6 Tips Tumbuhkan Critical Thinking pada Anak

Seakan tanpa berkesudahan, arus informasi memenuhi kehidupan kita. Ada banyak foto, video, dan artikel yang berkelindan dengan akurasi yang kurang tepat. Oleh sebab itu, diperlukan critical thinking untuk menghalau informasi-informasi hoax tersebut.
Itualah salah satu fungsi dari critical thinking. Tidak hanya orang dewasa, anak-anak pun juga dihadapkan dengan fenomena ini. Oleh sebab itu, anak-anak juga perlu dibekali dengan kemampuan berpikir kritis. Dilansir dari Very Well Family, berikut adalah beberapa tips menumbuhkan critical thinking pada anak-anak. Simak dulu, yuk.
1.Menjadi role model yang baik untuk anak

Anak-anak adalah seorang pengamat ulung. Mereka cenderung melihat dan mempraktikkan perilaku orang tuanya. So, sebelum berniat untuk menumbuhkan critical thinking pada anak, orang tua terlebih dahulu perlu mengasah kemampuan bernalar kritis.
Dengan begitu, anak-anak dapat meniru kebiasaan dari orang tua ketika melihat informasi-informasi yang janggal. Anak-anak akan meniru respons berpikir kritis yang dilakukan oleh orang tua mereka. Jika orang tua tidak menerapkan berpikir kritis, ada kecenderungan anak-anak juga tidak terbiasa akan hal itu.
2.Menemani anak-anak bermain

Dunia anak-anak adalah dunia bermain. Bermain adalah salah satu aktivitas yang bisa mengasah kemampuan berpikir kritis. Mengajak anak untuk aktif bermain berarti mendorong anak-anak untuk berpikir kritis. Dengan begitu, tercipta pula quality time pada hubungan antara orang tua dan anak.
Dalam aktivitas bermain tentunya ada trial and error. Hal itu yang kemudian mendorong rasa ingin tahu anak-anak. Saat itulah kehadiran orang tua diperlukan agar terjadi diskusi sehingga anak-anak bisa mengembangkan kemampuannya.
3.Berlatih menentukan pilihan

Anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang mendalam. Oleh sebab itu, mereka akan melakukan berbagai eksperimen. Dalam setiap eksperimen ini, mereka bisa memilih mana yang ingin dilakukan dan mana yang tidak.
Dalam kehidupan sehari-hari misalnya, anak bisa memilih pakaian apa yang akan dikenakan, memilih apakah ia akan bermain dengan temannya atau bermain sendiri, dan sebagainya. Biarkan anak-anak berlatih menentukan pilihan dalam hidupnya. Kemampuan mengambil keputusan ini menjadi bekal saat mereka bertambah usia, lho.
4.Mendorong anak-anak agar mau bertanya

Memang terkadang melelahkan untuk menjawab sederet pertanyaan dari anak-anak. Bahkan, tidak jarang pertanyaan tersebut membuat orang tua menjadi kelimpungan memikirkan jawabannya.
Kendati demikian, kegiatan bertanya ini menjadi penanda bahwa anak sudah mulai melakukan proses identifikasi. Saat menemukan sesuatu yang janggal bagi dirinya, anak akan mulai bertanya.
5.Membimbing anak untuk memecahkan masalah

Semakin bertambah usia, semakin kompleks masalah hidup yang akan dihadapinya. Membimbingnya untuk memecahkan masalah yang sederhana adalah langkah awal menanamkan sikap berpikir kritis pada anak.
Ada banyak aktivitas yang menstimulus nalar kritis anak dalam memecahkan masalah. Misalnya, orang tua bisa memberikan tantangan pada anak untuk membangun konstruksi lego dengan pola bagian yang terbatas. Kemampuan nalar kritis anak-anak dalam memecahkan masalah bisa terlihat dari konstruksi yang berhasil dibuat olehnya.
6.Mendorong anak untuk open minded

Nalar kritis pun melibatkan unsur keragaman, keadilan, dan juga inklusivitas. Dengan begitu, kemampuan berpikir terbuka akan mendorong kemampuan berpikir yang objektif.
Seperti yang diketahui, objektivitas adalah unsur esensial dalam berpikir kritis. Berdiskusi dengan anak-anak secara open minded memang menjadi tantangan tersendiri. Namun demikian, hal tersebut akan menumbuhkan sikap adil sejak dini.
Membekali anak-anak dengan kemampuan berpikir kritis berarti juga melatih mereka untuk bisa hidup secara mandiri. Dengan banyaknya informasi di sekitar, mereka bisa menyaring, menganalisis, dan kemudian mengambil kesimpulan yang tepat. Anak-anak pun menjadi pribadi yang tangguh dan lebih bijak dalam mengambil keputusan.