Hipertensi: Penyebab, Gejala, Pengobatan, Komplikasi, Pencegahan

Salah satu silent killer yang harus diwaspadai

Tekanan darah adalah pengukuran tekanan atau kekuatan darah yang mendorong dinding pembuluh darah. Pada orang dengan hipertensi atau tekanan darah tinggi, ini berarti tekanan terhadap dinding pembuluh darah di tubuh secara konsisten terlalu tinggi. 

Hipertensi sering disebut "silent killer", karena seseorang mungkin tidak menyadari dirinya mengalami hipertensi namun kerusakan masih atau terus terjadi di dalam tubuh.

Darah dibawa dari jantung ke seluruh bagian tubuh melalui pembuluh darah. Setiap kali jantung berdetak, ia memompa darah ke dalam pembuluh. Tekanan darah diciptakan oleh kekuatan darah yang mendorong dinding pembuluh darah (arteri) saat dipompa oleh jantung. Makin tinggi tekanan, makin keras jantung harus memompa.

Hipertensi: Penyebab, Gejala, Pengobatan, Komplikasi, Pencegahanilustrasi hipertensi atau tekanan darah tinggi (pixabay.com/1643606)

Hipertensi adalah kondisi medis serius dan dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, otak, ginjal, dan penyakit lainnya. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), ini adalah penyebab utama kematian dini di seluruh dunia, dengan lebih dari 1 dari 4 laki-laki dan 1 dari 5 perempuan. Diperkirakan 1,13 miliar orang di dunia mengalami hipertensi.

Berdasarkan Riskesdas 2018, prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia 18 tahun sebesar 34,1 persen, tertinggi di Kalimantan Selatan (44.1 persen), sedangkan terendah di Papua (22,2 persen). Hipertensi terjadi pada kelompok usia 31-44 tahun (31,6 persen), usia 45-54 tahun (45,3 persen), usia 55-64 tahun (55,2 persen).

Dari prevalensi hipertensi sebesar 34,1 persen, sebesar 8,8 persen terdiagnosis hipertensi dan 13,3 persen orang yang terdiagnosis hipertensi tidak minum obat, serta 32,3 persen tidak rutin minum obat. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita hipertensi tidak tahu dirinya mengalami hipertensi sehingga tidak mendapatkan pengobatan.

1. Kategori tekanan darah

Hipertensi: Penyebab, Gejala, Pengobatan, Komplikasi, Pencegahanilustrasi hipertensi atau tekanan darah tinggi (pixabay.com/stevepb)

Seperti diterangkan di laman Cleveland Clinic, berikut ini kategori tekanan darah.

  • Normal: Di bawah 130/80 mmHg
  • Hipertensi tingkat 1 (ringan): Tekanan sistolik antara 130-130 atau diastolik antara 80-89 mmHg.
  • Hipertensi tingkat 2 (sedang): 140/90 mmHg atau lebih tinggi.
  • Krisis hipertensi (segera cari perawatan darurat): 180/120 mmHg atau lebih tinggi.

2. Jenis dan penyebab

Hipertensi: Penyebab, Gejala, Pengobatan, Komplikasi, Pencegahanilustrasi tekanan darah tinggi atau hipertensi (sprucemedicalgroup.com)

Dokter umumnya akan mendiagnosis pasien dengan salah satu dari dua jenis tekanan darah tinggi, yaitu:

  • Tekanan darah tinggi primer: Penyebab paling umum dari jenis tekanan darah tinggi ini termasuk penuaan dan kebiasaan tidak sehat seperti jarang atau kurang berolahraga.

  • Tekanan darah tinggi sekunder. Penyebab jenis hipertensi ini termasuk masalah medis yang berbeda (misalnya masalah ginjal atau hormonal) atau terkadang obat-obatan yang sedang dikonsumsi.

Beberapa kondisi dan obat-obatan yang dapat menyebabkan hipertensi sekunder antara lain:

  • Sleep apnea obstruktif.
  • Penyakit ginjal.
  • Tumor kelenjar adrenal.
  • Masalah tiroid.
  • Kelainan bawaan tertentu pada pembuluh darah.
  • Beberapa obat-obatan seperti pil KB, obat pilek, dekongestan, obat pereda nyeri yang dijual bebas, dan beberapa obat resep.
  • Narkoba seperti kokain dan amfetamin.

