Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Brasil Buka 'Pabrik Nyamuk', Senjata Lawan Demam Berdarah

Nyamuk demam berdarah Aedes aegypti sedang mengisap darah manusia.
ilustrasi nyamuk demam berdarah Aedes aegypti (pixabay.com/MikuAalto)
Intinya sih...
  • Brasil membuka pabrik nyamuk terbesar di dunia untuk memproduksi Aedes aegypti yang mengandung bakteri Wolbachia, untuk mencegah penularan virus seperti dengue dan zika.
  • Pabrik ini bisa menghasilkan 5 miliar telur nyamuk per tahun dan diharapkan melindungi lebih dari separuh penduduk Brasil dalam 10 tahun ke depan.
  • Metode Wolbachia terbukti ramah lingkungan, hemat biaya, dan bisa jadi model global untuk melawan penyakit akibat gigitan nyamuk.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Perang melawan demam berdarah dan penyakit akibat gigitan nyamuk kini naik level. Brasil baru saja membuka "pabrik nyamuk" terbesar di dunia. Misinya bukan untuk menyebarkan penyakit, melainkan menghentikannya.

Pabrik bernama Wolbito do Brasil ini diklaim sebagai fasilitas pembiakan Aedes aegypti terbesar di dunia yang sudah “dijinakkan” dengan bakteri Wolbachia. Bakteri ini membuat nyamuk tak bisa menularkan virus dengue, Zika, dan chikungunya.

Didirikan di Curitiba, pabrik ini merupakan hasil kerja sama World Mosquito Program (WMP), Fiocruz, dan Institute of Molecular Biology of Paraná (IBMP). Dengan teknologi otomatisasi canggih dan tim sekitar 70 orang, fasilitas ini siap memproduksi hingga 100 juta telur nyamuk per minggu, setara dengan 5 miliar nyamuk per tahun.

Tujuan besarnya ambisius: dalam 10 tahun akan melindungi lebih dari separuh populasi Brasil dari penyakit yang ditularkan nyamuk.

Brasil saat ini menyumbang seperlima kasus demam berdarah dunia, dengan lebih dari 10 juta kasus dan 6.297 kematian pada 2024. Itulah mengapa proyek ini jadi tonggak penting, bukan hanya untuk Brasil, tetapi juga untuk dunia.

Menurut Prof. Scott O’Neill, pendiri WMP, keberhasilan Brasil bisa jadi model bagi 129 negara lain yang terdampak dengue. Hingga kini, teknologi Wolbachia sudah diterapkan di 15 negara dan melindungi hampir 14 juta orang.

Hemat biaya, aman, dan ramah lingkungan

Metode ini juga terbukti efisien secara ekonomi. Setelah nyamuk Wolbachia dilepas di suatu wilayah, efeknya bertahan lama tanpa perlu penyemprotan ulang. Setiap investasi Rp1 bisa menghemat Rp43–Rp549 biaya medis dan produktivitas masyarakat.

Selain menekan kasus penyakit, proyek ini juga menciptakan lapangan kerja lokal dan memperkuat kemampuan produksi dalam negeri di bidang kesehatan.

“Pabrik ini adalah simbol kemandirian dan inovasi nasional,” ujar Menteri Kesehatan Brasil, Alexandre Padilha, mengutip dari laman WMP. “Ini bukan sekadar proyek ilmiah, tetapi investasi masa depan untuk melindungi masyarakat.”

Fakta menarik pabrik nyamuk di Brasil:

  • Luas pabrik mencapai 3.500 m² dengan sistem otomatisasi penuh.
  • Dikelola oleh 70 ilmuwan dan teknisi.
  • Produksi awal: 100 juta telur nyamuk per minggu.
  • Sudah diterapkan di delapan kota besar Brasil, termasuk Rio de Janeiro.

Sekilas tentang Wolbachia

Pengembangan Nyamuk Wolbachia (IDN Times/Dhana Kencana)
ilustrasi pengembangan Nyamuk Wolbachia (IDN Times/Dhana Kencana)

Wolbachia adalah bakteri simbiotik yang secara alami hidup dalam tubuh banyak serangga. Meski tidak ditemukan secara alami pada nyamuk Aedes aegypti, tetapi bakteri ini berhasil ditransfer ke dalam tubuh nyamuk tersebut. Hasilnya, nyamuk ber-Wolbachia terbukti mampu mengurangi penularan virus seperti demam berdarah, Zika, chikungunya, dan demam kuning.

Wolbachia menghambat replikasi virus dengue dalam tubuh nyamuk. Mekanismenya sederhana: virus dan bakteri bersaing mendapatkan nutrisi. Ketika Wolbachia mendominasi, virus dengue kesulitan berkembang biak. Akibatnya, nyamuk menjadi kurang efektif sebagai penular demam berdarah.

Cara kerja nyamuk ber-Wolbachia

  • Nyamuk jantan ber-Wolbachia kawin dengan betina biasa: telur tidak menetas.
  • Nyamuk jantan biasa kawin dengan betina ber-Wolbachia: telur menetas dan membawa Wolbachia.
  • Keduanya ber-Wolbachia: telur tetap menetas dan membawa Wolbachia.

Dengan mekanisme ini, populasi nyamuk ber-Wolbachia bisa meningkat secara alami dan berkelanjutan.

Nyamuk ber-Wolbachia tidak berbahaya. Studi di Yogyakarta tahun 2022 menunjukkan penurunan 77 persen kasus demam berdarah dan 86 persen kasus rawat inap setelah penerapan teknologi ini. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melalui Vector Control Advisory Group (VCAG) juga telah merekomendasikan penggunaan nyamuk ber-Wolbachia sebagai metode pengendalian demam berdarah pada tahun 2023.

Referensi

"Brazil opens the world’s largest mosquito biofactory." World Mosquito Program. Diakses Oktober 2025.

"Mengenal Lebih Dekat Nyamuk Wolbachia." Biofarma. Diakses Oktober 2025.

"Teknologi Wolbachia dalam Pengendalian Demam Berdarah di Indonesia." Kementerian Kesehatan RI. Diakses Oktober 2025.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

Beda USG Payudara dan Mamografi, Kenali Fungsinya

09 Okt 2025, 06:44 WIBHealth