5 Tips Menulis Review Film yang Anti Mainstream dan Gak Template

- Penulis harus memahami film dari konteks produksinya, termasuk latar belakang proses produksi dan tujuan pembuatnya.
- Baiknya penulis menyampaikan reaksi pribadi disertai opini yang kuat, menjelaskan alasan secara jelas dan masuk akal.
- Usahakan untuk menghindari kalimat klise yang berulang dalam review film, lebih fokus pada deskripsi konkret dan jujur.
Menulis review film bukan sekadar memberi bintang atau menyebut akting siapa yang paling menonjol. Di balik setiap ulasan, ada sudut pandang, pengalaman, dan cara bertutur yang membentuk persepsi pembaca terhadap film itu sendiri. Banyak orang menulis ulasan dengan gaya serupa, padahal setiap penonton punya pengalaman menonton yang berbeda. Sayangnya, gaya penulisan yang monoton justru membuat potensi tulisan jadi tidak terasa personal atau berkesan.
Jika kamu ingin membedakan ulasanmu dari kebanyakan, maka kamu perlu menggali lebih dalam cara menyampaikan opini yang segar namun tetap relevan. Mengulas film bisa jadi latihan berpikir kritis dan ekspresi diri, asalkan dilakukan dengan pendekatan yang tepat dan tidak ikut arus. Berikut lima tips menulis review film yang anti mainstream dan gak template yang bisa membantumu membangun gaya yang lebih otentik.
1. Penulis wajib memahami film dari konteks produksinya

Sebelum menilai alur cerita atau karakter, penting bagi penulis untuk memahami latar belakang proses produksi film tersebut. Kapan film dibuat, siapa yang menyutradarai, studio mana yang mendanai, hingga tujuan film tersebut dibuat dapat memberikan gambaran lebih dalam tentang apa yang ingin disampaikan pembuatnya. Dengan mengenali konteks ini, ulasanmu tidak akan berhenti hanya pada alur cerita, tapi bisa mengungkapkan juga apa yang tersembunyi di balik layar.
Misalnya, film yang diproduksi di tengah krisis politik atau ekonomi mungkin menyiratkan banyak simbol sosial yang tidak disampaikan secara langsung. Pendekatan ini membantumu menulis ulasan film yang lebih kritis dan informatif tanpa terjebak di komentar personal yang terlalu subjektif. Perspektif historis, budaya, atau industri dapat memperkaya isi tulisan dan memberi nilai lebih di mata pembaca.
2. Baiknya penulis menyampaikan reaksi pribadi disertai opini yang kuat

Memberi opini menjadi bagian penting dari review film, tetapi tidak cukup hanya mengatakan “suka” atau “tidak suka”. Kamu perlu menjelaskan mengapa perasaan itu muncul dan apa yang memicunya selama menonton film. Ulasan yang baik adalah ulasan yang memberi ruang bagi pembaca untuk mengerti logika di balik emosimu, bukan sekadar mengikuti selera pribadi.
Sebagai contoh, jika kamu merasa terganggu oleh adegan tertentu, coba uraikan kenapa adegan itu terasa kurang pas menurut perspektif naratif atau teknis. Bukan berarti semua harus terkesan akademis, tapi menjelaskan alasan secara jelas dan masuk akal akan membuat pembaca menganggap opinimu layak dipertimbangkan. Hal ini juga bisa menunjukkan bahwa kamu tidak asal berkomentar, tetapi benar-benar memperhatikan filmnya secara utuh.
3. Usahakan untuk menghindari kalimat klise yang berulang dalam review film

Kalimat seperti “film ini menyentuh hati” atau “alur cerita yang penuh kejutan” sering muncul di banyak ulasan film. Padahal, pembaca review film saat ini lebih tertarik pada deskripsi yang konkret dan jujur. Gaya penulisan yang terlalu sering memakai frasa umum justru membuat tulisan pada ulasan kamu terdengar terlalu basic, umum dan mudah dilupakan.
Daripada memakai kata-kata seperti “menggugah” tanpa menjelaskan kenapa, lebih baik jelaskan adegan mana yang menurutmu kuat secara emosional dan apa dampaknya. Dengan begitu, tulisanmu terasa lebih hidup dan otentik. Hindari juga gaya bahasa yang terdengar terlalu promosi karena membuat pembaca curiga terhadap objektivitas ulasanmu.
4. Penulis bisa menghubungkan film dengan realitas sosial

Film bukan hanya hiburan, tapi juga cerminan dari realitas yang sedang terjadi di masyarakat saat ini. Mengaitkan isi film dengan kondisi sosial, budaya, atau bahkan peristiwa aktual dapat memperkaya tulisan kamu. Pembaca akan merasa lebih terhubung jika ulasan membantunya melihat bahwa film tidak berdiri sendiri, tapi punya kaitan dengan hal-hal yang sedang mereka alami atau pikirkan.
Misalnya, jika menulis tentang film bertema pendidikan, kamu bisa membandingkannya dengan sistem pendidikan yang ada di negara ini. Analisis semacam ini tidak hanya membuat ulasan film kamu lebih dalam, tetapi juga membuktikan bahwa kamu bisa berpikir kritis dan kontekstual. Cara ini efektif untuk menunjukkan bahwa kamu tidak menonton film hanya sebagai hiburan, tetapi juga sebagai bahan refleksi.
5. Tutup ulasan dengan gagasan yang mengajak berpikir

Akhir dari sebuah review film tidak harus selalu menyimpulkan apakah filmnya bagus atau tidak, lho. Lebih menarik jika kamu mengakhiri ulasan film dengan pertanyaan, refleksi, atau gagasan yang mengajak pembaca merenung. Tujuannya tak lain dan tak bukan yakni untuk membangun diskusi, bukan sekadar memberi label layak ditonton atau tidak.
Misalnya, jika film menyentuh isu identitas atau hubungan keluarga, kamu bisa mengajak pembaca mempertimbangkan bagaimana isu itu hadir di kehidupan nyata. Kalimat penutup yang kuat bisa meninggalkan kesan mendalam dan membuat pembaca mengingat ulasan film yang kamu tulis. Dengan begitu, kamu bukan hanya mengulas film, tetapi juga menciptakan ruang dialog yang relevan dan bernilai.
Menulis review film yang anti mainstream dan gak template bukan soal gaya bahasa yang rumit atau komentar yang berbeda dari kebanyakan orang lainnya. Tak kalah penting adalah ketulusan dalam menyampaikan opini dan keberanian untuk berpikir lebih luas dari alur cerita yang ditampilkan dalam sebuah film. Ulasan film yang jujur, kritis, dan terhubung dengan kenyataan akan jauh lebih berkesan dibanding tulisan yang hanya mengikuti tren.