Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Logis saat Social Butterfly Menarik Diri

ilustrasi kehidupan sosial (pexels.com/Andrea Piacquadio)
Intinya sih...
  • Sosok "social butterfly" bisa berubah jadi menarik diri dari lingkungan sosialnya
  • Kompleksitas hidup dan kedewasaan membuat "social butterfly" berubah karakter
  • Menarik diri karena kehilangan aura bintang, gengsi karier, dan kelelahan menghadapi sorotan publik

Social butterfly ialah sebutan bagi mereka yang punya daya tarik tersendiri di mata lingkungan sekitarnya. Alhasil, dengan pesonanya yang ramah, baik hati, dan pastinya mudah bergaul ini membuat sosok social butterfly jadi terkenal dan jadi sorotan.
 
Sayangnya, seiring dengan berjalannya waktu, sosok social butterfly ternyata bisa berubah jadi menarik diri dari lingkungan sosialnya, lho. Ia yang dulunya punya banyak teman dan selalu ada kenalan baru jadi berubah drastis dengan enggan banyak berinteraksi sosial seperti dulu. Berikut sederet alasan yang terjadi di baliknya.

1. Usia semakin dewasa, banyak cut off orang yang kurang penting

ilustrasi kehidupan orang kaya (pexels.com/RDNE Stock project)

Menjadi sosok social butterfly kerap dianggap punya identitas bisa mudah akrab dengan aneka tipe orang baru. Ketika memasuki lingkungan baru, si social butterfly tak akan ragu untuk menyapa duluan hingga bisa otomatis membaur.
 
Sayangnya, seiring dengan kompleksnya hidup, khususnya yang berkaitan dengan kedewasaan, si social butterfly ini bisa berubah drastis karakternya. Yakni, menarik diri dari lingkungan sosial yang dulunya dengan mudah ia kuasai.
 
Kini, seiring dengan kedewasaannya, kamu yang dulu social butterfly lebih memilah-milah dalam berinteraksi. Terlebih, tak banyak berbasa-basi kepada semua orang, hanya memilih untuk berinteraksi dengan hal-hal yang penting maupun darurat saja.

2. Merasa tidak punya wibawa dan aura bintang seperti dulu

ilustrasi kehidupan sosial (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Umumnya, social butterfly ialah mereka yang punya aura bintang, dan itu tak dimiliki oleh semua orang. Kehadirannya bisa memancarkan kehangatan, keceriaan, kegembiraan, yang otomatis jadi disambut oleh kehidupan sosial di sekitarnya.
 
Bisa jadi, alasanmu menarik diri dari lingkungan sekitarmu ya karena sudah tak memiliki aura bintang itu. Kamu jadi merasa sudah tak punya wibawa untuk bersinar di depan banyak orang, udah gak menarik di mata kehidupan sosialmu.
 
Misalnya saja dulu sebagai social butterfly kamu punya gelar keren hingga visual yang rupawan. Sayangnya, itu semua sekarang sudah tak ada lagi di dirimu. Alhasil, karena sudah tak ada target audience, maka kamu hanya bisa menarik diri dari dunia sosial.

3. Merasa belum secure dalam segi karier

ilustrasi kehidupan yang disfungsional (pixabay.com/lukasbieri)

Secara logika, orang yang kerap hobi tampil di depan umum layaknya social butterfly itu punya modal bukan? Sesederhana modal pintar berbicara. Sayangnya, seiring dengan kehidupan yang kompleks, modal yang dibutuhkan juga jadi kompleks.
 
Dalam hal ini, kaitannya dengan dunia karier yang belum mapan. Misalnya saja di masa sekolah kamu menjadi sosok social butterfly yang begitu terkenal, baik karena prestasi akademik, non akademik, maupun sekadar visual yang menarik.
 
Namun, kini kamu merasa menjadi sosok yang tak sesuai ekspektasi mereka di masa sekolah. Kamu merasa belum mapan secara karier dibandingkan dengan orang-orang yang dulunya mungkin terlihat biasa saja. Alhasil, rasa gengsi yang kamu miliki jadi membuatmu menarik diri dari kehidupan di sekitarmu.

4. Merasakan lelahnya menjadi sorotan dan pusat perhatian publik

ilustrasi kehidupan sosial (pixabay.com/Mohamed_hassan)

Menjadi sosok social butterfly yang tampak begitu ramah sosial tak semudah itu, lho. Banyak waktu, tenaga, hingga finansial yang dihabiskan untuk bisa punya banyak relasi di dalamnya.
 
Kini, kamu mulai menyadari betapa energimu terbuang sia-sia hanya untuk menjadi pusat perhatian banyak orang. Nyatanya, kamu kelelahan untuk mengahadapi sorotan publik yang kamu hasilkan.
 
Setelah sadar bahwa waktu yang kamu miliki cukup berharga dan terbatas. Terlebih betapa repotnya dampak dari menjadi sorotan banyak orang, kamu pun memilih untuk menarik diri, ingin stop jadi pusat perhatian orang-orang.

5. Merasakan kedamaian saat nyaman hidup di balik layar tanpa banyak berinteraksi dengan orang

ilustrasi berbahagia (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Nyaman, damai, aman, ialah deskripsi yang pas untuk kehidupan di balik layar. Semua itu kamu rasakan dalam hatimu setelah mencoba menarik diri dari dunia sosial.
 
Kamu pun jadi membandingkan bagaimana kehidupanmu saat jadi social butterfly dahulu. Bagaimana sebagai besar hidupmu seolah milik orang lain, selalu bersama orang lain.
 
Beda halnya dengan saat berada di balik layar, kamu sepenuhnya jadi milikmu. Minim perhatian dari banyak orang, tapi maksimal secara me time yang begitu berkualitas. Pastinya menyenangkan bisa jadi diri sendiri yang sebebas-bebasnya, ya?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Melinda Fujiana
EditorMelinda Fujiana
Follow Us