Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You
Age VerificationThis content is intended for users aged 18 and above. Please verify your age to proceed.

5 Penyakit Ini Bisa Timbul dari Seks Anal, Pahami sebelum Ambil Risiko

ilustrasi anal seks (pexels.com/cottonbro)

Beberapa waktu yang lalu, cuitan tentang pembalut menyita perhatian di media sosial. Salah satu pengguna membagikan tips pemakaian pembalut setelah melakukan seks anal. Pastinya menimbulkan reaksi yang beragam bagi netizen.

Seks anal dalah aktivitas seksual yang memasukkan penis, jari, atau benda lain ke anus. Pasangan sepakat melakukan anal seks karena menyenangkan, hal ini disebabkan anus banyak ujung saraf yang sensitif. Padahal, seks anal berisiko untuk kesehatan karena jaringan anus lebih tipis, jalur pengeluaran feses, dan tempat bakteri bersarang.

Lantas, apa saja risiko penyakit dari seks anal? Lebih mengenal dan berhati-hati, yuk simak informasinya!

1. Hepatitis B

ilustrasi hubungan intim (pexels.com/cottonbro)

Hepatitis adalah penyakit yang menyerang hati dan penularannya sesuai dengan jenisnya. Pada kasus hepatitis B (HBV) menyebar lewat cairan vagina, air mani, darah, serta luka terbuka. Bagaimana penularan HBV pada pelaku seks anal?

Seks anal dilakukan pada dubur menyebabkan jaringan tipis mudah lecet. Virus hepatitis B bisa masuk lewat luka dan menginfeksi pelaku. Dilansir dari laman WebMD, pria yang berhubungan intim dengan sesama jenis berisiko 10-15 kali terinfeksi hepatitis B. 

2. Hemoroid

ilustrasi hemoroid (pixabay.com)

Istilah hemoroid banyak dikenal dengan sebutan wasir atau ambeien. Wasir bisa muncul karena kehamilan, usia lebih dari 50 tahun ke atas, duduk terlalu lama, sembelit, obesitas, dan seks lewat dubur. 

Pembengkakan pembuluh darah di bagian rektum ini bisa terjadi akibat seks anal. Menurut laman Medical News Today, gejala hemoroid yaitu adanya perdarahan anus, gatal, benjolan pada anus, serta rasa nyeri. Pengobatan hemoroid sederhana berupa pemberian salep, analgesik, kompres air dingin, dan suplemen serat. Namun, beberapa kasus perlu tindakan pembedahan.

3. Human papillomavirus (HPV) dan kanker

ilustrasi pengobatan kanker (unsplash.com)

Ketika seks anal, penyakit yang disebarkan oleh human papilomavirus (HPV) bisa mampir. Virus ini bukan hanya menyebar pada kaum perempuan. Apa bahayanya HPV?

Akibat dari HPV menimbulkan kutil di sekitar kelamin dan anus. Bahkan, beberapa kasus kanker dubur terjadi akibat HPV. Dilansir dari Mayo Clinic, gejala kanker dubur antara lain perdarahan rektum, pertumbuhan sel tidak normal di saluran anus, nyeri, serta rasa gatal di dubur. Walaupun jenis kanker ini jarang dijumpai, namun gejalanya serta risiko efek samping pengobatannya menyiksa. 

4. HIV/AIDS

ilustrasi HIV/AIDS (pexels.com/Anna Shvets)

Seperti yang kita ketahui, HIV/AIDS adalah penyakit yang belum ditemukan obatnya. Pengobatan ARV berefek samping pada sebagian penderitanya, tetapi manfaatnya jauh besar. Terapi ARV diberikan untuk menekan laju pertumbuhan virus.

Penularan HIV/AIDS melalui jarum suntik, hubungan seksual (anal, vaginal, dan oral tanpa pengaman), serta ibu hamil ke bayinya. Mengutip laman Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menyebutkan seks anal paling berisiko penularan HIV/AIDS karena lapisan rektum tipis dan mudah terluka, sehingga gerbang virus terbuka. Apabila kekebalan tubuh orang dengan HIV/AIDS (ODHA) menurun, infeksi oportunistik bisa timbul.

5. Herpes anal

ilustrasi penyakit anal seks (pexels.com/Deon Black)

Herpes disebabkan oleh herpes simplex virus (HSV). Virus ini bisa menyebar pada kulit, area genital, dubur, serta mulut. Infeksi yang ditandai dengan luka di sekitar anus, sakit, dan gatal. Namun, beberapa kasus tidak menunjukkan gejala.

Bagaimana penularan herpes anal melalui seks anal? Ketika seks anal bersama penderita, virus akan mudah menyebar dan mencari inang baru. Sehingga, pasangan akan ikut tertular herpes anal.

Walau banyak orang yang penasaran dengan seks anal, aktivitas ini tidak disarankan untuk dilakukan mengingat begitu banyak risiko yang bisa timbul. Terlebih, beberapa di antaranya tidak bisa disembuhkan. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
Bayu Aditya Suryanto
Izza Namira
EditorIzza Namira