Faktor risiko

Dilansir Mayo Clinic, hipertensi memiliki banyak sekali faktor risiko, yang termasuk:

  • Usia: Risiko hipertensi meningkat seiring penuaan. Sampai sekitar usia 64 tahun, tekanan darah tinggi lebih sering terjadi pada laki-laki. Perempuan lebih mungkin mengembangkan hipertensi setelah usia 65 tahun.
  • Ras: Hipertensi sangat umum di antara orang-orang keturunan Afrika, sering berkembang pada usia lebih dini daripada pada orang kulit putih. Komplikasi serius, seperti stroke, serangan jantung dan gagal ginjal, juga lebih sering terjadi pada orang-orang keturunan Afrika.
  • Riwayat keluarga: Hipertensi cenderung diturunkan dalam keluarga.
  • Kelebihan berat badan atau obesitas: Makin tinggi berat badan, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan nutrisi ke jaringan tubuh. Saat jumlah aliran darah melalui pembuluh darah meningkat, begitu pula tekanan pada dinding arteri.
  • Tidak aktif secara fisik: Orang dengan gaya hidup yang tidak aktif cenderung memiliki detak jantung yang lebih tinggi. Makin tinggi detak jantung, makin keras jantung harus bekerja dengan setiap kontraksi dan makin kuat tekanan pada arteri. Kurangnya aktivitas fisik juga meningkatkan risiko kelebihan berat badan.
  • Konsumsi garam berlebihan: Ini dapat menyebabkan tubuh menahan cairan, yang mana dapat meningkatkan tekanan darah.
  • Penggunaan tembakau: Merokok atau mengunyah tembakau akan langsung meningkatkan darah untuk sementara waktu, tetapi kimia dalam tembakau dapat merusak dinding arteri. Ini dapat menyebabkan arteri menyempit dan meningkatkan risiko penyakit jantung. Perokok pasif juga mengalami peningkatan risiko penyakit jantung.
  • Terlalu banyak minum alkohol: Seiring waktu, minum alkohol berlebihan bisa merusak jantung. Hindari atau batasi konsumsinya (maksimal dua gelas sehari untuk laki dan satu gelas sehari untuk perempuan).
  • Asupan kalium yang terlalu rendah: Kalium membantu menyeimbangkan jumlah sodium dalam sel-sel. Keseimbangan kalium sangat penting untuk kesehatan jantung. Kalau kamu tidak mendapat cukup kalium dalam makanan, atau kehilangan terlalu banyak kalium karena dehidrasi atau kondisi kesehatan lainnya, natrium dapat menumpuk di dalam darah.
  • Stres: Stres berat bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah untuk sementara waktu. Kebiasaan yang berhubungan dengan stres, seperti makan berlebihan, penggunaan tembakau, atau minum alkohol dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah lebih lanjut.
  • Kondisi kronis tertentu: Penyakit ginjal, diabetes, dan sleep apnea mungkin dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi.

3. Gejala

Hipertensi: Penyebab, Gejala, Pengobatan, Komplikasi, Pencegahanilustrasi pendarahan subkonjungtiva pada hipertensi parah (aoa.org)

Hipertensi umumnya tidak menunjukkan gejala. Bisa butuh beberapa tahun atau bahkan beberapa dekade bagi kondisi tersebut mencapai tingkat yang cukup parah sehingga gejalanya menjadi jelas. Bahkan kemudian, gejala-gejala ini dapat dikaitkan dengan masalah lain.

Dilansir American Heart Association, gejala parah hipertensi dapat berupa:

  • Kulit merona merah (flushing)
  • Bercak darah di mata (pendarahan subkonjungtiva)
  • Pusing

Berlawanan dengan anggapan umum, hipertensi berat biasanya tidak menyebabkan mimisan atau sakit kepala—kecuali ketika seseorang mengalami krisis hipertensi.

Cara terbaik untuk tahu apakah kamu memiliki hipertensi atau tidak adalah dengan cek tekanan darah secara rutin. Sebagian besar fasilitas kesehatan akan memeriksa tekanan darah pasien dalam setiap janji temu.

Jika kamu hanya melakukan pemeriksaan fisik tahunan, bicarakan dengan dokter tentang risiko hipertensi dan pengukuran lain yang mungkin diperlukan untuk membantu memantau tekanan darah.

Sebagai contoh, bila ada riwayat penyakit jantung dalam keluarga atau memiliki faktor risiko hipertensi, dokter mungkin akan menyarankan pemeriksaan tekanan darah dua kali dalam setahun. Ini dapat membantu dokter memantau kondisi sebelum menyebabkan masalah.

Baca Juga: Hipertensi Jas Putih: Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan  

4. Diagnosis

Hipertensi: Penyebab, Gejala, Pengobatan, Komplikasi, Pencegahanilustrasi diagnosis hipertensi (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Cara terbaik untuk mendiagnosis hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah.

