Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Kesalahan yang Sering Dilakukan Pasien Serangan Jantung

ilustrasi serangan jantung (freepik.com/freepik)
ilustrasi serangan jantung (freepik.com/freepik)
Intinya sih...
  • Banyak orang mengira serangan jantung selalu memiliki pola yang sama. Faktanya, setiap individu memiliki faktor risiko, kondisi kesehatan, dan latar belakang genetik yang berbeda.
  • Setelah mengalami serangan jantung, merasa sehat bukan berarti kamu benar-benar bebas dari risiko. Pada fase ini kontrol rutin ke dokter sangat penting.
  • Di antara berbagai kebiasaan yang merusak jantung, merokok adalah yang paling berbahaya. Jadi, kalau sudah pernah terkena serangan jantung, segera berhenti merokok.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kalau kamu pernah mengalami serangan jantung, ancaman terbesar datang bukan hanya dari serangan pertama, tetapi juga dari risiko terjadinya serangan kedua.

Kabar baiknya, ada banyak cara untuk menurunkan risiko tersebut. Namun sayangnya, masih banyak pasien jantung yang belum sepenuhnya memahami tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan setelah pulih dari serangan jantung. Kesalahan kecil yang tampaknya sepele justru bisa menjadi pemicu masalah baru.

Faktanya, penyakit jantung masih menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia. Meski begitu, dengan perawatan medis yang tepat dan perubahan gaya hidup sehat, kerusakan lebih lanjut pada jantung bisa dicegah, bahkan kualitas hidup dapat kembali meningkat.

Memahami kesalahan umum yang sering dilakukan pasien setelah serangan jantung menjadi kunci untuk menjaga kesehatan jantung dalam jangka panjang. Yuk, kita bahas lebih dalam agar kamu bisa lebih waspada dan terhindar dari serangan jantung berulang.

1. Menganggap semua serangan jantung itu sama

Banyak orang mengira serangan jantung selalu memiliki pola yang sama. Faktanya, setiap individu memiliki faktor risiko, kondisi kesehatan, dan latar belakang genetik yang berbeda. Itu sebabnya, pengalaman orang lain tidak bisa dijadikan patokan mutlak.

Membandingkan diri dengan pasien lain cuma akan menambah beban pikiran, bahkan bisa menimbulkan ketakutan. Hidupmu tidak otomatis akan berakhir sama seperti orang lain. Yang jauh lebih penting adalah berkonsultasi dengan dokter untuk menyusun rencana perawatan yang sesuai dengan kondisi.

Kunci utamanya ada pada konsistensi. Menjalani rencana perawatan dengan disiplin adalah cara terbaik untuk menurunkan risiko dan mencegah serangan jantung berikutnya, sekaligus menjaga kualitas hidup dalam jangka panjang.

2. Mengira gejala serangan jantung selalu berupa nyeri dada

Film-film kerap menggambarkan serangan jantung sebagai nyeri dada hebat sampai membuat seseorang tidak sadarkan diri. Faktanya, gejalanya bisa lebih samar, bisa berbeda-beda pada setiap orang. Selain nyeri dada, gejala lain bisa berupa:

  • Keringat dingin.
  • Sesak napas.
  • Nyeri di rahang, leher, bahu, atau lengan.
  • Mual, muntah, atau seperti refluks asam.
  • Pusing, lemas, hingga hampir pingsan.

Jangan abaikan gejala-gejala ini. Segera periksa ke dokter daripada menunggu keadaan memburuk.

3. Mengabaikan kontrol rutin ke dokter

ilustrasi dokter dan pasien (pixabay.com/RazorMax)
ilustrasi dokter dan pasien (pixabay.com/RazorMax)

Setelah mengalami serangan jantung, merasa sehat bukan berarti kamu benar-benar terbebas dari risiko. Justru pada fase inilah kontrol rutin ke dokter sangat penting. Dengan kontrol secara berkala, dokter bisa menilai apakah obat yang kamu konsumsi dan perubahan gaya hidup sudah benar-benar efektif.

Selain itu, kontrol rutin memberi kesempatan bagi dokter untuk memberikan saran tambahan yang personal, seperti berhenti merokok, mengelola stres dengan baik, menjaga pola makan bergizi seimbang, hingga mempertahankan berat badan ideal.

Perlu diingat, berhenti merokok saja dapat menurunkan risiko serangan jantung berulang hingga 50 persen. Angka ini menunjukkan betapa besar dampak perubahan kecil dalam gaya hidup terhadap kesehatan jantung di masa depan.

