Sering Mengelupas Bibir, Tanda Ada Gangguan Psikologis?

- Mengelupas bibir bisa menjadi tanda adanya gangguan psikologis, seperti OCD atau gangguan kecemasan.
- Kebiasaan ini bisa menimbulkan kerusakan fisik dan memerlukan intervensi medis, serta terkait dengan gangguan kontrol impuls.
- Kebiasaan mengelupas bibir dapat disebabkan oleh stres, kondisi fisik, hormon, dan berbagai komplikasi fisik lainnya.
Sering mengelupas bibir adalah kebiasaan yang tampak sepele. Akan tetapi, jika dilakukan berulang-ulang dan tanpa disadari, ini bisa menjadi tanda adanya gangguan psikologis. Tidak sedikit orang yang mengembangkan kebiasaan ini ketika merasa cemas, stres, atau sedang merasa tertekan secara emosional.
Selain menimbulkan kerusakan pada kulit bibir, perilaku ini juga dapat berkaitan dengan gangguan mental tertentu, seperti gangguan kecemasan atau obsessive-compulsive disorder (OCD).
Mengelupas bibir berulang kali bisa menjadi salah satu cara tubuh dan pikiran merespons stres, yang memerlukan perhatian lebih dalam dan penanganan yang tepat.
Di sini, akan dibahas apa saja kaitan antara kebiasaan mengelupas bibir dan gangguan psikologis.
1. Apakah sering mengelupas bibir tanda adanya gangguan psikologis?
Kesulitan mengendalikan perilaku yang melukai diri sendiri, meninggalkan bekas luka, dan mengalami beberapa kali infeksi bisa menandakan adanya gangguan psikologis.
Secara khusus, kebiasaan mengelupas bibir yang parah dapat menjadi bentuk OCD yang disebut ekskoriasi atau dermatilomania, yang mungkin memerlukan intervensi medis.
Jika kamu memiliki kebiasaan mengelupas bibir yang sulit dihentikan, ada baiknya pertimbangkan untuk berbicara dengan profesional kesehatan mental untuk mengetahui akar penyebab masalah ini dan menemukan metode penanganan yang efektif.
2. Kaitan antara kebiasaan mengelupas bibir dan OCD

Kebiasaan mengelupas bibir saat ini diklasifikasikan sebagai gangguan kontrol impuls. Gangguan ini juga terkadang disebut sebagai "perilaku repetitif yang berfokus pada tubuh" atau "gangguan spektrum obsesif kompulsif" karena memiliki ciri-ciri OCD.
Berulang kali menyentuh dan mengelupas bibir kerap terjadi sebagai respons terhadap pikiran berulang tentang atau dorongan untuk menyentuh anggota tubuh. Dengan cara ini, kebiasaan mengelupas bibir mirip dengan gejala OCD, yang ditandai dengan dorongan untuk melakukan perilaku berulang sebagai respons terhadap jenis pikiran, gambaran, dan impuls berulang lainnya.
Kebiasaan mengelupas bibir juga memiliki kesamaan dengan gangguan spektrum obsesif kompulsif lainnya, seperti trikotilomania (mencabut rambut berulang), gangguan tic, dan gangguan dismorfik tubuh. Orang yang memiliki kebiasaan mengelupas bibir lebih mungkin mengalami gangguan spektrum obsesif kompulsif lainnya daripada orang tanpa gangguan tersebut.
3. Kondisi yang bisa menyebabkan kebiasaan mengelupas bibir
Kebiasaan mengelupas bibir lebih mungkin terjadi pada orang dengan riwayat OCD atau perilaku repetitif yang berfokus pada tubuh. Namun, kebiasaan ini juga bisa disebabkan oleh kondisi lainnya, seperti:
- Stres dan kecemasan: Beberapa orang mengelupas bibir tanpa menyadarinya, yang menunjukkan bahwa perilaku tersebut mungkin terkait dengan upaya untuk mengatur emosi. Pada orang dengan OCD, stres dan kecemasan bisa memperparah kebiasaan mengelupas bibir.
- Kondisi fisik: Memiliki bibir pecah-pecah dapat membuat orang tergoda untuk mengupas kulit sebagai upaya untuk membuang jaringan mati. Sayangnya, ini juga dapat mengakibatkan serangkaian perilaku kompulsif.
- Hormon: Perilaku mengelupas bibir sering kali terlihat selama masa pubertas, yang menunjukkan bahwa beberapa aspek dari kondisi tersebut mungkin terkait dengan hormon.
4. Dampak pada kualitas hidup

Meskipun tampak sepele, tetapi kebiasaan mengelupas bibir bisa mengakibatkan berbagai komplikasi fisik, seperti:
- Pendarahan.
- Peradangan, nyeri, kemerahan.
- Infeksi luka.
- Lesi di dalam pipi yang tidak kunjung sembuh.
- Meningkatnya risiko infeksi sekunder.
- Meningkatnya risiko selulitis, abses yang memerlukan rawat inap.
Lebih lanjut, luka pada bibir dapat membuat aktivitas sehari-hari, seperti makan dan minum menjadi sulit. Sentuhan relasional seperti berpelukan atau berciuman juga mungkin sulit, atau bahkan tidak mungkin.
Selain itu, luka pada bibir juga mungkin memicu reaksi negatif dari rekan kerja, keluarga, dan teman karena cenderung dikaitkan dengan penyakit, seperti herpes dan infeksi jamur.
5. Pengobatan
Pengobatan yang paling efektif untuk kebiasaan mengelupas bibir dan perilaku berulang lainnya adalah terapi perilaku kognitif/cognitive behavioral therapy (CBT), termasuk jenis CBT yang disebut habit reversal training (HRT) dan comprehensive behavioral model (ComB). Acceptance and commitment therapy (ACT) juga dapat membantu mengobati gangguan mengelupas bibir.
Gangguan ini juga dapat diobati dengan obat-obatan seperti selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI). Obat golongan ini meliputi fluoxetine, fluvoxamine, dan escitalopram. Obat antikejang lamotrigin juga dapat membantu mengobati gangguan ini.
Sayangnya, karena banyak orang tidak tahu bahwa kebiasaan mengelupas bibir merupakan tanda gangguan psikologis, banyak yang tidak mencari pengobatan.
Jadi, meskipun mengelupas bibir tampak seperti kebiasaan sepele, tetapi ini sering kali menandakan gangguan psikologis, seperti OCD, stres, dan kecemasan. Karenanya, siapa pun yang memiliki kebiasaan ini dan sulit untuk mengendalikannya, perlu segera berkonsultasi dengan psikolog untuk mendapatkan perawatan yang tepat.
Referensi
"About OCD: Skin Picking Disorder." IOCDF. Diakses Maret 2025.
"How to Stop Picking Your Lips." Mindbodygreen. Diakses Maret 2025.
"Lip Picking." Skinpick. Diakses Maret 2025.