Hipotiroidisme: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Bisa menyebabkan keguguran jika tidak diobati

Hipotiroidisme, atau penyakit tiroid yang kurang aktif, adalah kondisi umum. Pada kondisi ini kelenjar tiroid tidak memproduksi hormon tiroid secara cukup.

Kelenjar tiroid terletak di bagian depan bawah leher. Hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar berjalan melalui aliran darah dan memengaruhi hampir setiap bagian tubuh, dari jantung dan otak, hingga otot dan kulit.

Tiroid mengontrol bagaimana sel-sel tubuh menggunakan energi dari makanan, proses yang disebut metabolisme. Metabolisme tubuh memengaruhi suhu tubuh, detak jantung, bagaimana tubuh membakar kalori, dan masih banyak lagi. Bila hormon tiroid tidak cukup, proses tubuh akan melambat, yang artinya tubuh menghasilkan lebih sedikit energi dan metabolisme menjadi lamban.

1. Penyebab

Hipotiroidisme: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi hipotiroidisme (scientificanimations.com)

Dilansir American Thyroid Association, ada banyak alasan kenapa sel-sel di kelenjar tiroid tidak memproduksi cukup hormon tiroid. Berikut adalah penyebab utamanya, diurutkan dari yang paling umum hingga yang paling tidak umum.

  • Penyakit autoimun. Pada beberapa tubuh orang, sistem kekebalan yang melindungi tubuh dari infeksi yang menyerang dapat salah mengira sel kelenjar tiroid dan enzimnya sebagai ancaman dan dapat menyerang mereka. Kemudian, tidak ada cukup sel tiroid dan enzim yang tersisa untuk membuat hormon tiroid yang cukup. Ini lebih sering terjadi pada perempuan daripada laki-laki. Tiroiditis autoimun dapat dimulai secara tiba-tiba atau dapat berkembang perlahan selama bertahun-tahun. Bentuk yang paling umum adalah tiroiditis Hashimoto dan tiroiditis atrofi.

  • Operasi pengangkatan sebagian atau seluruh kelenjar tiroid. Misalnya pada orang-orang dengan kondisi nodul tiroid, kanker tiroid, atau penyakit Graves. Jika seluruh tiroid diangkat, hipotiroidisme pasti terjadi. Jika masih ada sebagian, mungkin masih dapat membuat hormon tiroid yang cukup untuk menjaga kadar darah tetap normal.

  • Perawatan radiasi. Beberapa pasien dengan penyakit Graves, gondok nodular, atau kanker tiroid diobati dengan yodium radioaktif (I-131) untuk menghancurkan kelenjar tiroid mereka. Pasien dengan penyakit Hodgkin, limfoma, atau kanker kepala atau leher diobati dengan radiasi. Semua pasien ini dapat kehilangan sebagian atau seluruh fungsi tiroid mereka.

  • Hipotiroidisme kongenital (hadir sejak lahir). Beberapa bayi lahir tanpa tiroid atau hanya sebagian yang terbentuk. Beberapa memiliki sebagian atau seluruh tiroid di tempat yang salah (tiroid ektopik). Pada beberapa bayi, sel tiroid atau enzimnya tidak berfungsi dengan baik.

  • Tiroiditis. Tiroiditis adalah peradangan kelenjar tiroid, biasanya disebabkan oleh serangan autoimun atau infeksi virus. Tiroiditis dapat membuat tiroid membuang seluruh persediaan hormon tiroid yang disimpan ke dalam darah sekaligus, menyebabkan hipertiroidisme singkat (terlalu banyak aktivitas tiroid); kemudian tiroid menjadi kurang aktif.

  • Obat. Obat-obatan seperti amiodarone, lithium, interferon alpha, dan interleukin-2 dapat mencegah kelenjar tiroid untuk membuat hormon secara normal. Obat-obatan ini paling mungkin memicu hipotiroidisme pada pasien yang memiliki kecenderungan genetik untuk penyakit tiroid autoimun.

  • Terlalu banyak atau terlalu sedikit yodium. Kelenjar tiroid harus memiliki yodium untuk membuat hormon tiroid. Yodium masuk ke dalam tubuh dalam makanan dan berjalan melalui darah ke tiroid. Menjaga keseimbangan produksi hormon tiroid membutuhkan jumlah yodium yang tepat. Asupan yodium yang terlalu banyak dapat menyebabkan atau memperburuk hipotiroidisme.

