Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Dampak Berbahaya Asumsi Negatif pada Kesehatan Mental, Awas!

ilustrasi bercermin (pexels.com/Ivan Oboleninov)
ilustrasi bercermin (pexels.com/Ivan Oboleninov)
Intinya sih...
  • Asumsi negatif meningkatkan tingkat kecemasan dan stres yang berkepanjangan
  • Merusak hubungan interpersonal yang berharga
  • Menurunkan rasa percaya diri dan self-esteem yang kamu miliki

Pernah gak sih, kamu merasa kesal karena temanmu gak balas pesan, padahal dia mungkin cuma sedang sibuk? Atau jantungmu berdebar kencang saat dipanggil atasan, langsung mikir bakal dipecat padahal cuma mau diskusi biasa? Tenang, kamu gak sendirian. Kebiasaan berasumsi negatif ini ternyata dialami banyak orang dan bisa jadi sangat berbahaya bagi kesehatan mental.

Asumsi negatif ini kayak racun yang perlahan-lahan merusak pikiran kita. Dimulai dari hal kecil, seperti mengira pasangan marah padahal dia cuma capek, lama-kelamaan bisa jadi pola pikir yang menetap dan sulit diubah. Masalahnya, kebanyakan dari kita gak sadar betapa berbahayanya kebiasaan ini.

Penasaran apa aja dampak buruk dari asumsi negatif bagi kesehatan mental? Yuk, simak lima hal berikut yang perlu kamu waspadai!

1. Meningkatkan tingkat kecemasan dan stres yang berkepanjangan

ilustrasi cemas (pexels.com/Alex Green)
ilustrasi cemas (pexels.com/Alex Green)

Ketika kita terus-menerus berasumsi negatif tentang berbagai situasi, otak kita selalu berada dalam mode waspada dan siaga, seolah-olah bahaya mengintai di setiap sudut. Kondisi ini memicu pelepasan hormon stres seperti kortisol dan adrenalin secara berlebihan. Akibatnya, kamu jadi mudah cemas bahkan untuk hal-hal sepele.

Coba bayangkan, kamu mengirim pesan penting ke bos dan belum dapat balasan setelah beberapa jam. Pikiran negatif langsung muncul: "Mungkin bosnya gak suka dengan ide saya," atau "Jangan-jangan saya bakal kena masalah." Padahal kenyataannya, bosmu mungkin sedang rapat atau sibuk dengan urusan lain. Asumsi-asumsi seperti ini bikin kamu stres seharian tanpa alasan yang jelas.

2. Merusak hubungan interpersonal yang berharga

ilustrasi menangis (pexels.com/MART PRODUCTION)
ilustrasi menangis (pexels.com/MART PRODUCTION)

Asumsi negatif bisa jadi perusak terbesar dalam hubungan dengan orang lain. Ketika kamu selalu mengira orang punya niat buruk, kamu cenderung bersikap defensif atau bahkan menyerang balik tanpa alasan. Akibatnya, komunikasi jadi terhambat dan hubungan yang tadinya baik-baik aja bisa retak perlahan.

Misalnya, pasanganmu pulang telat dan kamu langsung mikir dia selingkuh, padahal mungkin dia terjebak macet atau lembur mendadak. Atau temanmu gak mengajakmu ke acara gathering, dan kamu langsung berasumsi dia benci kamu, padahal dia mungkin mikir kamu sudah punya rencana lain. Tanpa komunikasi yang baik, asumsi negatif ini bisa numpuk dan bikin hubungan yang berharga jadi berantakan.

3. Menurunkan rasa percaya diri dan self-esteem yang kamu miliki

ilustrasi bercermin (unsplash.com/Septian simon)
ilustrasi bercermin (unsplash.com/Septian simon)

Asumsi negatif gak cuma ditujukan ke orang lain, tapi juga bisa ke diri sendiri. Kamu mungkin sering mikir bahwa kamu gak cukup pintar, gak cukup menarik, atau gak cukup kompeten untuk meraih sesuatu. Pikiran-pikiran semacam ini, kalau dibiarkan terus-menerus, bisa menggerogoti rasa percaya diri dan harga dirimu secara signifikan.

Katakanlah kamu baru aja selesai presentasi di depan tim. Alih-alih merasa bangga karena sudah berani ngomong di depan umum, kamu malah fokus pada saat kamu sedikit terbata-bata dan langsung mikir semua orang menganggapmu payah. Padahal, kebanyakan orang bahkan gak merhatikan kesalahan kecil yang kamu buat. Asumsi negatif kayak gini bikin kamu selalu merasa gak cukup baik dan takut untuk coba hal-hal baru.

4. Memicu gejala depresi yang sulit dikendalikan sendiri

ilustrasi stres (pexels.com/Karolina Grabowska)
ilustrasi stres (pexels.com/Karolina Grabowska)

Salah satu dampak paling serius dari kebiasaan berasumsi negatif adalah potensinya memicu atau memperparah gejala depresi. Ketika pikiranmu selalu dipenuhi asumsi negatif, cara pandangmu terhadap dunia jadi semakin gelap. Kamu cenderung melihat segala sesuatu dari sisi terburuknya, merasa hopeless, dan sulit melihat hal-hal positif di sekitar.

Dalam jangka panjang, pola pikir ini bisa berkembang jadi apa yang para psikolog sebut sebagai "learned helplessness" — kondisi di mana kamu merasa gak berdaya dan yakin bahwa apapun yang kamu lakukan gak akan mengubah situasi. Ini adalah salah satu ciri utama depresi klinis yang perlu ditangani serius oleh profesional kesehatan mental.

5. Membatasi potensi dan kesempatan yang seharusnya bisa kamu raih

ilustrasi lelah (pexels.com/Thirdman)
ilustrasi lelah (pexels.com/Thirdman)

Asumsi negatif bisa jadi penghalang terbesar untuk mencapai potensi maksimalmu. Ketika kamu selalu berasumsi bahwa kamu akan gagal, kamu cenderung gak berani mencoba. Atau ketika kamu berasumsi orang lain akan menolak idemu, kamu jadi enggan untuk ngomong di rapat. Akibatnya, banyak peluang dan kesempatan dalam hidup yang lewat begitu aja.

Contohnya, kamu lihat lowongan kerja yang menarik, tapi langsung mikir "pasti banyak yang lebih jago daripada saya, gak mungkin saya diterima" dan akhirnya gak jadi melamar. Padahal, siapa tahu justru profil dan pengalamanmu yang dicari perusahaan tersebut? Dengan membiarkan asumsi negatif mengendalikan keputusanmu, kamu membatasi potensi dan kesempatanmu untuk berkembang.

Ingat, kamu berhak punya kesehatan mental yang baik. Jadi, mulai sekarang, stop berasumsi negatif dan belajar melihat berbagai situasi dengan lebih objektif. Kamu gak cuma layak untuk berpikir positif, tapi juga layak untuk merasakan kedamaian mental yang datang bersamanya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nabila Inaya
EditorNabila Inaya
Follow Us