke lengan, bahu, leher, rahang, perut, atau punggung.
  • Sensasi tertekan, sesak, atau terasa berat di dada.
  • Nyeri bisa ringan hingga sangat hebat, dan sering kali bertahan lebih dari 20 menit.

Gejala lain yang mungkin muncul:

  • Sesak napas.
  • Berkeringat dingin, sering kali sangat berat.
  • Mual atau muntah.
  • Pusing, perasaan hampir pingsan.
  • Kecemasan atau ketakutan hebat.
  • Jantung berdebar tidak teratur.

Beberapa kelompok, seperti lansia, pasien diabetes, dan perempuan bisa mengalami serangan jantung tanpa nyeri dada. Mereka mungkin hanya merasa sesak napas, kelelahan ekstrem, atau kelemahan.

Segera hubungi layanan darurat jika kamu atau orang di sekitar mengalami gejala yang mengarah ke serangan jantung, apalagi jika ada faktor risikonya. Jangan mencoba menyetir sendiri ke rumah sakit dan jangan menunda memanggil ambulans. Penanganan secepat mungkin sangat menentukan keselamatan dan peluang pemulihan.

Referensi

Florencia K. Anggoro and Benjamin D. Jee, “The Substance of Cold: Indonesians’ Use of Cold Weather Theory to Explain Everyday Illnesses,” Frontiers in Psychology 12 (September 16, 2021), https://doi.org/10.3389/fpsyg.2021.734044.

"Perbedaan Masuk Angin, Angin Duduk, dan Serangan Jantung yang Perlu Anda Ketahui." Heartology Cardiovascular Hospital. Diakses September 2025.

"Angin Duduk." Kementerian Kesehatan RI. Diakses September 2025.

"Mengenal Masuk Angin, Penyakit yang ‘Indonesia Banget’." Lembaga Bahasa Internasional Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Diakses September 2025.

"Angina Pectoris." Johns Hopkins Medicine. Diakses September 2025.

“Heart Attack: MedlinePlus Medical Encyclopedia,” n.d., https://medlineplus.gov/ency/article/000195.htm.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

Kelopak Mata Turun setelah Botox: Penyebab dan Cara Mengatasinya

22 Sep 2025, 06:42 WIBHealth