Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Sama-sama Program Hamil, Ini Perbedaan IVF dan IVM

ilustrasi berkonsultasi dengan dokter (pexels.com/Mikhail Nilov)
ilustrasi berkonsultasi dengan dokter (pexels.com/Mikhail Nilov)
Intinya sih...
  • In vitro maturation (IVM) mengacu pada pematangan bakal sel telur di laboratorium. Kedengarannya mirip dengan IVF atau bayi tabung, tetapi ada beberapa perbedaan.
  • Kemajuan terbaru dalam teknologi dan teknik telah memungkinkan dilakukannya IVF dengan sel telur belum matang yang diambil dari indung telur, kemudian dimatangkan di laboratorium—suatu proses yang dikenal sebagai IVM.
  • Tingkat keberhasilan IVM relatif baik.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

In vitro fertilization (IVF) atau bayi tabung merupakan salah satu teknik reproduksi berbantu yang banyak digunakan. Teknik ini memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi dan telah memungkinkan banyak pasangan untuk menjadi orang tua.

Sayangnya, IVF tidak cocok untuk semua orang. Namun, ada alternatif lain, seperti in vitro maturation (IVM). Ini adalah teknik yang relatif baru, membantu perempuan yang tidak dapat menjalani IVF.

Seperti namanya, IVM mengacu pada pematangan bakal sel telur di laboratorium. Kedengarannya mirip dengan IVF, tetapi ada beberapa perbedaan. Perbandingan antara kedua teknik ini dapat memberikan gambaran mengenai teknis dan kesesuaiannya untuk masing-masing kasus.

Teknik IVF vs IVM

IVF secara tradisional dilakukan dengan sel telur yang dimatangkan di dalam ovarium, bukan di laboratorium. Untuk perempuan yang tidak berovulasi secara teratur, gonadotropin suntik atau obat kesuburan lainnya sering digunakan guna merangsang pematangan sel telur. Hal ini juga memungkinkan pengumpulan lebih banyak sel telur yang matang, sehingga embrio terbaik dapat dipilih untuk ditransfer.

Hormon kesuburan yang digunakan dalam IVF mahal, menjadi rintangan finansial bagi banyak pasangan. Selain itu, gonadotropin yang disuntikkan berpotensi menyebabkan ovarian hyperstimulation syndrome (OHSS), yang dapat berpotensi mengancam jiwa.

Kemajuan terbaru dalam teknologi dan teknik telah memungkinkan dilakukannya IVF dengan sel telur belum matang yang diambil dari indung telur, kemudian dimatangkan di laboratorium—suatu proses yang dikenal sebagai IVM.

Tingkat keberhasilan IVM relatif baik. Namun, ketika mempertimbangkan IVF dan IVM, penting untuk dipahami bahwa tingkat keberhasilan IVM lebih rendah dibandingkan dengan siklus IVF tradisional yang dirangsang. Tingkat kehamilan sangat rendah untuk perempuan berusia di atas 35 tahun.

Oleh karena itu, IVM hanya boleh dilakukan pada perempuan dengan cadangan sel telur yang cukup dan bukan merupakan kandidat yang cocok untuk IVF karena alasan kesehatan, anggaran, atau keduanya.

Cara kerja IVM

ilustrasi hamil (pexels.com/kindel)
ilustrasi hamil (pexels.com/kindel)

Pada hari ke 3–5 dari siklus menstruasi, USG transvaginal dilakukan untuk memastikan adanya folikel yang mengandung sel telur di dalam ovarium. Kemudian, suntikan human chorionic gonadotropin (hCG) diberikan.

Selama 36 jam selanjutnya, sel telur yang belum matang dapat diambil menggunakan prosedur invasif minimal untuk mengambil sel telur yang sudah matang dalam siklus IVF.

Sel telur yang belum matang ditempatkan dalam cawan petri yang berisi media khusus untuk membantu pematangan sel telur. Sel telur yang matang dengan IVM tidak dapat dibiakkan dengan sperma, seperti pada siklus IVF pada umumnya.

