Sakit Kepala Hypnic, 'Eksklusif' Menyerang pada Malam Hari

Sakit kepala hypnic atau sakit kepala hipnik adalah jenis sakit kepala yang langka. Ini cuma terjadi saat sedang tidur dan membuat kamu terbangun.
Sakit kepala hypnic sering disebut sebagai sakit kepala "jam alarm" karena terjadi pada waktu yang sama beberapa malam dalam seminggu. Beberapa orang mengalaminya setiap malam.
Jenis sakit kepala ini lebih sering terjadi pada orang tua, paling sering pada orang yang berusia di atas 60 tahun, serta lebih sering terjadi pada perempuan daripada laki-laki.
1. Penyebab dan faktor risiko
Karena merupakan kondisi langka, penyebab sakit kepala hypnic tidak sepenuhnya dipahami. Namun, beberapa peneliti percaya jenis sakit kepala ini mungkin merupakan varian dari migrain karena memiliki banyak mekanisme yang sama. Karena serangan hanya terjadi selama tidur, kondisi ini mungkin terkait dengan gangguan ritme sirkadian (siklus tidur-bangun alami) akibat gangguan pada daerah hipotalamus di otak, menurut laporan dalam jurnal Cureus tahun 2021.
Karena pasien umumnya berusia di atas 50 tahun, degradasi terkait usia di wilayah ini dicurigai. Dilansir Verywell Health, beberapa penyebab sakit kepala hypnic telah dikemukakan, seperti:
- Hipotalamus yang hiperaktif: Aktivitas tidak teratur di wilayah otak ini, yang mengatur pemrosesan rasa sakit, suhu tubuh, rasa haus, dan rasa lapar, telah dikaitkan dengan masalah tidur dan sakit kepala. Saat terlalu aktif, ada kemungkinan lebih tinggi untuk timbul sakit kepala.
- Vasodilatasi: Teori lain adalah bahwa sakit kepala hypnic muncul karena pelebaran (ekspansi) pembuluh darah di hipotalamus karena hipokapnia, atau karbon dioksida yang berlebihan dalam darah, selama tidur. Ini meningkatkan tekanan pada meninges (lapisan jaringan yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang), menyebabkan sakit kepala.
- Berkurangnya materi abu-abu: Studi dalam jurnal Annals of Neurology tahun 2011 menggunakan neuroimaging menemukan bahwa orang dengan sakit kepala hypnic memiliki materi abu-abu yang sedikit lebih sedikit—neuron kritis yang mengatur banyak fungsi sistem saraf pusat—di pusat nyeri hipotalamus.
Faktor risiko
Secara umum, sakit kepala hypnic sangat jarang, dengan kejadian diperkirakan antara 0,07 dan 0,3 persen dari populasi, menurut laporan dalam jurnal Pain Management tahun 2021. Beberapa faktor kesehatan telah dikaitkan dengan sakit kepala hypnic, meningkatkan kemungkinan serangan. Ini meliputi:
- Usia: Jenis sakit kepala ini jarang terjadi pada bayi, anak-anak, remaja, dan dewasa muda, umumnya menyerang mereka yang berusia di atas 50 tahun.
- Jenis kelamin: Perempuan cisgender tiga kali lebih mungkin mengalami kondisi ini dibanding laki-laki.
- Riwayat gangguan sakit kepala: Sebanyak 30–60 persen dari orang dengan sakit kepala hypnic melaporkan pernah mengalami migrain atau gangguan sakit kepala lainnya.
2. Gejala

Menurut laporan dalam jurnal Neurologia tahun 2015, gejala sakit kepala hypnic dapat meliputi:
- Nyeri tumpul atau berdenyut memengaruhi satu atau kedua sisi kepala (gejala utama).
- Bangun tengah malam karena sakit kepala, beberapa kali dalam sebulan.
- Mual.
- Kepekaan terhadap cahaya atau suara.
- Mata atau hidung berair.
Sakit kepala hypnic bisa unilateral atau bilateral, yang artinya bisa memengaruhi satu atau kedua sisi kepala. Namun, lebih umum sakit kepala hypnic memengaruhi kedua sisi, seperti dijelaskan dalam laman Sleep Foundation.
Sakit kepala hypnic dapat bervariasi dalam tingkat keparahan, tetapi cukup menyakitkan untuk membangunkan kamu dari tidur. Mayoritas orang menggambarkan rasa sakitnya sedang sampai berat.
Ciri lain yang membedakan dari sakit kepala hypnic adalah waktu terjadinya. Sakit kepala hypnic biasanya terjadi pada tengah malam, sekitar dua hingga tiga jam setelah tertidur, atau antara pukul 01.00 dan 03.00. Sakit kepala ini terjadi pada waktu yang sama dan bahkan dapat terjadi berkali-kali dalam semalam. Sakit kepala hypnic dapat berlangsung selama 15 menit hingga 3 jam, dengan rata-rata 90 menit.
Meskipun sakit kepala hypnic jarang terjadi, tetapi itu adalah pengalaman umum bagi orang-orang yang mengalaminya—terjadi setidaknya 10 kali sebulan. Bahkan, beberapa orang mengalaminya setidaknya setiap hari.
3. Diagnosis
Dokter akan memulai dengan menanyakan pola dan kebiasaan tidur, seperti apakah kamu mendengkur atau gelisah pada malam hari. Kemudian, dokter akan mencoba mengesampingkan kemungkinan penyebab lainnya, termasuk:
- Gangguan sakit kepala primer lainnya, seperti sakit kepala cluster atau migrain.
- Sleep apnea.
- Tekanan darah tinggi pada malam hari atau gula darah rendah.
- Kejang pada malam hari.
- Penggunaan obat-obatan tertentu secara berlebihan.
- Peradangan di arteri di kepala.
- Cedera kepala atau pendarahan di otak.
- Tumor otak.
Untuk tujuan tersebut, dokter mungkin akan merekomendasikan satu atau beberapa tes ini:
- Tes darah.
- Studi tidur.
- CT scan.
- MRI.
4. Pengobatan

