Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Sebab Seseorang Kehilangan Motivasi Berkontribusi, Gak Diapresiasi!

ilustrasi lelah bekerja (pexels.com/Karolina Grabowska)
Intinya sih...
  • Kehilangan arah dan tujuan menjadi alasan utama kehilangan motivasi berkontribusi.
  • Ketidakpuasan terhadap hasil kontribusi juga dapat memicu penurunan motivasi.
  • Lingkungan yang tidak supportif dan strategi yang tidak terstruktur dapat memengaruhi semangat berkontribusi.

Salah satu cara mengaktualisasikan diri adalah dengan berkontribusi terhadap lingkungan sekitar. Ternyata semangat seseorang dalam berkontribusi terus dipengaruhi oleh motivasi dalam diri. Sedangkan pada situasi tertentu, tidak menutup kemungkinan motivasi ini justru mengalami penurunan.

Seseorang tidak lagi totalitas dalam berkontribusi menghasilkan karya-karya terbaik. Tentu kita tidak bisa menyalahkan seseorang dalam posisi tersebut secara sepihak. Pastinya ada sebab mengapa seseorang kehilangan motivasi berkontribusi. Berikut lima di antaranya.

1. Kehilangan arah dan tujuan

ilustrasi pusing bekerja (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Arah dan tujuan memang menjadi kendali utama saat kita berusaha meraih keberhasilan. Pastinya kita harus menetapkan arah dan tujuan yang pasti. Ketika dua hal ini mulai hilang, untuk membawa dampak negatif terhadap proses meraih kesuksesan.

Di sinilah sebab utama mengapa seseorang kehilangan motivasi berkontribusi. Kehilangan arah dan tujuan seseorang kebingungan. Mereka lebih memilih menyimpan ide dan energinya daripada memaksimalkan untuk hasil yang tidak jelas

2. Tidak ada apresiasi yang pasti

ilustrasi diskusi tim (pexels.com/Yan Krukov)

Ketika berkontribusi, seseorang tidak akan mengorbankan energinya secara cuma-cuma. Namun ia memeras seluruh ide dan mengorbankan prioritas lain. Tapi bagaimana jadinya ketika seseorang setelah berkontribusi justru tidak memperoleh apresiasi yang pasti?

Kondisi ini pada akhirnya memicu penurunan motivasi berkontribusi. Seseorang merasa usaha dan kerja kerasnya hanya dipandang sebelah mata. Ketika kerja kerasnya tidak memperoleh penghargaan, tentu ini akan mempengaruhi totalitas dalam berkarya.

3. Strategi cenderung kurang terstruktur

ilustrasi daftar rencana (pexels.com/Startup stock photos)

Meraih keberhasilan dengan optimal harus diimbangi dengan strategi yang terstruktur. Segala sesuatunya terencana secara jelas dan detail. Termasuk menetapkan rencana cadangan dan antisipasi atas kemungkinan terburuk.

Ketika strategi justru tidak terstruktur, tentu ini dapat mempengaruhi motivasi dalam berkontribusi. Seseorang merasa kerja kerasnya hanya akan berputar pada tempat yang sama. Akibat strategi yang tidak terstruktur, waktu serta pola pikir yang sudah dikorbankan tidak akan membawa hasil yang pasti.

4. Lingkungan yang tidak supportif

ilustrasi sosok kompetitif (pexels.com/RDNE Stock Project)

Mungkin kamu pernah melihat orang yang berhasil memberikan kontribusi terbaik terhadap lingkungan. Tapi dibalik itu, tentu ia tidak berusaha secara individu. Lingkungan dengan orang-orang suportif tentu menjadi alasan di baliknya.

Jangan heran ketika seseorang kehilangan motivasi berkontribusi. Kondisi ini bisa saja terjadi akibat lingkungan yang tidak supportif. Contohnya pola komunikasi yang kurang efektif dan efisien. Atau mungkin tanggung jawab yang bersifat tumpang tindih.

5. Tidak ada kepuasan setelah berhasil

ilustrasi bermalasan (pexels.com/Karolina Grabowska)

Apa jadinya ketika seseorang justru kehilangan kepuasan setelah menciptakan karya terbaik? Untuk ini menjadi situasi yang tidak diinginkan. Sedangkan di sisi lain, kita dapat memanfaatkan waktu tersebut untuk menghasilkan karya yang benar-benar memberikan kepuasan nyata.

Tentu kita perlu memahami kembali sebab seseorang kehilangan motivasi berkontribusi. Tidak adanya kepuasan menjadi alasan kuat dari situasi tersebut. Jika seseorang merasa tidak puas dengan apa yang mereka kerjakan, mereka akan berpikir ulang ketika akan mengerahkan kemampuan terbaiknya.

Kehilangan motivasi untuk berkontribusi bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Terutama berkaitan erat dengan kondisi lingkungan sekitar. Apakah orang-orang di dalamnya mampu bersinergi dan menjadi support system. Atau justru lingkungan dengan strategi dan tata kelola yang kurang terstruktur. Setiap kondisi tersebut untuk mengaruhi semangat dan motivasi seseorang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Mutiatuz Zahro
EditorMutiatuz Zahro
Follow Us