Sebagai gantinya, setiap sel telur disuntikkan dengan sperma dalam teknik pembuahan intracytoplasmic sperm injection (ICSI). Embrio dibiakkan selama beberapa hari, sehingga dapat berkembang untuk dipindahkan.

Ini adalah teknik yang sama dengan yang digunakan dalam IVF tradisional. Selama waktu ini, perempuan menerima suntikan estrogen dan progesteron untuk mempersiapkan rahim menerima embrio. Embrio terbaik dipilih pada fase praimplantasi untuk memastikan peluang kehamilan terbaik.

Terakhir, pemindahan embrio dilakukan. Jika embrio berimplantasi pada lapisan rahim, maka terjadilah kehamilan. Kehamilan dapat dipastikan dalam waktu 1–2 minggu. Sebagai alternatif, embrio dapat dibekukan untuk digunakan di kemudian hari.

Mana yang lebih baik, IVM atau IVF?

Kandidat terbaik untuk IVM baiknya memenuhi kriteria berikut:

  • Berusia di bawah 35 tahun (lebih baik lagi jika di bawah usia 30 tahun).
  • Memiliki jumlah folikel yang banyak per ovarium (idealnya >15), seperti yang terlihat pada USG vagina.
  • Kadar hormon anti-mullerian (AMH) di bagian atas untuk kelompok usia perempuan tersebut.
  • Pernah menjalani siklus IVF stimulasi di masa lampau dan menghasilkan banyak sel telur selama siklus tersebut.
  • Memiliki berat badan yang sehat (tidak obesitas).

Selama program IVF, pasien diberikan obat kesuburan dosis tinggi untuk merangsang indung telur dan proses pematangan sel telur. Namun, beberapa perempuan mungkin tidak toleran terhadap obat-obatan ini karena mereka berisiko tinggi mengalami OHSS.

Perempuan dengan polycystic ovarian syndrome (PCOS) juga cenderung mengalami komplikasi akibat terapi hormonal. Dalam kasus ini, IVM bisa menjadi pilihan yang lebih baik karena melibatkan stimulasi minimal untuk menyelesaikan siklus.

IVM melibatkan stimulasi ovarium dan berakhir sampai pada proses itu saja, dengan lebih sedikit obat kesuburan yang dilibatkan. Selain itu, tidak ada lagi hormon yang diberikan untuk mempercepat kematangan sel telur.

Sebaliknya, sel telur dipanen pada tahap perkembangan awal, saat masih belum matang. Hal ini meminimalkan komplikasi dan efek samping obat-obat hormonal. Oleh karena itu, perempuan yang tidak dapat memilih IVF karena takut akan komplikasi tersebut memiliki secercah harapan baru dalam bentuk perawatan IVM yang inovatif.

Dibandingkan dengan perawatan IVF, IVM jauh lebih tidak rumit dan hemat biaya. Alasannya adalah karena IVM membutuhkan lebih sedikit kunjungan klinik, obat-obatan dan tes diagnostik.

Selain itu, siklus IVM lebih pendek dibandingkan dengan siklus IVF, yang berarti pasien dapat hamil lebih cepat. Meskipun banyak manfaat IVM yang telah terbukti, tetapi teknik ini masih dalam tahap evolusi. Apakah kamu kandidat yang tepat untuk IVM atau tidak, keputusan tersebut harus diambil setelah berkonsultasi dengan spesialis kesuburan.

Referensi

Xu, Yalan, and Jie Qiao. “Comparison of in vitro maturation and in vitro fertilization for polycystic ovary syndrome patients: a systematic review and meta-analysis.” Annals of Translational Medicine 9, no. 15 (August 1, 2021): 1235.
"IVF vs. IVM - What's The Difference?". Pinnacle Fertility. Diakses Januari 2025.
"IVF or IVM: Which one is right for you?". Gaudium IVF. Diakses Januari 2025.
Silvia, Roza. “In Vitro Maturation (IVM) of Human Oocytes: Promising Potential, Challenges and Chances for Improvement.” Jurnal Kesehatan Andalas 4, no. 2 (May 1, 2015).
"What is IVM?". ReproductiveFacts. Diakses Januari 2025.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
Misrohatun H
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us