Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Micro-Retirement, Tren Jeda Karier ala Milenial dan Gen Z

Ilustrasi karyawan micro-retirement (pexels.com/Gustavo Fring)
Intinya sih...
  • Micro-retirement adalah solusi untuk mengatasi corporate burnout
    Generasi milenial dan gen Z mengambil jeda dari karier selama beberapa bulan hingga tahun untuk mengejar passion, perjalanan, atau pekerjaan sampingan baru.
  • Kriteria dan persiapan penting sebelum mengambil micro-retirement
    Pondasi keuangan yang kuat, keterampilan yang masih dibutuhkan, perencanaan asuransi kesehatan, manajemen hutang yang baik.

Dalam era yang dipenuhi tuntutan karir dan kehidupan yang serba cepat, generasi milenial dan gen Z mulai menghadirkan pendekatan baru terhadap work-life balance. Ini dikenal dengan istilah micro-retirement.

Generasi ini meskipun masih jauh dari usia pensiun, menolak gagasan bahwa tiga hingga lima dekade ke depan hanya diisi dengan pekerjaan. So, apa itu pendekatan micro-retirement yang sedang tren dikalangan generasi muda ini? Simak penjelasannya di sini!

1. Apa itu micro-retirement?

Ilustrasi karyawan burnout (pexels.com/cottonbro studio)

Micro-retirement yang juga disebut sebagai “adult gap year” atau "mini-retirement" adalah fenomena dimana sekelompok karyawan muda mengambil jeda dari karier mereka selama beberapa bulan. Bahkan, dapat mengambi jeda selama beberapa tahun untuk mengatasi burnout kerja di lingkungan korporat.

Hampir sama dengan cuti sabatikal, micro-retirement mengacu pada waktu jeda yang diambil oleh pekerja muda untuk melakukan perjalanan, mengejar passion, atau mencoba pekerjaan sampingan baru. Mereke berpikir bahwa selagi masih muda, banyak hal yang perlu dikerjakan daripada menunggu hingga usia 60-an.

Jes Osrow, salah satu pendiri konsultan SDM The Rise Journey, dikutip Business Insider, mengatakan bahwa micro-retirement merupakan konsep yang fleksibel dan berbeda, tergantung pada siapa yang ditanyakan.

"Ini adalah kesempatan untuk melawan kelelahan (burnout) dan mengejar "minat pribadi" di luar pekerjaan kantor. Bagi yang lain, ini bisa menjadi waktu yang sempurna untuk memulai pekerjaan sampingan (side hustle) baru," ujarnya.

2. Work-life balance jadi alasan karyawan muda melakukan micro-retirement

Ilustrasi karyawan micro-retirement (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Micro-retirement memungkinkan karyawan muda, khususnya milenial dan gen Z untuk sepenuhnya menjauh dari pekerjaan, memberikan keseimbangan hidup dan kerja (work-life balance) yang menyegarkan di tengah rutinitas kerja penuh waktu yang sering kali mendominasi kehidupan.

Dilansir Refinery 29, Natalie Whitcombe, seorang spesialis HR dan pendiri Whitcombe HR, berpendapat bahwa generasi muda telah mengadopsi konsep micro-retirement karena adanya "culture of always being available" (budaya selalu ada), baik di pekerjaan maupun media sosial.

"Orang-orang mengalami tingkat stres yang tinggi dan tekanan untuk selalu produktif, yang dapat menyebabkan kelelahan. Selain itu, bepergian kini menjadi prioritas bagi banyak orang," ujarnya.

Industri pariwisata diproyeksikan akan melampaui tingkat pra-COVID, dengan peningkatan signifikan dalam permintaan untuk perjalanan internasional. "Travel escapism" atau pelarian melalui perjalanan menawarkan solusi bagi kelelahan akibat pekerjaan.

3. Cara melakukan micro-retirement

Ilustrasi mencatat (pexels.com/RDNE Stock project)

Michael Lopez, seorang career coach mengatakan, bahwa meskipun konsep micro-retirement tampaknya semakin populer, keberhasilan seseorang dalam menjalani gaya hidup ini sangat bergantung pada kondisi ekonomi mereka.

"Jika ingin melakukan micro-retirement, lunasi semua hutang terlebih dahulu dan menyisihkan sejumlah uang yang "cukup besar" sebagai cadangan," ujar Lopez dikutip Business Insider.

Buat rencana keuangan jangka panjang yang dapat memberikan stabilitas dan keamanan finansial, terutama bagi individu yang tidak memiliki opsi cuti panjang dari pekerjaan mereka. Tetapkan juga tujuan yang dapat membantu memastikan waktu istirahat menjadi bermakna dan terarah, serta memberikan metrik yang jelas untuk mengukur keberhasilan.