  • Pembacaan tekanan darah dilakukan dengan manset tekanan (sphygmomanometer).
  • Selama pengujian, manset ditempatkan di sekitar lengan atas sebelum dipompa secara manual atau elektronik.
  • Setelah mengembang, manset menekan arteri brakialis, menghentikan aliran darah untuk sementara.
  • Selanjutnya, udara di dalam manset dilepaskan secara perlahan saat orang yang melakukan pengukuran mendengarkan dengan stetoskop atau memantau pembacaan elektronik.

Pembacaan tekanan darah dicatat sebagai dua angka:

  • Tekanan darah sistolik (angka atas): Menunjukkan seberapa besar tekanan yang diberikan darah terhadap dinding arteri selama detak jantung.
  • Tekanan darah diastolik (angka bawah): Menunjukkan seberapa besar tekanan yang diberikan darah terhadap dinding arteri saat jantung beristirahat di antara detak jantung.

Bila pasien diketahui memiliki hipertensi, dokter akan merekomendasikan tes untuk mengonfirmasi diagnosis dan memeriksa bila ada kondisi medis yang mendasari dan menyebabkan hipertensi.

  • Pemantauan rawat jalan: Tes pemantauan tekanan darah 24 jam dilakukan untuk memastikan apakah pasien memiliki tekanan darah tinggi. Perangkat yang digunakan untuk tes ini mengukur tekanan darah secara berkala selama periode 24 jam dan memberikan gambaran yang lebih akurat tentang perubahan tekanan darah selama rata-rata siang dan malam. Namun, perangkat ini tidak tersedia di semua pusat medis.
  • Tes laboratorium: Dokter mungkin akan merekomendasikan tes urine dan tes darah, termasuk tes kolesterol.
  • Elektrokardiogram (ECG atau EKG): Untuk mengukur aktivitas elektrik jantung.
  • Ekokardiogram: Tergantung tanda dan gejala serta hasil tes, dokter mungkin akan memesan tes ini untuk mengecek tanda lain dari penyakit jantung.

5. Pengobatan

Hipertensi: Penyebab, Gejala, Pengobatan, Komplikasi, Pencegahanilustrasi obat-obatan (IDN Times/Aditya Pratama)

Dokter akan menentukan perawatan dan pengobatan hipertensi bergantung beberapa faktor, seperti tipe hipertensi dan penyebab yang telah diidentifikasi, mengutip Healthline.

Perawatan untuk hipertensi primer

Perubahan hidup dapat membantu menurunkan tekanan darah. Bila ini tidak cukup atau tidak efektif, dokter mungkin akan meresepkan obat-obatan.

Perawatan untuk hipertensi sekunder

Jika dokter menemukan kondisi yang mendasari hipertensi, pengobatan akan berfokus pada kondisi tersebut. Sebagai contoh, bila hipertensi disebabkan oleh obat tertentu, dokter mungkin akan menggantinya dengan obat lain yang tidak menyebabkan efek tekanan darah tinggi.

Kadang, hipertensi terjadi terus-menerus meskipun pengobatan terhadap kondisi yang mendasarinya sudah diobati. Dalam kasus ini, dokter akan bekerja sama dengan pasien untuk merancang perubahan gaya hidup dan meresepkan obat-obatan yang dapat menurunkan tekanan darah.

Rencana pengobatan untuk hipertensi sering berkembang. Apa yang berhasil pada awalnya mungkin menjadi kurang berguna seiring waktu. Dokter akan terus bekerja dengan pasien untuk memperbaiki perawatannya.

Obat-obatan

Banyak pasien melalui fase trial-and-error dengan obat tekanan darah. Dokter mungkin perlu mencoba obat yang berbeda sampai mereka menemukan satu atau kombinasi yang cocok untuk pasien.

Beberapa obat-obatan yang dipakai untuk pengobatan hipertensi termasuk:

  • Beta-blockers
  • Diuretik
  • Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitors
  • Angiotensin II receptor blockers (ARBs)
  • Calcium channel blockers
  • Alpha-2 agonists
  • Alpha blockers
  • Alpha-beta blockers
  • Aldosterone antagonists
  • Renin inhibitors
  • Vasodilator
  • Central-acting agents

Pengobatan mandiri dan perubahan gaya hidup

  • Menerapkan pola makan yang sehat untuk jantung: Seperti mengonsumsi buah dan sayuran, biji-bijian utuh, dan protein tanpa lemak, termasuk mengurangi asupan garam.
  • Rutin olahraga: Selain dapat menurunkan berat badan, olahraga secara alami dapat menurunkan tekanan darah dan memperkuat jantung. Olahraga yang disarankan sekitar 30 menit lima kali seminggu.
  • Mengelola stres: Seperti meditasi, pijat, relaksasi otot, yoga, dan tidur yang cukup dapat membantu mengurangi tingkat stres.
  • Berhenti merokok dan membatasi alkohol: Jika hipertensi diakibatkan oleh merokok dan alkohol, maka harus dihentikan karena zat kimia dalam tembakau dapat merusak jaringan dan mengeraskan dinding pembuluh darah.