  • Kerusakan pada kelenjar pituitari. Pituitari memberi tahu tiroid berapa banyak hormon yang harus dibuat. Ketika pituitari dirusak oleh tumor, radiasi, atau pembedahan, ia mungkin tidak lagi dapat memberikan instruksi kepada tiroid, dan tiroid mungkin berhenti membuat hormon secara cukup.

  • Kelainan langka yang memengaruhi tiroid. Pada beberapa orang, beberapa penyakit menyimpan zat abnormal di tiroid dan mengganggu kemampuannya untuk berfungsi. Misalnya, amiloidosis dapat menyimpan protein amiloid, sarkoidosis dapat menyimpan granuloma, dan hemokromatosis dapat menyimpan zat besi.

2. Faktor risiko

Hipotiroidisme: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi hipotiroidisme (genesisperformancechiro.com)

Siapa pun bisa mengembangkan hipotiroidisme. Namun, kamu akan lebih berisiko jika:

  • Berjenis kelamin perempuan.
  • Usia di atas 60 tahun.
  • Ada riwayat penyakit tiroid dalam keluarga.
  • Memiliki penyakit autoimun, seperti diabetes tipe 2, penyakit celiac, multiple sclerosis, artritis reumatoid, penyakit Addison, anemia pernisiosa, atau vitiligo.
  • Gangguan bipolar.
  • Sindrom Down.
  • Sindrom Turner.
  • Tengah menjalani terapi yodium radioaktif atau obat-obatan antitiroid.
  • Menjalani operasi tiroid (tiroidektomi parsial).
  • Telah hamil atau melahirkan bayi dalam enam bulan terakhir.
  • Ras kulit putih atau Asia.
  • Kulit beruban secara prematur.

3. Gejala

Hipotiroidisme: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi kelelahan (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Tanda dan gejala hipotiroidisme bervariasi, tergantungtingkat keparahan kekurangan hormon. Masalah cenderung berkembang perlahan, sering kali selama beberapa tahun.

Awalnya, mungkin gejalanya tidak kentara, seperti kelelahan dan penambahan berat badan. Namun, karena metabolisme terus melambat, masalah lama-lama akan makin jelas.

Tanda dan gejala hipotiroidisme mungkin termasuk:

  • Kelelahan.
  • Peningkatan kepekaan terhadap dingin.
  • Sembelit.
  • Kulit kering.
  • Penambahan berat badan.
  • Wajah bengkak.
  • Suara serak.
  • Kelemahan otot.
  • Peningkatan kadar kolesterol darah.
  • Nyeri otot, nyeri tekan, dan kaku.
  • Sendi nyeri, kaku, atau bengkak.
  • Menstruasi yang lebih berat dari biasanya atau tidak teratur.
  • Penipisan rambut.
  • Detak jantung melambat.
  • Depresi.
  • Gangguan memori.
  • Pembesaran kelenjar tiroid (gondok).

Hipotiroidisme pada bayi

Bayi juga dapat mengalami hipotiroidisme. Awalnya, bayi yang terlahir tanpa kelenjar tiroid atau kelenjar yang tidak berfungsi dengan baik mungkin memiliki sedikit tanda dan gejala. Ketika bayi baru lahir punya masalah dengan hipotiroidisme, masalahnya mungkin termasuk:

  • Menguningnya kulit dan bagian putih mata (jaundice). Dalam kebanyakan kasus, ini terjadi ketika hati bayi tidak dapat memetabolisme bilirubin, yang biasanya terbentuk ketika tubuh mendaur ulang sel darah merah tua atau rusak.
  • Lidah yang besar dan menonjol.
  • Sulit bernapas.
  • Tangisan dengan suara serak.
  • Hernia umbilikalis.

Seiring perkembangan penyakit, bayi cenderung mengalami kesulitan makan dan mungkin gagal tumbuh dan berkembang secara normal. Mereka mungkin juga mengalami:

  • Sembelit
  • Tonus otot buruk
  • Kantuk berlebihan

Ketika hipotiroidisme pada bayi tidak diobati, bahkan kasus ringan sekalipun dapat menyebabkan keterbelakangan fisik dan mental yang parah.

Hipotiroidisme pada anak-anak dan remaja

Secara umum, anak-anak dan remaja yang mengalami hipotiroidisme memiliki tanda dan gejala yang sama seperti orang dewasa, tetapi mereka mungkin juga mengalami:

  • Pertumbuhan yang buruk, mengakibatkan perawakan pendek.
  • Tertundanya pertumbuhan gigi permanen.
  • Pubertas tertunda.
  • Perkembangan mental yang buruk.