4. Tanda sudah siap mengambil micro-retirement

Ilustrasi karyawan micro-retirement (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Terdapat beberapa tanda jelas bahwa seorang karyawan muda siap untuk melakukan micro-retirement, seperti yang diungkap oleh Abid Salahi, pakar keuangan sekaligus salah satu pendiri FinlyWealth, dikutip Nasdaq. Berikut di antaranya:

  • Memiliki pondasi keuangan yang kuat
    Sebelum memutuskan mengambil micro-retirement, setidaknya memiliki saving untuk biaya hidup selama dua belas bulan yang disimpan terpisah dari dana darurat mereka.
  • Keterampilan masih dibutuhkan
    Make sure bahwa keterampilan karyawan masih dibutuhkan atau relevan di pasar kerja. Mereka yang berhasil kembali bekerja setelah micro-retirement biasanya menghabiskan lima hingga sepuluh jam per bulan untuk menjaga keterampilan profesional mereka tetap up-to-date.
  • Sudah merencanakan auransi kesehatan
    Karyawan yang berhasil menjalani micro-retirement biasanya telah merancang strategi asuransi kesehatan mereka.
  • Manajemen hutang yang baik
    Hilangkan semua hutang berbunga tinggi sebelum mengambil micro-retirement. Tidak adanya beban hutan, lebih mungkin menyelesaikan waktu istirahat kariernya tanpa tekanan finansial. 

5. Departemen HR berperan penting dalam mendukung micro-retirement karyawan

Ilustrasi departemen HR (pexels.com/Edmond Dantès)

Departemen HR dapat memainkan peran penting dalam mendukung karyawan yang mempertimbangkan untuk mengambil micro-retirement.

“Dengan mendorong komunikasi terbuka, menawarkan pengaturan kerja yang fleksibel, dan menyediakan sumber daya pengembangan karier, tim HR dapat membantu karyawan membuat keputusan yang tepat serta kembali bekerja dengan segar dan berenergi,” kata Mary Jenson, Direktur People and Culture di agensi pemasaran Barbarian, dikutip Work Life. 

Dengan mengadopsi konsep ini, organisasi dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih mendukung dan empati, yang pada akhirnya meningkatkan kepuasan dan produktivitas karyawan. Adapun industri yang memungkinkan karyawan untuk mengambil micro-retirement biasanya memiliki karakteristik utama tertentu.

Di antaranya; menawarkan jadwal kerja fleksibel, kemampuan untuk bekerja remote, struktur kerja berbasis proyek, serta otonomi individu yang signifikan. Ini memungkinkan pekerja untuk sementara meninggalkan pekerjaan mereka tanpa kehilangan peran dan tanggung jawab profesionalnya. 

Contoh industri tersebut meliputi perusahaan teknologi, firma konsultasi, bidang kreatif (seperti desain dan penulisan), beberapa posisi di sektor kesehatan, institusi pendidikan, dan organisasi layanan profesional.

6. Kesiapan untuk kembali bekerja

Ilustrasi karyawan micro-retirement (pexels.com/Shazard R.)

Karyawan muda disarankan untuk juga merencanakan kepulangan mereka ke dunia kerja. Hal pertama yang perlu dipertimbangkan adalah apa arti "kembali" bagi mereka.

"Baik itu berarti kembali dengan serangkaian keterampilan baru, atau setelah mereka mencapai tolok ukur keuangan tertentu. Menetapkan tujuan ini membantu memastikan waktu jeda bermakna dan terencana, sehingga memberikan metrik yang jelas untuk mengukur kesuksesan," ungkap Osrow dikutip Business Insider. 

Namun, saran ini mungkin tidak berlaku untuk semua orang, terutama bagi mereka yang mengambil micro-retirement sebelum beralih karier. Jika tidak berencana switch career, pertimbangkanlah saran tersebut. 

Dana Ronald, presiden Tax Crisis Institute, dilansir Nasdaq, konsep micro-retirement sebenarnya bukan tentang mundur dari pekerjaaan sepenuhnya, tetapi mengambil jeda karier yang strategis, memberikan perspektif baru baik di aspek pribadi maupun profesional. Menilai kesiapan untuk pergeseran gaya hidup dan tanggung jawab sementara sangat penting.

“Ini bukan hanya perhitungan finansial, ini juga tentang mengetahui apakah jeda ini selaras dengan tujuan jangka panjang dan prioritas,” jelas Ronald.

Nah, itulah seluk beluk tentang micro-retirement yang menjadi tren di kalangan karyawan muda, seperti milenial dan gen Z. Jeda karier diharapkan dapat meningkatkan semangat dan produktivitas kerja seterusnya. Semoga bermanfaat!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Muhammad Tarmizi Murdianto
EditorMuhammad Tarmizi Murdianto
Follow Us