5 Sebab Rasa Tidak Bahagia Jadi Ibu dan Cara Mengatasinya

Kebahagiaan seorang Ibu adalah sumber kenyamanan bagi seluruh keluarga. Ibu yang bahagia akan merawat anaknya dengan baik serta menyalurkan energi positif pada anggota keluarga.
Namun gak selamanya hal ini terjadi. Ada beberapa yang merasa tidak bahagia jadi Ibu. Yaps, beberapa perempuan justru merasa tertekan dan tidak bahagia ketika menjalankan peran seorang Ibu.
Sebenarnya hal ini wajar, kok. Namun ada beberapa penyebab yang membuat seseorang tidak bahagia jadi ibu. Segera cari tahu penyebab dan cara mengatasinya di artikel ini, yuk!
1. Rasa bersalah karena tak bisa jadi Ibu yang sempurna

Menjadi seorang Ibu bukanlah hal yang mudah. Terkadang ada beberapa hal yang membuat perempuan merasa menyesal dan kecewa pada dirinya sendiri karena merasa tidak mampu menjadi seorang Ibu yang baik. Perasaan seperti ini membuat seorang Ibu justru merasa tertekan saat menjadi seorang Ibu karena khawatir anaknya tidak dapat tumbuh dengan baik di bawah pengasuhanya.
Adalah hal yang wajar ketika sebagai seorang Ibu kita sempat melakukan kesalahan saat mendidik maupun merawat anak. Hal penting yang harus dilakukan adalah terus belajar menjadi Ibu yang baik bagi anak-anak kita. Jadikan kesalahan yang terjadi menjadi pelajaran berharga agar tidak sampai terulang kembali di waktu yang akan datang.
2. Pekerjaan mengurus anak menjadi beban yang berat untuk dijalani

Mengurus anak-anak bukanlah pekerjaan yang mudah. Seorang Ibu harus mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengurus anak-anaknya. Mereka seringnya tak memikirkan kebutuhan diri sendiri demi tercukupinya kebutuhan anak. Misalnya seorang Ibu rela tidak tidur ketika anaknya sakit agar anaknya bisa tidur dengan nyenyak. Kondisi seperti itu terkadang bisa memberikan beban tersendiri bagi para Ibu yang menjalaninya.
Walaupun terasa berat, jangan jadikan beban saat merawat dan mendidik anak. Nikmatilah setiap momen kebersamaan dengan anak karena semua hal itu tidak akan terulang kembali. Waktu berjalan sangat cepat dan ketika anak-anak kita sudah besar, kita justru akan merindukan momen kebersamaan dengan anak yang saat ini terasa merepotkan.
3. Kurangnya aktualisasi diri

Mom harus mengingat bahwa selain berperan sebagai seorang Ibu, Mom juga memiliki peran sebagai seorang individu yang memiliki kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri. Aktualisasi diri adalah mengoptimalkan semua potensi yang dimiliki untuk membuat sebuah ide atau karya yang bisa bermanfaat bagi orang lain.
Terkadang kesibukan menjadi seorang Ibu membuat para perempuan melupakan kebutuhan dirinya akan aktualisasi diri. Akibatnya banyak para Ibu yang merasa seperti terkurung di dalam rumah, kesepian dan merasa tidak berharga karena hanya melakukan rutinitas yang sama secara terus-menerus.
Tetaplah berkarya dan memberikan manfaat bagi orang lain di tengah kesibukan kita menjadi seorang Ibu. Mom bisa mengikuti kegiatan sosial yang diadakan di masyarakat untuk menyalurkan bakat yang dimiliki. Jika dirasa anak masih terlalu kecil untuk ditinggalkan, Mom bisa berkarya dari rumah. Misalnya melalui menulis atau berbisnis online di sela kesibukan mengurus anak.
4. Tidak adanya dukungan dari pasangan atau keluarga

Pasangan adalah orang yang sangat berperan penting terhadap kebahagiaan dan kesehatan mental seorang Ibu. Kehadiran pasangan dalam pengasuhan anak bisa membuat Ibu merasa lebih percaya diri dan bahagia. Sebaliknya, tidak adanya dukungan pasangan dalam mengurus dan merawat anak bisa menimbulkan tekanan tersendiri bagi seorang Ibu.
Jika suami kurang peka dengan kerepotan yang dialami, sebaiknya segera sampaikan padanya apa yang diharapkan dari suami. Berikan pengertian pada pasangan bahwa mengurus anak bukan hanya tanggung jawab seorang Ibu saja tetapi membutuhkan kerja sama antar pasangan. Diharapkan suami dapat mengerti setelah Mom menyampaikan segalanya secara jelas.
5. Terlalu perhitungan pada diri sendiri

Kebanyakan seorang Ibu sangat perhitungan kepada diri sendiri sehingga dia akan mengabaikan kebutuhan dirinya sendiri demi tercukupinya kebutuhan anak dan keluarga. Sebagai contoh seorang Ibu rela makan bakso sisa anak dengan alasan uangnya sayang jika memesan satu porsi utuh bakso untuk dirinya sendiri. Padahal dari segi keuangan kita mampu.
Mulai sekarang, cobalah untuk jangan terlalu keras pada diri sendiri. Pahami bahwa kita memiliki hak dan kebutuhan yang sama dengan anggota keluarga lain. Jika memang ada kemampuan rezeki tak ada salahnya untuk menyenangkan diri sendiri sesekali. Misalnya dengan membeli barang atau makanan kesukaan. Percayalah, hal kecil seperti ini bisa membuat Ibu merasa hidup sebagai manusia.
Menjadi Ibu adalah sebuah anugrah, namun segala tantangan yang harus dihadapi terkadang membuat rasa bahagia tertutupi. Semoga artikel di atas bisa membantu Ibu untuk kembali bahagia menjalani perannya, ya. Semangat selalu, Moms!