"Nak, di rumah ini kita punya aturan, kan? Dan aturan itu perlu diikuti oleh semua anggota keluarga. Sama juga dengan Indonesia. Saat ini ada aturan yang gak sesuai, bikin orang-orang kesal dan sedih. Bayangin kalau di rumah ada aturan kamu gak boleh main gadget di meja makan, tapi Ayah dan Ibu malah lakukan terus. Kamu sebel gak? Nah, seperti itu perasaan banyak orang sekarang. Jadi kalau kamu merasa aturan di rumah ini ada yang gak sesuai atau bikin kamu gak nyaman, kasih tahu Ayah dan Ibu, ya!"
5 Cara Menjelaskan Kondisi Negara pada Anak, Buka Diskusi di Keluarga

- Jangan masuk ke detail yang rumit, beri gambaran umum bahwa negara sedang menghadapi tantangan. Tekankan bahwa kondisi ini adalah bagian dari perjalanan sebuah negara.
- Katakan pada mereka bahwa demonstrasi adalah cara rakyat menyampaikan suara atau pendapat kepada pemerintah. Demonstrasi dilakukan bersama-sama dalam jumlah besar untuk menarik perhatian.
- Anak-anak sering kali dilingkupi dengan rasa penasaran yang sangat besar. Mungkin mereka juga akan mempertanyakan hal lainnya seperti kenapa tidak lapor jika ada masalah dan kenapa harus ramai di jalan (demo).
Rasa tak nyaman selalu muncul ketika menggulirkan layar ponsel beberapa hari terakhir ini. Bombardir berita buruk yang meliputi negara kitalah yang jadi salah satu penyebabnya. Mungkin bukan hanya aku saja yang mengalaminya, beberapa dari pembaca pasti ada yang merasakannya.
Indonesia sedang menghadapi masa yang penuh dinamika. Aksi demonstrasi marak di berbagai kota, suara rakyat terdengar lantang menuntut perubahan. Berita tentang demonstrasi dan unjuk rasa hampir tak pernah absen dari layar televisi maupun media sosial. Jalanan penuh sesak, suara orasi menggema, dan suasana kota terasa berbeda dari biasanya. Sebagai orang dewasa, kita mungkin bisa memahami bahwa inilah bagian dari dinamika demokrasi. Namun, bagaimana dengan anak-anak? Mereka melihat potongan-potongan berita itu dan mulai bertanya-tanya.
Pertanyaan-pertanyaan itu membuat orangtua harus berhati-hati dalam memberi jawaban. Di sinilah peran orangtua menjadi sangat berarti. Bagaimana menjelaskan kondisi negara yang kompleks kepada anak, tanpa membuat mereka bingung atau cemas? Bukan hanya soal menjawab, tetapi juga tentang menanamkan pemahaman: bahwa perbedaan pendapat itu wajar, bahwa suara rakyat penting, dan bahwa empati harus selalu jadi bagian dari cara kita memandang dunia.
Komunitas Tentang Anak serta Berdikari Book membagikan beberapa insight lewat Instagram terkait bagaimana menjelaskan hal tersebut pada anak-anak, mulai dari demonstrasi hingga kondisi negara ini. IDN Times juga menghubungi Putri Aisya, M.Psi, Psikolog, seorang psikolog klinis pada Kamis (4/9/2025) untuk meminta pendapatnya. Yuk, simak rangkuman dan penjelasannya!
1. Menjelaskan kepada anak terkait kondisi Indonesia

Jika anak bertanya tentang 'Indonesia kenapa?', orangtua tidak perlu masuk ke detail yang rumit. Cukup beri gambaran umum bahwa negara kita sedang menghadapi tantangan. Misalnya, banyak orang merasa tidak puas dengan kebijakan pemerintah, sehingga mereka memilih untuk menyuarakan pendapat melalui demonstrasi. Dengan begitu, anak bisa memahami bahwa apa yang terjadi di jalanan bukan sekadar keramaian, tapi sebuah bentuk komunikasi antara rakyat dan pemimpin.
Selain itu, penting untuk menekankan bahwa kondisi ini adalah bagian dari perjalanan sebuah negara. Orangtua bisa memberikan perbandingan yang lebih dekat dengan kehidupan anak, seperti ketika ada perbedaan pendapat di rumah atau sekolah. Bedanya, di level negara, perbedaan itu melibatkan banyak orang. Tentang Anak memberikan contoh kalimat/penjelasan yang bisa diterapkan:
2. Menjelaskan kepada anak tentang demonstrasi

