Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apa Saja Infeksi Virus yang Mengancam Usai Banjir Besar?

Suasana usai bencana banjir bandang di Kabupaten Aceh Tamiang.
Suasana usai bencana banjir bandang di Kabupaten Aceh Tamiang (IDN Times/Uni Lubis)
Intinya sih...
  • Banjir meningkatkan risiko berbagai infeksi virus melalui air yang terkontaminasi dan vektor seperti nyamuk, yang memanfaatkan air tergenang untuk berkembang biak.
  • Virus penyebab penyakit seperti hepatitis A, norovirus, dan rotavirus dapat meningkat pascabanjir karena kontaminasi sumber air dan sanitasi yang buruk, terutama di kelompok masyarakat dengan akses layanan kesehatan yang terbatas.
  • Infeksi virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk (seperti dengue atau chikungunya) menjadi lebih mungkin setelah banjir karena adanya genangan air.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Banjir sudah pasti menghancurkan infrastruktur fisik. Sayangnya, tak cuma itu, banjir juga menciptakan lingkungan yang sangat rentan terhadap penyakit menular.

Ketika sungai meluap, saluran sanitasi rusak, dan populasi dipindahkan ke tempat pengungsian yang padat, peluang penyebaran patogen, termasuk virus, melonjak. Faktanya, sistem air dan sanitasi yang terganggu menjadi gerbang masuknya virus ke tubuh.

Selain itu, air banjir sering tercemar dengan limbah manusia dan hewan, menjadikannya medium ideal untuk penyebaran penyakit yang ditularkan melalui jalur fekal–oral (proses penularan penyakit melalui feses individu yang terinfeksi ke mulut individu yang rentan). Kondisi seperti ini diperparah oleh akses terbatas ke layanan kesehatan, listrik yang padam, serta kepadatan pengungsian yang menyulitkan penerapan praktik higienis yang baik.

Lebih jauh lagi, genangan air dan lumpur pascabanjir menjadi tempat berkembang biak nyamuk dan vektor lainnya, yang membawa serta virus yang biasanya tidak terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Kombinasi faktor ini menjadikan kelompok terdampak banjir, terutama pengungsi, lebih rentan terhadap beberapa infeksi virus.

1. Hepatitis A dan E

Hepatitis A dan hepatitis E adalah infeksi virus yang ditularkan melalui makanan atau air yang terkontaminasi feses seseorang yang terinfeksi.

Kerusakan sanitasi sering terjadi pascabanjir, sehingga kontaminasi air minum menjadi masalah besar. Virus-virus ini masuk lewat jalur fekal–oral dan dapat menyebabkan infeksi hati yang menimbulkan gejala seperti jaundice (penyakit kuning), nyeri perut, demam, dan tubuh lemah.

Karena kedua virus ini ditularkan melalui air dan makanan tercemar, daerah terdampak banjir yang sanitasinya buruk atau minim/tidak ada pasokan air bersih cenderung mengalami peningkatan kasus infeksi hepatitis A dan E setelah peristiwa banjir, menurut laporan studi.

Dalam konteks ini, solusinya adalah penyediaan atau memastikan akses air minum yang aman (misalnya dengan memasak atau menggunakan filtrasi/klorinasi) dan menjaga kebersihan tangan.

2. Norovirus dan rotavirus

Anak-anak bermain di antara puing banjir yang menerjang Desa Hutanobolon, Kecamatan Tukka, Kabupaten Tukka, Tapanuli Tengah, Sumatra Utara, Jumat (19/12/2025).
Anak-anak bermain di antara puing banjir yang menerjang Desa Hutanobolon, Kecamatan Tukka, Kabupaten Tukka, Tapanuli Tengah, Sumatra Utara, Jumat (19/12/2025). (IDN Times/Prayugo Utomo)

Norovirus dan rotavirus adalah virus yang juga ditularkan melalui air dan kontak fekal–oral dan sering menyebabkan diare parah dan muntah. Studi yang meninjau banjir di berbagai negara menunjukkan bahwa kondisi pascabanjir sering mengakibatkan lonjakan kasus gastroenteritis yang ditimbulkan oleh virus-virus ini.

Infeksi semacam ini terutama berbahaya bagi anak-anak, orang tua, dan mereka yang memiliki sistem imun yang lemah, karena dehidrasi dari diare berat bisa berakibat fatal jika tidak segera ditangani.

Pencegahannya termasuk menjaga kebersihan makanan, menggunakan air yang aman dan bebas dari kontaminasi, serta memperhatikan sanitasi di area pengungsian.

3. Virus yang dibawa oleh nyamuk

Banjir menciptakan genangan air di banyak tempat, yang menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk dan vektor lain sepanjang musim kering. Dalam kondisi seperti ini, penyakit virus yang dibawa nyamuk seperti dengue, Japanese encephalitis virus (JEV), dan chikungunya menjadi ancaman.

Virus dengue diketahui endemik di Indonesia, dan ini sangat berkaitan dengan genangan pascabanjir dan ledakan nyamuk Aedes aegypti. Data dari WHO dan Kemenkes menunjukkan bahwa kasus dengue sering meningkat setelah musim hujan/banjir.

Indonesia juga termasuk negara endemik JEV. Penyakit ini ditularkan oleh nyamuk Culex. Risikonya meningkat di daerah banjir serta wilayah dekat peternakan babi dan sawah.

Chikungunya juga perlu diwaspadai. Walaupun jarang fatal, tetapi penyakit ini bisa berdampak besar pada kesehatan masyarakat

Virus-virus ini tidak menular langsung antarmanusia, tetapi kontak yang sering dengan nyamuk yang terinfeksi setelah banjir meningkatkan risiko penyakit serius, termasuk radang otak dalam kasus JEV, yang bisa berakibat fatal jika tidak ditangani dengan cepat.

4. Virus yang menyerang saluran pernapasan

Posko Pengungsian Hutanabolon, Tapanuli Tengah.
Posko Pengungsian Hutanabolon, Tapanuli Tengah (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Walaupun bukan virus yang secara spesifik hanya muncul setelah banjir, tetapi kondisi lingkungan yang lembap dan padat setelah bencana sering membuat infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus (seperti influenza atau virus pernapasan lainnya) lebih mudah menyebar antarpengungsi maupun relawan, terutama di tempat penampungan yang penuh.

Kerumunan orang dalam ruang tertutup dengan ventilasi buruk umum ditemui di lokasi pengungsian, dan ini merupakan faktor risiko menyebarnya infeksi pernapasan virus dari orang ke orang.

Banjir bisa menjadi "peluang" bagi virus untuk menyerang populasi rentan, terutama ketika sanitasi terganggu, air minum terkontaminasi, dan populasi mengungsi ke tempat-tempat yang lebih rawan. Infeksi seperti hepatitis A/E, norovirus, dengue, influenza, dan lain-lain memiliki hubungan kuat dengan kondisi pascabanjir.

Referensi

Boonfei Tan et al., “Flood-associated Disease Outbreaks and Transmission in Southeast Asia,” Frontiers in Microbiology 16 (October 22, 2025): 1694246, https://doi.org/10.3389/fmicb.2025.1694246.

Jila Yavarian, Nazanin Zahra Shafiei-Jandaghi, and Talat Mokhtari-Azad, “Possible Viral Infections in Flood Disasters: A Review Considering 2019 Spring Floods in Iran,” April 1, 2019, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC6635310/.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

[QUIZ] Playlist Sebelum Tidur Kamu Bisa Cerminkan Kondisi Mentalmu

30 Des 2025, 23:05 WIBHealth