#COD Cerita Muhammad Irfan di Balik Departemen Stunt Sebuah Film

Surabaya, IDN Times - Stunt merupakan salah satu departemen di dunia perfilman Indonesia yang bertanggung jawab atas koreografi laga, adegan laga, hingga pemeran pengganti. Departemen Stunt sendiri dikepalai oleh Stunt Coordinator.
Stunt Coordinator punya tugas yang berbeda dengan Fight Director atau Action Director di film. Fight Director adalah second unit yang bertanggung jawab memimpin pengambilan gambar dalam adegan action. Sementara adegan laga yang biasa penonton lihat di film action diciptakan oleh seorang Fight Choreographer.
Kepada IDN Times, Muhammad Irfan, Fight Choreography dan Stunt Coordinator dari film The Shadow Strays (2024), spill fakta-fakta di balik Departemen Stunt. Menurutnya, aktor yang jago beladiri juga membutuhkan bantuan stunt double.
Simak wawancara khusus IDN Times soal di balik Departemen Stunt bersama Muhammad Irfan dalam program #COD alias Cerita Orang Dalam!
1. Pembuatan koreografi laga tidak bisa asal, karena demi keselamatan aktor

Muhammad Irfan yang mengawali karier sebagai stunt performer di film The Raid (2011) berbagi soal tahapan menciptakan koreografi laga. Tahapan itu dimulai dengan membedah naskah bersama tim, mencari referensi, serta memahami visi dan misi sutradara.
"Setelah bedah naskah, kita mulai mendesain koreografi, kita buat sudut-sudut kameranya, lalu kita presentasikan pada sutradara," mulai Muhammad Irfan.
Sutradara berhak memberikan persetujuan hingga saran terkait koreografi yang sudah Fight Choreographer buat. Menurut Irfan, pembuatan koreografi laga yang baik sebenarnya memakan waktu tidak sebentar.
"Alangkah baiknya memang kalau untuk film yang profesional ya, mereka akan kasih jeda waktu yang cukup, karena film action gak sembarangan. Gak asal, karena kita mesti memikirkan safety-nya sperti apa, pengambilan gambar seperti apa," tambahnya.
2. Aktor jago beladiri juga butuh stunt double

Saat koreografi laga sudah hampir selesai, Departemen Stunt baru memanggil para aktor untuk berlatih. Di momen ini juga, Departemen Stunt sudah mengontak para pemeran pengganti dan menjadwalkan latihan.
"Kalau dia punya basic beladiri mungkin tidak terlalu lama untuk kita kasih koreo yang kita buat. Tapi kalau di tidak punya basic beladiri, otomatis kita harus memberi dasar-dasar beladiri dulu," ungkap pemilik akun @irvanelvano10 ini.
Meski berlatih beladiri, namun para aktor tetap akan memiliki stunt double atau pemeran pengganti. Irvan menjelaskan jika aktor yang jago beladiri, seperti Joe Taslim dan Iko Uwais saja memiliki pemeran pengganti. Terlebih aktor-aktor di film Hollywood.
"Pasti, karena badan mereka itu kan aset ya. Kalau sampai terjadi sesuatu ya karier mereka bisa selesai. Termasuk sekelas Jackie Chan, terus aktor Hollywood sudah pasti menyiapkan stunt double, bahkan bisa lebih dari dua," tutur Irfan.
Pentingnya memiliki Stunt Coordinator di produksi film laga untuk menjaga keamanan para aktor. Tanpa seizin Stunt Coordinator, aktor tidak diperbolehkan melakoni adegan laga berbahaya tanpa pemeran pengganti.
3. Saat menciptakan adegan laga, Departemen Stunt bekerja sama dengan DOP dan kameramen

Dalam menciptakan adegan laga, Departemen Stunt berkolaborasi dengan departemen lain. Khususnya Departemen Stunt bekerja sama dengan Direct of Photography (DOP) dan kameramen saat proses syuting.
"Kita buat film action itu gak cukup satu Departemen Stunt doang. Ada departemen-departemen lain yang mendukung juga," ujar Irfan.
Karena adegan laga disorot shot per shot, bukan adegan. Maka Irfan dan tim mewajibkan para aktor menghafalkan koreografi laga sebelum syuting di mulai.
"Sebelum kita syuting, kita sudah membuat video board lah. Video board ini yang nge-guide kita saat syuting. Lensa apa yang mereka pakai, terus ada note-note dari sutradara, misalkan akan ada slow motion," jelas filmmaker yang pernah menjadi atlet ganda pencak silat ini.
4. Tantangan Departemen Stunt di perfilman Indonesia

Irfan berbagi soal tantangan yang ia hadapi selama bekerja di Departemen Stunt. Tantangan pertama adalah terbatasnya waktu yang biasa diberikan pihak produksi.
"Untuk membuat adegan action itu gak bisa buru-buru. Terus kalau pemain kita gak bisa melakukan gerakan beladiri, itu jadi tantangan buat kita," jelas Founder V Action Design ini.
Tantangan selanjutnya adalah pemain. Jika aktor yang seharusnya melakoni adegan laga tidak bisa beladiri, maka butuh waktu lebih lama untuk melatih mereka.
"Karena kalau pemain gak bisa gerak, ya butuh waktu untuk melatihnya. Atau kita harus nyiapin stunt double," tambahnya.
Namun, sepengalaman Irfan bekerja di Depertemen Stunt, mereka berusaha membuat aktor yang tidak bisa beladiri, menjadi setidaknya memahami dasar-dasarnya. Berbeda dengan produksi luar negeri yang aktornya mayoritas memakai stunt double.
"Kalau di Indonesia itu kita membuat pemain dari zero to superhero, tapi kalau di luar kan, aktornya, 'Udah ah, gua pakai double aja'. Karena memang kalau di Indonesia ini berbeda, kadang-kadang ada sutradara yang, 'gua butuh wajah dia nih'. Jadi selama adegannya tidak terlalu berbahaya, kita akan memaksimalkan," lanjut Irfan.
5. Muhammad Irfan berbagi tips dan trik untuk orang-orang yang ingin bergabung di Departemen Stunt

Pria yang berprofesi sebagai Fight Director, Stunt Coordinator, hingga Fight Choreography ini punya tips dan trik bagi kamu yang mau bekerja di Departemen Stunt. Saran pertama adalah banyak menonton film action.
"Kalau Fight Choreography, mereka harus sering-sering nonton film aciton, begitu juga Stunt Coordinator. Karena bisa jadi pelajaran buat mereka juga," jawab Irfan.
Selain itu, kamu juga harus punya basic beladiri, lho. Tujuannya agar gerakan yang disuguhkan di depan layar tidak monoton dan bervariasi.
"Karena kalau mereka tidak punya basic beladiri, nanti gerakan mereka di depan kamera akan kelihatan mentah dan cemplang gitu. Jadi gerakannya hanya itu-itu saja," lanjutnya.
Terakhir, kamu harus memahami betul cara kerja Departemen Stunt. Termasuk tugas dari masing-masing profesi yang ada di departemen tersebut.
Ternyata untuk bergabung dengan Departemen Stunt, gak cuma harus jago beladiri, tapi juga perbanyak tontonan film action. Apakah kamu sudah mulai paham dengan cara kerja Departemen Stunt?