Dalam beberapa momen, anak juga mungkin akan bertanya terkait demonstrasi dan mengapa harus dilakukan. Katakan pada mereka bahwa demonstrasi adalah salah satu cara rakyat menyampaikan suara atau pendapat kepada pemerintah. Sama seperti ketika anak ingin didengar oleh guru atau orangtuanya, masyarakat juga punya hak untuk didengar oleh pemimpin negara. Bedanya, demonstrasi biasanya dilakukan bersama-sama dalam jumlah besar, sehingga lebih kuat dan bisa menarik perhatian.
Masih dari Tentang Anak, berikut adalah contoh penjelasan yang bisa disampaikan:
"Demo itu ketika orang berkumpul untuk menyampaikan pendapat, Nak. Kalau ramai-ramai dan terus diulang, suara mereka lebih mudah didengar. Kalau sendirian, sering kali gak terdengar. Kadang suara mereka menjadi lebih besar karena adanya rasa kesal atau marah. Orang dewasa juga bisa marah, sama seperti anak-anak. Marah itu bokeh kok, asal tanpa kekerasan ya, Nak. Misalnya, Ayah janji kasih kamu main sepeda setelah selesai mengerjakan PR. Tapi saat kamu sudah selesai, Ayah bilang 'Gak boleh!' Bagaimana rasanya? Mungkin kamu ingin marah dan bilang 'Ayah kan udah janji!' Nah, begitu juga dengan orang dewasa yang kamu lihat sekarang."
3. Pertanyaan lainnya yang mungkin ditanyakan oleh anak-anak

Anak-anak sering kali dilingkupi dengan rasa penasaran yang sangat besar. Mungkin mereka juga akan mempertanyakan hal lainnya. Berikut adalah beberapa contoh penjelasan dari pertanyaan anak-anak dilansir Berdikari Book.
Kalau ada masalah, kenapa tidak lapor? Kenapa harus ramai di jalan (demo)?
"Karena jalur resmi sering kali buntu. Surat sering tidak dibalas dan janji tidak ditepati. Maka, jalanan jadi ruang terakhir untuk bersuara. Demo adalah bentuk 'ketidakpatuhan' yang damai', menjadi cara rakyat bilang: cukup, kami ingin perubahan."
4. Haruskah menjelaskan terkait demonstrasi dan kondisi negara pada anak?

Menurut Tentang Anak, anak-anak memang sebaiknya mendapatkan penjelasan yang akurat dari orangtua sejak usianya 2-5 tahun. Daripada mereka mencari informasi dari sumber yang kurang kredibel dan akurat. Ibaratnya ketika anak menemukan beberapa kepingan puzzle yang belum lengkap.
Mungkin anak bisa mencari dari sumber lain. Namun, tanpa bantuan orangtua, anak bisa saja melengkapi puzzle dengan potongan yang keliru. Hal tersebut bisa menyebabkan puzzle tidak tersusun dengan tepat.
Hal senada juga disampaikan oleh Putri Aisya, M.Psi, Psikolog, seorang psikolog klinis yang dihubungi oleh tim IDN Times pada Kamis (4/9),
"Menurut aku pribadi boleh disampaikan, namun dengan cara yang dipahami oleh anak. Dan kalau bisa disisipkan nilai nilai positif di dalamnya yang bisa diambil oleh anak. Mungkin gak perlu disampaikan yang terlalu gamblang mengenai kondisi Indonesia dan sebagainya (karena mungkin belum bisa memahami), namun bisa disampaikan melalui contoh konkret yang dekat dengan keseharian anak.
Misal mengenai korupsi, bisa disampaikan contoh seperti jatah makanan tiap anak, kemudian ada teman yang tiba tiba mengambil tanpa izin dan sebagainya. Jadi bukan untuk menutupi atau menakut-nakuti. Justru edukasi. Empati bisa masuk juga, nilai nilai seperti kejujuran, keadilan, sopan santun, juga bisa masuk. Keberanian mengemukakan pendapat juga." ungkapnya.
5. Bagaimana cara menjelaskan berita buruk pada anak?

Tentang Anak juga membagikan tips lanjutan terkait cara menjelaskan berita buruk kepada anak. Pertama, coba tanyakan apa yang sudah mereka ketahui dan bagaimana perasaan mereka. Kedua, jika orangtua dirasa belum tahu, cobalah untuk jujur dan hindari untuk memberikan cerita fiktif.
Ketiga, respons dengan fakta yang terjadi namun hindari untuk memberikan detail yang berlebihan. Terakhir, hindari untuk menjelaskan 'stigma', sampaikan penjelasan dengan penuh kasih.
Psikolog klinis Putri Aisya juga membagikan tips bagi pembaca IDN Times.
1. Sesuaikan dengan tingkat pemahaman anak (bahasanya/diksi, konteks yang dijelaskan)
2. Gunakan contoh konkret yang dekat dengan keseharian anak (kehidupan pertemanan, sekolah)
3. bisa juga dengan bantuan visual
4. Masukkan nilai nilai positif yang bisa diambil oleh anak
Demikian beberapa cara atau tips yang bisa dilakukan untuk menjelaskan demonstrasi serta kondisi negara kepada anak. Semoga membantu, ya!