6. Pencegahan

Hipertensi: Penyebab, Gejala, Pengobatan, Komplikasi, Pencegahanilustrasi pola makan pada diet DASH (somoscommunitycare.org)

Ada beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk membantu mengurangi risiko mengembangkan hipertensi. Ini termasuk mengatur pola makan, rutin olahraga, dan mengontrol asupan garam.

Beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk mengurangi risiko hipertensi termasuk:

  • Atur pola makan dengan benar: Terapkan diet sehat untuk menjaga tekanan darah tetap normal. Misalnya dengan diet DASH, yang menekankan pada penambahan buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian ke dalam pola makan sambil mengurangi asupan natrium.
  • Menjaga berat badan yang sehat: Selain mengatur pola makan, jaga pula berat badan yang sehat. Kelebihan berat badan meningkatkan tekanan darah, sehingga menurunkan berat badan berlebih dengan diet dan olahraga akan membantu menurunkan tekanan darah ke tingkat yang lebih sehat.
  • Kurangi asupan garam: Rekomendasi garam dalam pola makan adalah memiliki kurang dari 1.500 miligram (mg) natrium sehari (setara sekitar satu sendok teh). Untuk mencegah hipertensi, jaga asupan garam di bawah batasan tersebut. Ingat, sebagian besar makanan restoran (terutama makanan cepat saji) dan banyak makanan olahan dan beku mengandung kadar garam yang tinggi. Gunakan bumbu dan rempah-rempah yang tidak mengandung garam untuk membumbui makanan; jangan menambahkan garam.
  • Tetap aktif: Bahkan aktivitas fisik sederhana, seperti jalan kaki, dapat menurunkan tekanan darah (dan berat badan).
  • Hindari atau batasi alkohol: Minum lebih dari satu gelas sehari (untuk perempuan) dan dua gelas sehari (untuk laki-laki) dapat meningkatkan tekanan darah.

7. Komplikasi yang bisa terjadi

Hipertensi: Penyebab, Gejala, Pengobatan, Komplikasi, Pencegahanilustrasi serangan jantung (freepik.com/jcomp)

Hipertensi yang tidak diobati dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius termasuk:

  • Stroke
  • Serangan jantung
  • Penyakit pembuluh darah perifer
  • Penyakit atau gagal ginjal
  • Komplikasi selama kehamilan
  • Kerusakan mata
  • Demensia vaskular

Pengaruh hipertensi terhadap kehamilan

Tekanan darah tinggi mempersulit sekitar 10 persen dari semua kehamilan. Ada beberapa jenis tekanan darah tinggi selama kehamilan, berkisar dari yang ringan hingga yang serius. Bentuk-bentuk tekanan darah tinggi selama kehamilan meliputi:

  • Hipertensi kronis: Hipertensi yang muncul sebelum kehamilan.
  • Hipertensi gestasional: Hipertensi pada akhir kehamilan.
  • Preeklamsia: Kondisi berbahaya yang biasanya berkembang pada paruh kedua kehamilan dan menyebabkan hipertensi, protein dalam urine, dan pembengkakan umum pada ibu hamil. Ini dapat memengaruhi organ lain dalam tubuh dan menyebabkan kejang (eklampsia).
  • Hipertensi kronis dengan superimposed preeklamsia: Ibu hamil yang memiliki hipertensi kronis berada pada peningkatan risiko untuk mengembangkan preeklamsia.

Dokter akan memeriksa tekanan darah secara teratur selama pemeriksaan rutin prenatal. Namun, bila ibu hamil memiliki kekhawatiran tentang tekanan darahnya, pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter.

Hipertensi adalah masalah kesehatan umum di banyak negara, termasuk Indonesia. Bila kamu terdiagnosis memilikinya, ikutilah semua anjuran pengobatan dan perawatan dari dokter serta lakukan perubahan gaya hidup.

Pada banyak kasus hipertensi, perubahan gaya hidup bisa bermanfaat besar untuk mengontrol, bahkan membalikkan diagnosis. Ini meliputi memperbanyak sayur dan buah, aktif secara fisik, membatasi asupan garam, serta membatasi alkohol.

Karena hipertensi kadang tidak menampakkan gejala, maka sangat penting untuk cek tekanan darah secara rutin. Hipertensi parah bisa menyebabkan masalah kesehatan serius. Jadi, makin cepat didiagnosis, maka makin cepat pula dokter dapat memberikan pengobatan.

Baca Juga: Makan Yoghurt Bisa Turunkan Risiko Hipertensi? Ini Faktanya!

Topik:

  • Bella Manoban
  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya