Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Etika Membatalkan Janji biar Gak Bikin Orang Kesal, Seperti Apa?

Pexels.com/katie
Pexels.com/katie

Janji adalah utang, benar? Oleh karena itu, kita gak boleh main-main saat berjanji pada siapa pun dan terkait apa pun. Jangan sampai kita merasa enteng saja saat akhirnya gak bisa memenuhinya.

Sembarangan membatalkan janji gak cuma bisa bikin orang jengkel. Namun, bisa juga membuatnya gak respek lagi pada kita. Dalam hubungan kerja, ini bisa fatal banget. Kalau memang harus membatalkan janji, lima etika di bawah ini wajib diperhatikan.

1. Yang pasti harus meminta maaf terlebih dahulu

Pexels.com/ketut-subiyanto
Pexels.com/ketut-subiyanto

Kita bisa berjanji pada siapa pun, termasuk pada anak sendiri. Misal, berjanji akan membelikannya sesuatu. Namun ternyata kita gak bisa memenuhinya pada waktu yang telah disepakati.

Apakah sebagai orangtua kita boleh bersikap gak peduli pada perasaan anak? Tentu saja gak boleh. Sekalipun bagi kita janji itu gak penting, seperti hanya janji membelikan mainan, buat anak bisa berarti segalanya. 

Kita harus menghargai perasaannya dengan cara tetap meminta maaf. Gak boleh gengsi. Demikian pula untuk pelanggaran atas janji-janji lainnya pada siapa pun.

2. Sebisa mungkin jangan memberitahukan secara mendadak, kecuali kondisi darurat

Pexels.com/ketut-subiyanto
Pexels.com/ketut-subiyanto

Contoh, kita sudah ada janji temu dengan seseorang untuk minggu depan. Ternyata kita ada kegiatan lain di hari yang sama dan gak mungkin ditangguhkan. Maka, kita harus secepatnya memberitahukan hal itu pada orang yang sedianya akan ditemui minggu depan.

Dengan begitu, dia bisa menggunakan jam dan harinya untuk agenda yang lain. Kita gak boleh merasa paling sibuk, sehingga menganggap waktu orang lain gak penting. Makin cepat kita memberitahukan pembatalan, makin berkurang kemungkinan seseorang akan merasa sangat kecewa atau dirugikan.

3. Katakan dengan jujur penyebabnya, gak usah bohong

Pexels.com/cliff-booth
Pexels.com/cliff-booth

Kadang-kadang, kita terlalu ingin mendapatkan pengertian dari orang lain. Sampai-sampai kita mengarang berbagai alasan pembatalan janji. Biar alasannya terdengar masuk akal dan penting banget.

Padahal, merekayasa penyebab pembatalan janji malah bisa membuatnya terdengar sangat gak logis bagi orang lain. Kayak mereka gak punya pengalaman hidup saja. Daripada ketahuan berbohong, lebih baik katakan saja apa adanya.

4. Mintalah waktu untuk memenuhi janji itu di kemudian hari jika ia tidak keberatan

Pexels.com/cowomen-1058097
Pexels.com/cowomen-1058097

Tentu saja, kita gak bisa memaksa seseorang untuk memberikan kesempatan lain pada kita. Namun, ini tetap perlu dicoba. Selain mungkin kita memang ada keperluan dengannya, juga sebagai tanda kita gak sekadar mempermainkannya dengan janji-janji.

Kita masih serius ingin menepatinya sekalipun belum bisa sekarang. Namun ingat, jangan sampai kita terlalu mengatur waktu pemenuhan janji berikutnya. Berikan kesempatan untuknya menentukan waktu, dan kita yang bergantian mengalah dengan mengikuti saja.

5. Menyampaikan pembatalan secara langsung pada seseorang akan lebih baik

Pexels.com/samson-katt
Pexels.com/samson-katt

Kalaupun gak bisa bertemu, kita bisa menelepon atau mengirim pesan. Bukan sekadar meminta orang lain menyampaikan padanya. Dengan menyampaikan secara langsung, dia akan merasa lebih dihargai.

Pun jika ada hal-hal yang perlu ditanyakannya, kita jadi bisa langsung menjawabnya. Ini penting banget untuk menghindari kesalahpahaman. Kita juga bisa lebih menunjukkan penyesalan atas keharusan membatalkan janji tersebut.

 

Di tengah banyaknya urusan, kadang-kadang memang ada janji yang mau tidak mau harus dibatalkan. Kuncinya adalah mengomunikasikannya sebaik mungkin pada semua pihak yang terlibat. Jika ini dilakukan, mereka pasti akan bisa memahaminya, kok.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us