- Kadar IL-1β dan IL-18 lebih tinggi pada anak-anak, tetapi tidak berkorelasi signifikan terhadap usia.
- Serotipe DENV-1 menghasilkan kadar IL-1β dan IL-18 tertinggi, sedangkan DENV-2 terendah.
- Tidak ada hubungan kuat antara IL-18 dan tingkat keparahan penyakit.
- Ada hubungan negatif lemah antara IL-1β dan keparahan DBD — semakin berat penyakitnya, kadar IL-1β justru menurun.
Studi: IL-1β dan IL-18, Dua Protein Penentu Tingkat Keparahan DBD

- IL-1β dan IL-18 berperan penting dalam respons imun terhadap infeksi demam berdarah.
- Kadar kedua sitokin tidak selalu menunjukkan tingkat keparahan penyakit.
- Pemahaman mendalam tentang sitokin bisa membantu deteksi dini pasien berisiko tinggi.
Demam berdarah (DB/DBD) masih menjadi ancaman serius di negara tropis seperti Indonesia. Penularannya melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti membuat penyakit ini sulit dikendalikan.
Menurut data Kementerian Kesehatan, terdapat lebih dari 140 ribu kasus DBD pada tahun 2023, dengan ribuan kematian yang tercatat. Hingga pertengahan 2024, angka ini terus meningkat.
Walaupun sebagian besar pasien DB hanya mengalami demam ringan, tetapi sebagian lainnya dapat berkembang menjadi demam berdarah dengue (dengue hemorrhagic fever/DHF) atau dengue shock syndrome (DSS), kondisi berat yang bisa berujung fatal.
Salah satu faktor yang menentukan parah tidaknya DB adalah cara sistem imun bereaksi terhadap virus dengue. Saat tubuh melawan infeksi, sel-sel imun seperti makrofag dan limfosit T melepaskan sitokin, yaitu senyawa yang memicu peradangan.
Dua sitokin penting dalam proses ini adalah interleukin-1 beta (IL-1β) dan interleukin-18 (IL-18). Keduanya memang berfungsi untuk membantu tubuh melawan infeksi, tetapi jika diproduksi terlalu banyak, peradangan bisa menjadi berlebihan dan justru merusak tubuh sendiri, kondisi yang dikenal sebagai badan sitokin atau cytokine storm.
Ketika imunitas jadi pedang bermata dua

Penelitian terbaru dari Universitas Airlangga berusaha memahami hubungan antara kadar IL-1β dan IL-18 dengan tingkat keparahan DB.
Studi ini melibatkan 59 pasien positif dengue, anak-anak dan dewasa, yang dirawat di sejumlah rumah sakit di Jawa Timur. Para peneliti mengukur kadar IL-1β dan IL-18 dalam darah pasien dan mengaitkannya dengan usia, jenis virus dengue, status infeksi (primer atau sekunder), serta tingkat keparahan berdasarkan kriteria Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Hasilnya:
Temuan ini menunjukkan bahwa peningkatan IL-1β dan IL-18 memang terjadi saat infeksi dengue, tapi tidak selalu menandakan kondisi yang lebih parah. Kadar IL-1β yang menurun pada kasus berat bisa mencerminkan perubahan kompleks dalam sistem imun tubuh.
Sementara itu, IL-18 tampaknya memiliki fungsi lebih luas karena juga diproduksi oleh sel kulit dan hati, sehingga kurang spesifik sebagai penanda keparahan DBD.
Dengan memahami peran sitokin seperti IL-1β dan IL-18, para ilmuwan berharap bisa mengidentifikasi pasien berisiko tinggi sejak dini, sehingga penanganan medis dapat dilakukan lebih cepat dan tepat. Namun, penelitian lanjutan masih dibutuhkan, terutama untuk menilai pengaruh waktu pengambilan sampel, metode pemeriksaan, serta beban virus (viral load) terhadap hasil yang diperoleh.
Referensi
"Peran IL-1β dan IL-18 dalam Menentukan Keparahan Infeksi DBD." Universitas Airlangga. Diakses November 2025.
Arabella Vonia Sari et al., “Correlation Between IL-1beta and IL-18 Levels With Dengue Virus Infection Severity,” INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY 31, no. 3 (June 15, 2025): 286–91, https://doi.org/10.24293/ijcpml.v31i3.2682.


















