5 Adegan Kontroversial di Film Live Action Disney, Tuai Kritik!

- Disney gencar produksi film live action tiap tahun, seperti Snow White (2025) yang akan tayang 21 Maret 2025.
- Film live action Disney menuai kritik keras dan kontroversi terkait perubahan cerita dari versi aslinya.
- Adegan kontroversial di film Maleficent, Cinderella, The Little Mermaid, dan 101 Dalmatians menimbulkan reaksi negatif dari penonton.
Walt Disney Pictures makin gencar memproduksi film live action. Tiap tahun, selalu ada film live action yang dirilis oleh Disney. Seperti tahun ini, giliran Snow White (2025) yang siap menunjukkan taringnya secara global pada 21 Maret 2025 mendatang.
Sayangnya, Disney kerap mengalami kesulitan ketika memproduksi film live action. Betul, sih, tiap film live action yang mereka produksi selalu menembus box office, tetapi gak serta merta lolos dari reaksi keras para penonton dan kritikus. Penggemar bahkan kerap kesal pada Disney yang suka mengubah cerita melenceng jauh dari versi orisinal.
Ketika Disney memutuskan membuat ulang (remake) film versi animasi ke live action, terkadang ada saja hal yang bikin fans mengamuk. Kalau kamu sadar, ada beberapa adegan kontroversial di film live action Disney yang menuai kritik pedas. Beberapa di antaranya penulis rangkum melalui ulasan berikut.
1. Pemotongan sayap Maleficent (2014) jadi bentuk kekerasan seksual

Kalau biasanya yang diangkat menjadi live action adalah kisah Disney Princess, tetapi film ini berbeda. Disney mengangkat kisah Maleficent, villain dalam Sleeping Beauty (1959), menjadi live action dan berakhir sukses. Namun, Maleficent (2014) bukanlah tontonan anak-anak.
Alin-alih berfokus pada Aurora, film ini mengikuti kisah asal-usul Maleficent yang sangat menyedihkan. Maleficent dijelaskan sebagai peri dengan sayap lebar yang mampu terbang tinggi. Melalui Maleficent, villain bertanduk itu mendapatkan spotlight-nya sendiri.
Sayangnya, Maleficent turut menuai kontroversi melalui adegan gelapnya. Terdapat adegan di mana pria bernama Raja Stefan memotong sayap Maleficent di tengah hutan saat ia tertidur. Momen ini dianggap sebagai bentuk kekerasan seksual sehingga menjadikannya adegan paling kontroversial di sejarah film live action Disney.
2. Standar kecantikan dalam Cinderella (2015) terproyeksi melalui ukuran pinggang

Cinderella merupakan salah satu Disney Princess paling populer. Beruntungnya, pada 2015 film live action Cinderella tayang secara global. Kisah Cinderella dalam live action bisa dibilang cukup akurat dengan versi orisinal. Bedanya, Cinderella sempat bertemu sang pangeran lebih dulu di hutan, lalu bertemu lagi di pesta dansa.
Adegan Cinderella di pesta dansa menuai kritik yang berkaitan dengan standar kecantikan. Pasalnya, banyak penonton dan kritikus mengklaim jika lingkar pinggang Cinderella terlalu ramping dalam gaun pesta yang dikenakan. Sampai-sampai mereka yakin itu merupakan hasil olahan Photoshop, seperti dilansir CBR.
Pinggul sang Cinderella, yang diperankan Lily James, dinilai tidak realistis. Hal tersebut bisa membangun standar kecantikan yang menganggap perempuan cantik harus berpinggang ramping. Di zaman maju seperti sekarang, anggapan cantik seperti itu sudah gak lagi berlaku.
3. Salah satu adegan di The Little Mermaid (2023) dianggap mengejek Royal Family

The Little Mermaid (2023) menerima banyak kritik pedas, bahkan sebelum filmnya dirilis secara global. Banyak orang di media sosial mempermasalahkan pemilihan aktris pemeran Ariel, yakni Halle Bailey, yang dirasa tidak cocok memerankan si putri duyung. Selain perkara aktris, film yang mendapat rating 66 persen di Rotten Tomatoes itu dianggap mengejek putri Kerajaan Inggris, yakni Kate Middleton.
Terdapat salah satu adegan dalam film, di mana Prince Eric mencoba menebak nama Ariel. Ia menyebutkan "Diana" dan "Catherine", yang keduanya adalah nama anggota keluarga Kerajaan Inggris. Sempat blunder, tetapi Disney mengklaim jika nama-nama tersebut hanya kebetulan semata. Tidak ada maksud untuk mengejek Kate Middleton atau anggota keluarga Kerajaan Inggris lainnya.
4. Live action 101 Dalmatians (1996) isyaratkan penyiksaan hewan

Tayang pada 1996, 101 Dalmatians jadi salah satu film live action Disney paling ikonik. Semua itu berkat aksi si villain, yakni Cruella De Vil yang diperankan dengan apik oleh aktris legendaris Glenn Close. Close bahkan dianggap memberikan penampilan terbaiknya di film ini.
101 Dalmatians menceritakan seorang desainer yang mengincar anjing-anjing Dalmatian milik karyawannya, Anita. Cruella menghalalkan segala cara untuk mendapatkan anjing berbintik indah itu untuk dijadikan pakaian. Dari sini saja sudah mengerikan, bukan?
Dalam satu adegan yang dianggap kontroversial, Cruella dengan bangga mengatakan bahwa, "ia hidup untuk bulu" dan "memuja bulu". Ia pun berencana menguliti anjing Dalmatian untuk dijadikan coat. Berkat adegan tersebut, kelompok hak asasi hewan geram dan memboikot film tersebut.
5. Kurcaci dalam Snow White (2025) dibuat menggunakan CGI

Belum tayang, tetapi Snow White (2025) sudah harus menelan pil pahit. Banyak kontroversi yang membuat film remake Snow White and the Seven Dwarfs (1937) mulai diboikot oleh banyak orang. Meski dinantikan, film ini sudah mendapat kecaman.
Selain karena Rachel Zegler, pemeran Snow White, yang membuat banyak komentar tidak perlu dan kurang menyenangkan tentang film asli Snow White, permasalahan penggambaran tujuh kurcaci juga turut mencuat ke permukaan. Alih-alih melibatkan aktor sungguhan, para kurcaci dibuat menggunakan CGI.
Disney selalu bangga ketika mengumumkan rencana produksi film live action-nya. Sayang, banyak beberapa di antaranya yang menyelipkan adegan kontroversial, sehingga mengundang kritik pedas. Terdekat, penggemar akan disuguhkan film live action Snow White yang tayang 21 Maret 2025. Kita tunggu saja bagaimana hasilnya, ya!