Baca Juga: Bisa Dialami Siapa Saja, Ini 7 Penyebab Utama Hipotiroidisme

4. Diagnosis

Hipotiroidisme: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi konsultasi dokter (freepik.com/tirachardz)

Dilansir MedlinePlus, dokter mungkin akan beberapa tes dan pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis, seperti:

  • Evaluasi riwayat kesehatan, termasuk menanyakan seputar gejala.
  • Pemeriksaan fisik.
  • Tes tiroid, seperti:
    • TSH, T3, T4, dan tes antibodi tiroid
    • Tes pencitraan seperti scan tiroid, ultrasound, atau tes penyerapan yodium radioaktif. Tes penyerapan yodium radioaktif akan mengukur berapa banyak yodium radioaktif yang diambil tiroid dari darah setelah pasien menelannya dalam jumlah kecil. 

5. Pengobatan

Hipotiroidisme: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi obat-obatan (IDN Times/Aditya Pratama)

Mengutip National Health Service, pengobatan hipotiroidisme melibatkan konsumsi tablet penggantian hormon, yaitu levothyroxine, untuk meningkatkan tingkat tiroksin.

Pasien awalnya akan menjalani tes darah secara teratur sampai dosis levothyroxine yang tepat tercapai. Ini bisa memakan waktu beberapa saat hingga dosisnya tepat. Saat dosis sudah tepat, pasien biasanya perlu menjalani tes darah sekali setahun untuk memantau tingkat hormon.

Pasien biasanya perlu perawatan selama sisa hidupnya. Namun, dengan pengobatan tepat, pasien bisa memiliki hidup yang normal dan sehat.

Apabila tidak ditangani, hipotiroidisme dapat menyebabkan komplikasi seperti penyakit jantung, penyakit gondok, masalah kehamilan, dan kondisi yang dapat mengancam nyawa yang disebutkan myxoedema coma (meskipun jarang).

6. Komplikasi yang bisa terjadi

Hipotiroidisme: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi goiter atau penyakit gondok (palomahealth.com)

Hipotiroidisme yang tidak diobati dapat menyebabkan berbagai komplikasi, seperti:

  • Masalah keseimbangan: Ini lebih berisiko pada perempuan yang berusia lebih tua jika kadar hormon tiroid terlalu rendah.
  • Penyakit gondok: Jika tiroid terus-terusan memproduksi hormon, kelenjar tiroid dapat membengkak dan mengubah tampilan leher, serta dapat menyebabkan kesulitan dalam menelan.
  • Masalah jantung: Hipotiroidisme dapat meningkatkan risiko penyakit jantung serta menaikkan kadar kolesterol jahat (LDL).
  • Infertilitas: Hormon tiroid yang terlalu sedikit dapat mengganggu ovulasi dan membuat sulit hamil.
  • Nyeri sendi: Kadar hormon tiroid yang terlalu sedikit dapat menyebabkan nyeri pada sendi dan otot, begitu pula tendonitis.
  • Masalah mental isu: Kadar hormon tiroid yang rendah bisa menyebabkan gangguan memori atau konsentrasi, serta penurunan minat pada aktivitas yang biasanya nikmati. Temui dokter jika, mengalami ini, karena bisa juga disebabkan oleh depresi yang tidak terkait dengan tiroid.
  • Obesitas: Walaupun hipotiroidisme dapat menurunkan nafsu makan, tetapi berat badan bisa naik karena metabolisme yang melambat, dan tubuh tidak bisa membakar kalori secara cukup.
  • Neuropati perifer: Seiring waktu, hormon tiroid yang rendah dapat merusak saraf perifer. Gejalanya meliputi nyeri, kesemutan, atau mati rasa di tangan atau kaki.
  • Masalah tiroid pada ibu hamil dapat memengaruhi bayi. Selama trimester awal kehamilan, bayi menerima semua hormon tiroid dari ibunya. Bila sang ibu memiliki hipotiroidisme, bayi tidak mendapat hormon tersebut secara cukup. Ini dapat menyebabkan masalah pada perkembangan mental.

Sayangnya, hipotiroidisme tidak dapat dicegah. Cara terbaik untuk mencegah seseorang mengembangkan bentuk kondisi yang serius atau memiliki gejala-gejala yang memengaruhi kualitas hidup secara serius adalah dengan memperhatikan tanda dan gejala hipotiroidisme. 

Kalau kamu mengalami gejala-gejala yang mengarah pada kondisi tiroid yang kurang aktif ini, sebaiknya segera temui dokter untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut dan mendapat perawatan yang tepat.

Baca Juga: Beda dengan Gondok, Ini 5 Fakta Gondongan yang Perlu Kamu Ketahui

Topik:

  • Bella Manoban
  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya