3 Culture Shock yang Dialami Perantau Sumatera saat Pindah ke Jawa

- Perbedaan gaya bicara antara Sumatera dan Jawa bisa menimbulkan kesalahpahaman
- Perbedaan pola makan yang kuat antara kedua daerah juga dapat menyebabkan culture shock
- Basa-basi dalam budaya Jawa seringkali membuat perantau Sumatera merasa canggung atau kebingungan
Merantau ke daerah baru sering kali menjadi tantangan besar, terutama bagi mereka yang berasal dari Sumatera dan berencana pindah ke Jawa. Tidak hanya lingkungan fisik yang baru, tetapi juga budaya yang berbeda bisa membuat seseorang merasa asing. Salah satu kondisi yang perlu diwaspadai adalah culture shock.
"Culture shock adalah reaksi negatif yang mendalam, seperti depresi, frustrasi, dan disorientasi, yang dialami oleh seseorang yang beradaptasi dengan lingkungan budaya baru," kata Kalervo Oberg, seorang antropolog, dikutip Dayakisni (2008).
Berikut ini adalah beberapa contoh culture shock yang sering dialami oleh perantau Sumatera saat pindah ke Jawa. Apakah kamu pernah mengalaminya juga?
1. Perbedaan gaya bicara dan intonasi

Orang Sumatera dikenal dengan gaya bicara yang tegas dan lugas, berbeda dengan orang Jawa yang lebih halus dan sering menggunakan basa-basi. Perbedaan ini kadang bisa menimbulkan kesalahpahaman, karena intonasi yang tegas bisa dianggap terlalu keras atau kurang sopan di budaya Jawa.
Namun seiring berjalannya waktu, perbedaan ini mulai lebih dipahami dan kesadaran akan gaya komunikasi masing-masing pun berkembang. Meski begitu, penyesuaian diri tetap diperlukan agar komunikasi lebih lancar dan tidak menimbulkan salah paham.
Hal ini membutuhkan waktu dan pemahaman yang lebih dalam tentang karakteristik budaya satu sama lain. Untuk itu, penting bagi setiap individu untuk lebih terbuka dan fleksibel dalam beradaptasi dengan gaya komunikasi yang berbeda agar hubungan antarbudaya dapat berjalan harmonis.
2. Cita rasa makanan yang lebih ringan

Makanan Sumatera biasanya punya rasa yang kuat dengan bumbu pedas dan asin. Sementara itu, masakan Jawa lebih sering terasa manis atau lebih ringan. Karena perbedaan cita rasa ini, tentu ada rasa kaget dan tidak nyaman ketika harus menyesuaikan diri dengan pola makan yang berbeda dari yang biasa di lidah. Perubahan dalam kebiasaan makan seperti ini sering kali menjadi salah satu tantangan terbesar bagi perantau dalam menghadapi culture shock.
Menurut Berry (2006), seorang psikolog lintas budaya, "Perbedaan kebiasaan makan ini bisa jadi salah satu penyebab culture shock. Perubahan dalam pola makan sangat mempengaruhi kenyamanan dan identitas seseorang, yang bisa membuat orang merasa canggung dan kesulitan beradaptasi dengan lingkungan baru," dikutip dari buku Handbook of Multicultural Perspectives on Stress and Coping.
Dengan begitu, ini menjadi tantangan yang harus dihadapi atau bisa juga mencari alternatif lain seperti menemukan tempat makan yang lebih cocok dengan lidah. Terkadang, memasak sendiri bisa jadi pilihan paling aman dan hemat. Selain bisa menyesuaikan rasa, memasak sendiri juga memberi kebebasan untuk mengolah bahan sesuai selera sehingga lebih nyaman dan menyenangkan.
3. Budaya basa-basi yang lebih dominan

Di Jawa, basa-basi bukan hanya dianggap sebagai cara berbicara, tetapi juga sebagai bagian penting dari budaya yang menjaga hubungan baik antar individu. Percakapan sehari-hari sering diwarnai dengan pertanyaan atau kalimat yang bersifat ramah, meskipun tidak selalu memiliki makna langsung. Ini bertujuan untuk menunjukkan rasa hormat dan keharmonisan yang sering kali menjadi nilai utama dalam komunikasi sosial di sana.
Bagi perantau dari Sumatera yang lebih suka berbicara to the point, hal ini bisa menimbulkan rasa canggung atau bahkan kebingungannya. Terkadang, mereka bisa salah memahami maksud atau tujuan dari basa-basi tersebut, yang tentu membutuhkan penyesuaian agar komunikasi berjalan lancar.
Memahami perbedaan budaya antara Sumatera dan Jawa akan membantu perantau menghadapi culture shock dengan lebih siap. Mengenali tantangan yang ada bisa membuat kita lebih hati-hati dan menyesuaikan diri lebih cepat. Setiap tantangan adalah kesempatan untuk belajar dan berkembang. Semangat!