Tidak ada terapi yang ditetapkan untuk sakit kepala hypnic karena kelangkaannya dan kurang dipahami. Pendekatan pengobatannya termasuk obat untuk mengelola gejala setelah onset (pengobatan abortif) serta obat yang bekerja untuk mencegah serangan (obat pencegahan). Selain itu, beberapa perubahan gaya hidup telah dilaporkan membantu serta perawatan medis nonfarmakologis lainnya.
Pengobatan abortif
Sejumlah pengobatan abortif, atau penyelamat, mungkin diresepkan untuk mengatasi sakit kepala hypnic setelah terjadi. Ini termasuk:
- Kafein: Misalnya dalam kopi, beberapa teh, dan suplemen. Namun, ada kekhawatiran dengan insomnia.
- Analgesik: Obat-obatan yang menggabungkan kafein dengan aspirin atau asetaminofen telah terbukti membantu mengatasi sakit kepala hypnic. Bukti anekdot menunjukkan pembunuh rasa sakit lainnya, seperti obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) ergotamine juga dapat membantu.
- Triptan: Ini juga digunakan untuk migrain dan gangguan sakit kepala primer lainnya. Misalnya sumatriptan and rizatriptan.
Pengobatan preventif
Karena sakit kepala hypnic ditandai dengan serangan berulang, terapi sering melibatkan minum obat untuk mencegah serangannya. Berbagai macam pengobatan dan pendekatan dapat dicoba, termasuk:
- Litium: Obat psikiatri sering digunakan untuk gangguan bipolar.
- Kafein: Biasanya secangkir kopi sebelum tidur.
- Indomethacin: NSAID yang digunakan untuk mengobati nyeri dan peradangan.
- Melatonin: Hormon yang dilepaskan oleh tubuh yang membantu siklus tidur-bangun, sering digunakan sebagai suplemen makanan untuk mendukung tidur.
- Amitriptyline: Obat antidepresan dan nyeri saraf.
- Antikonvulsan: Antikejang.
Ada bukti terbatas bahwa beberapa obat yang digunakan untuk migrain kronis dapat membantu, seperti:
- Beta-blocker: Seperti propanol dan timolol.
- Suntikan botoks (toksin botulinum).
- Calcium-channel blocker: Seperti flunarizine dan verapamil.
- Benzodiazepin: Seperti lorazepam dan diazepam.
- Glukokortikoid: Jenis steroid.
- Aasetazolamid.
Pendekatan non farmasi
Ada beberapa pendekatan nonfarmasi yang telah dicoba, di antaranya:
- Neurostimulasi: Untuk digunakan dalam kasus kronis, gelombang listrik atau magnet ringan yang dipancarkan dari perangkat khusus ditransmisikan melalui kulit kepala dan pelipis.
- Blok saraf: Suntikan strategis obat anestesi ke saraf di leher dan kepala bekerja untuk memblokir pesan nyeri pada kasus sakit kepala kronis.
- Terapi oksigen: Penelitian telah menunjukkan terapi oksigen, menghirup oksigen 100 persen melalui masker wajah efektif untuk jenis sakit kepala tertentu.
- Aktivitas fisik: Laporan kasus menunjukkan bahwa melakukan beberapa aktivitas fisik dapat membantu meredakan serangan setelah serangan.
5. Pandangan
Dilansir publikasi StatPearls, penelitian menunjukkan bahwa sekitar 17 persen orang dengan sakit kepala hypnic mengalami remisi dari waktu ke waktu, tetapi sebagian besar mengalami kondisi tersebut dalam jangka panjang. Pada 40 persen individu, pengobatan efektif dalam mengobati sakit kepala jenis ini.
Studi tahun 2016 juga melaporkan bahwa pengobatan dapat membuat perbedaan. Peneliti memeriksa rekam medis 40 orang yang mengalami sakit kepala hypnic antara 2008–2014. Mereka menemukan litium adalah pengobatan yang paling efektif, diikuti dengan kafein pada waktu tidur.
Dari orang-orang yang menggunakan litium, 70 persen memiliki respons komplet dan 20 persen memiliki respons sedang. Di antara mereka yang mengonsumsi kafein sebelum tidur, 28 persen memiliki respons komplet dan 43 persen memiliki respons sedang. Individu juga merasakan manfaat dari mengonsumsi kafein saat bangun dengan sakit kepala.
Sakit kepala hypnic bisa bikin frustrasi, melemahkan, dan mengganggu tidur yang kemudian membuat kamu terbangun dengan nyeri kepala. Namun, ada beberapa pilihan pengobatan dan umumnya efektif.
Kalau kamu menduga mengalami sakit kepala hypnic, atau segala jenis gangguan sakit kepala, cobalah untuk proaktif dengan konsultasi dengan dokter agar mendapatkan perawatan yang kamu butuhkan.