Studi: Migrain Berkaitan dengan Risiko Kanker Payudara
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Penelitian dalam jurnal Nature Reviews Neurology menyebutkan bahwa 14–15 persen populasi dunia mengalami migrain. Kondisi neurologis ini bisa memengaruhi aktivitas sehari-hari dan kesehatan tubuh secara keseluruhan.
Beberapa penelitian telah menemukan bahwa migrain berhubungan dengan peningkatan risiko kondisi lain, termasuk stroke, tekanan darah tinggi, epilepsi, tinitus, dan sindrom iritasi usus besar (IBS).
Baru-baru ini, peneliti dari Tiongkok telah mengidentifikasi kemungkinan adanya hubungan genetik antara migrain dan kanker payudara. Studi ini dipublikasikan dalam jurnal BMC Cancer.
1. Melibatkan lebih dari 102.000 penderita migrain
Penelitian ini mengumpulkan data dari studi asosiasi genome-wide (GWAS) pada pasien migrain dan pasien kanker payudara. Data genetik migrain diambil dari gabungan lima penelitian terhadap lebih dari 102.000 orang dengan migrain dan lebih dari 771.000 dalam kelompok kontrol.
Data genetik kanker payudara berasal dari Breast Cancer Association Consortium (BCAC) dan mencakup sekitar 250.000 kasus berbeda. Seluruh data diambil dari peserta penelitian keturunan Eropa.
Dengan data yang ada, para ilmuwan menggunakan analisis pengacakan Mendel untuk mencari hubungan sebab akibat antara migrain dan kanker payudara.
2. Migrain dan kanker payudara berkaitan dengan kadar estrogen
Editor’s picks
Pada akhir penelitian, para peneliti melaporkan bahwa perempuan yang menderita migrain dengan jenis apa pun memiliki peningkatan risiko terkena kanker payudara secara keseluruhan dan kanker payudara positif reseptor estrogen (ER).
Mereka juga menemukan bahwa perempuan yang mengalami sakit kepala migrain tanpa tanda atau gejala memiliki peningkatan risiko kanker payudara ER-negatif.
Kondisi migrain dan kanker payudara berkaitan dengan perubahan kadar estrogen. Tingkat estrogen yang tinggi dapat meningkatkan risiko kanker payudara.
Selain itu, tingkat keparahan dan frekuensi serangan migrain pada perempuan dapat dipengaruhi oleh perubahan kadar estrogen selama siklus menstruasi, tahap menopause, atau kehamilan.
3. Dampak migrain pada kesehatan tubuh
Serangan migrain biasanya terjadi secara bertahap, masing-masing dengan gejalanya sendiri. Sebelum serangan migrain, seseorang mungkin mengalami perubahan suasana hati, pusing, haus, dan/atau memiliki sensitivitas terhadap cahaya dan suara.
Beberapa studi menemukan bahwa migrain dapat merusak sistem saraf sensorik. Studi lain menemukan bahwa sakit kepala migrain dapat merusak sistem saraf otonom tubuh yang mengontrol proses tidak sadar, seperti pernapasan dan detak jantung.
Penelitian lebih lanjut masih perlu dilakukan untuk melihat hubungan antara migrain dan kanker payudara secara lebih jelas. Walaupun begitu, migrain bukan kondisi kesehatan yang harus diabaikan. Jika kamu mengalami migrain yang parah atau terjadi secara berulang, segera periksakan ke dokter, ya.
Baca Juga: Migrain Okular, Migrain yang Sebabkan Gejala Visual