5 Cara Efektif Bantu Anak Atasi Takut Ditinggal, Biar Gak Drama Lagi

Tak sedikit orangtua yang merasa bingung saat anak menangis setiap kali harus ditinggal, entah ke kantor atau hanya ke ruangan sebelah. Ini merupakan bagian dari separation anxiety yang normal terjadi pada usia balita.
Tapi tenang, ada cara-cara sederhana yang bisa bantu anak lebih tenang dan percaya diri saat kamu tidak di sisinya. Untuk itu, cari tahu cara membantu anak yang takut ditinggal lewat artikel berikut ini, yuk!
1. Buat rutinitas harian yang konsisten

Anak-anak merasa lebih aman saat mereka tahu apa yang akan terjadi dalam keseharian mereka. Memiliki rutinitas pagi, siang, dan malam bisa memberi rasa stabil dan meminimalisir rasa cemas saat harus berpisah. Misalnya, bangun tidur, sarapan, lalu bermain sebelum waktu berpisah.
Dengan rutinitas yang konsisten, anak akan lebih mudah memahami bahwa perpisahan bukan hal yang menakutkan. Mereka juga belajar bahwa setiap kepergian akan diikuti dengan pertemuan kembali. Ini membentuk rasa aman dalam diri anak dan membantu mengurangi tangis berlebihan setiap kali ditinggal.
“Buatlah struktur sebanyak mungkin agar anak tahu apa yang akan terjadi. Tempelkan jadwal di tempat yang mudah dilihat atau gunakan gambar jika anak belum bisa membaca.” kata Jessica Young, PhD, Psikolog Perkembangan dan Peneliti Senior di Education Development Center, dilansir Parents.
2. Latihan berpisah secara bertahap

Jangan langsung meninggalkan anak dalam waktu lama saat ia belum terbiasa. Mulailah dari sesi singkat seperti pergi ke ruangan lain selama 5–10 menit dan beri tahu bahwa kamu akan segera kembali. Ini akan membangun kepercayaan bahwa kamu pasti kembali setelah pergi.
Kamu juga bisa mengenalkan pengasuh atau tempat penitipan secara bertahap. Ajak anak berkenalan dengan pengasuh saat kamu masih ada di rumah dan temani mereka beberapa saat. Anak akan merasa lebih aman karena diperkenalkan secara perlahan, bukan tiba-tiba ditinggal.
3. Ucapkan selamat tinggal dengan cara yang tenang dan konsisten

Hindari menghilang diam-diam tanpa berpamitan karena bisa membuat anak semakin cemas. Ciptakan ritual perpisahan sederhana, misalnya pelukan dan ucapan “Ibu akan kembali setelah makan siang ya.” Cara ini membantu anak memproses momen perpisahan secara emosional.
Tunjukkan sikap tenang dan percaya bahwa anak bisa melewatinya. Jangan kembali masuk ke ruangan saat anak menangis karena justru memperkuat kecemasannya. Bersikaplah konsisten agar anak tahu bahwa kamu serius akan kembali setelah waktu tertentu.
“Kurangnya konsistensi dari orangtua bisa membuat anak merasa cemas dan tidak yakin apakah kebutuhannya akan dipenuhi. Hal ini mendorong anak untuk terus mencari kepastian dari orangtua. “Akhirnya, mereka jadi semakin butuh penegasan,” jelas Dr. Young.
4. Validasi emosi anak dan beri ruang untuk mengungkapkan perasaan

Anak yang menangis atau menempel bukan berarti manja, tapi sedang berusaha mengungkapkan rasa takut dan tidak amannya. Dengarkan perasaan mereka dan katakan bahwa apa yang mereka rasakan itu wajar. Dengan begitu, anak akan belajar mengenali emosinya sendiri.
Cobalah untuk menenangkan dengan kalimat seperti, “Kamu sedih ya karena Ibu pergi? Itu boleh kok. Ibu pasti kembali nanti.” Dr. Young juga menyarankan, agar melambat dan memberi ruang untuk mengulang apa yang kamu dengar dari anak bisa sangat membantu. Memberi empati bisa jauh lebih efektif daripada menyuruh anak berhenti menangis.
5. Jadilah contoh dalam mengelola emosi

Anak belajar dari apa yang mereka lihat, termasuk cara kamu mengatur stres atau rasa khawatir. Jika kamu tenang saat berpisah, anak juga akan menangkap bahwa situasi tersebut tidak berbahaya. Sebaliknya, jika kamu gelisah, anak akan ikut merasakan energi negatif itu.
Kamu bisa mengatakan, “Ibu juga kangen nanti, tapi Ibu akan tetap tenang karena tahu kamu bisa bermain dengan baik.” Kalimat seperti ini memberi contoh konkret pada anak tentang cara menghadapi perpisahan. Semakin sering anak melihat kamu mengelola emosi dengan positif, semakin besar kemungkinan mereka meniru hal yang sama.
Rasa takut saat berpisah adalah bagian alami dari proses tumbuh kembang anak. Dengan bersikap tenang, konsisten, dan penuh empati, kamu bisa mendampingi anak melewati fase ini dengan lebih mulus.