4. Berhenti minum obat tanpa izin dokter

Menghentikan obat jantung tanpa arahan dokter bisa berakibat fatal. Meski terkadang muncul efek samping yang mengganggu, tetapi jangan menghentikan pengobatan begitu saja, melainkan harus berdiskusi dulu dengan dokter. Dari sana, dokter bisa membantu mencari alternatif obat yang lebih sesuai.

Tujuan pengobatan jelas, bahwa obat harus efektif menjaga fungsi jantung, memiliki efek samping seminimal mungkin, tetap terjangkau, mudah diminum, dan bisa dijalankan dengan konsistensi sesuai jadwal harian. Obat jantung adalah bagian penting dari upaya menjaga hidup tetap stabil setelah serangan jantung.

5. Tetap merokok

Di antara berbagai kebiasaan yang merusak jantung, merokok adalah yang paling berbahaya. Zat kimia dalam rokok membuat pembuluh darah menyempit, meningkatkan tekanan darah, dan memperberat kerja jantung. Merokok juga memperlambat proses pemulihan tubuh setelah serangan jantung.

Lebih parah lagi, merokok bisa melipatgandakan peluang serangan jantung berulang. Namun, kabar baiknya adalah tubuh selalu memberi kesempatan kedua. Bahkan jika kamu sudah merokok bertahun-tahun, berhenti sekarang tetap akan memberikan manfaat besar, mulai dari menurunkan risiko serangan jantung hingga membantu jantung bekerja lebih efisien.

6. Mengabaikan gejala dan berharap hilang sendiri

ilustrasi terkena serangan jantung (pexels.com/Towfiqu barbhuiya)
ilustrasi terkena serangan jantung (pexels.com/Towfiqu barbhuiya)

Dalam kasus serangan jantung, waktu benar-benar menjadi penentu hidup dan mati. Setiap menit yang terbuang berarti makin banyak otot jantung yang rusak permanen akibat kekurangan aliran darah. Karena itu, ketika muncul tanda-tanda serangan jantung (seperti nyeri dada yang menjalar ke lengan atau rahang, sesak napas, hingga keringat dingin) segera hubungi ambulans.

Jangan mencoba membawa kendaraan sendiri ke rumah sakit. Kondisimu bisa memburuk kapan saja di perjalanan, dan itu berisiko fatal.

Tindakan cepat dan tepat bisa menjadi penyelamat nyawa, sekaligus menentukan seberapa baik jantung pulih setelah serangan.

Dalam kasus serangan jantung, waktu adalah segalanya. Setiap menit yang terlewat bisa membuat otot jantung semakin rusak. Jadi, kalau ada tanda-tanda serangan jantung, segera hubungi ambulans. Jangan nekat membawa kendaraan sendiri ke rumah sakit. Kalau ada aspirin, bisa dikonsumsi sesuai anjuran, lalu istirahat dengan tenang sambil menunggu bantuan datang.

7. Terjebak dalam kesedihan atau depresi

Pasca serangan jantung, wajar bila muncul rasa cemas, sedih, atau hilang motivasi. Namun, jangan biarkan perasaan itu berlarut-larut.

Depresi dan stres yang tidak dikelola bisa memperburuk kondisi jantung dan menghambat proses pemulihan. Jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Ingat, kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik.

Proses pemulihan dari serangan jantung membutuhkan usaha, kesabaran, dan konsistensi. Kesalahan kecil seperti melewatkan obat, merokok, atau tidak disiplin kontrol dengan dokter dapat mengakibatkan konsekuensi serius. Sebaliknya, perubahan sederhana seperti menjaga pola makan, berolahraga sesuai anjuran, dan mengelola stres dapat secara drastis menurunkan risiko serangan jantung berulang.

Kamu cuma punya satu jantung. Rawatlah sebaik mungkin karena setiap tindakan yang kamu ambil hari ini akan menentukan kesehatanmu di masa depan.

Referensi

"10 Mistakes Heart Attack Patients Make." Franciscan Health. Diakses pada September 2025.
"8 Mistakes Heart Patients Make." Overlake Hospital Health Library. Diakses pada September 2025.
"Surviving a Heart Attack." Heart Research Australia. Diakses pada September 2025.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

4 Alasan Mengapa Cacingan Masih Menjadi Masalah Kesehatan di Indonesia

08 Sep 2025, 21:08 WIBHealth