Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Nasihat Pernikahan jika Suami Lebih Muda dari Istri

ilustrasi suami dan istri sedang berpelukan (pexels.com/Annushka Ahuja)
ilustrasi suami dan istri sedang berpelukan (pexels.com/Annushka Ahuja)
Intinya sih...
  • Penting untuk menjaga keseimbangan peran suami dan istri dalam pernikahan, tanpa terjebak pada stigma usia.
  • Komunikasi terbuka dan saling menghargai peran masing-masing sangat penting untuk menjaga hubungan yang harmonis.
  • Perbedaan usia bukanlah masalah asal diiringi dengan komunikasi sehat, kepercayaan, dan kerja sama.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kabar pernikahan Luna Maya dan Maxime Bouttier membuat seluruh masyarakat Indonesia turut berbahagia. Salah satu hal yang menarik dari pernikahan ini ialah usia Maxime Bouttier yang jauh lebih muda dari Luna Maya. Meski begitu, pernikahan suami jauh lebih muda bukanlah hal yang tabu. Banyak pasangan yang menjalani pernikahan bahagia dan langgeng meski usia suami lebih muda daripada istri.

Pernikahan bukan soal siapa yang lebih tua, tapi bagaimana dua orang bisa saling menerima dan tumbuh bersama. Namun, ketika istri lebih tua dari suami, sering muncul pertanyaan dan stigma dari lingkungan sekitar, mulai dari anggapan bahwa istri pasti dominan sampai kekhawatiran suami akan cepat bosan. Kalau kamu sedang menjalani atau mempertimbangkan pernikahan seperti ini, yuk, simak beberapa nasihat yang bisa bikin hubungan kamu dan pasangan tetap hangat serta harmonis tanpa drama usia!

1. Bagaimana pun juga, suami adalah imam yang wajib dipatuhi

ilustrasi pasangan menikah (pexels.com/ONEPROPHOTO PHOTO & CINEMA )
ilustrasi pasangan menikah (pexels.com/ONEPROPHOTO PHOTO & CINEMA )

Dalam beberapa agama dan budaya, penting untuk tetap menempatkan suami pada posisinya sebagai pemimpin rumah tangga. Ini bukan perihal siapa yang lebih dominan, melainkan tentang keseimbangan peran dalam pernikahan. Melihat perannya, suami adalah imam alias orang yang bertanggung jawab secara spiritual, emosional, dan moral terhadap keluarganya.

Sebagai istri, memberi ruang bagi suami untuk menjalankan peran ini bukan berarti merendahkan diri. Justru, ini menunjukkan kedewasaan dan rasa saling percaya. Kamu bisa tetap memberi masukan, berdiskusi, bahkan membimbing dengan cara yang lembut dan suportif, tanpa membuatnya merasa "di bawah" hanya karena usiamu lebih tua.

Menghormati peran suami juga bisa memperkuat rasa percaya dirinya, apalagi jika dia merasa ada tekanan dari luar karena beda usia. Saat suami merasa dihargai, dia pun akan lebih siap memimpin dengan bijak dan bertanggung jawab. Jadikan rumah tangga sebagai tim yang solid dengan suami sebagai nakhoda, sementara istri sebagai pendamping setia yang selalu siap memberi arahan saat dibutuhkan.

2. Fokus pada kematangan emosional, bukan umur di KTP

ilustrasi suami dan istri sedang berpelukan (pexels.com/Annushka Ahuja)
ilustrasi suami dan istri sedang berpelukan (pexels.com/Annushka Ahuja)

Banyak orang lupa kalau umur tak selalu berbanding lurus dengan kedewasaan. Ada suami muda yang berpikiran jauh lebih dewasa dari usianya. Selain itu, istri yang lebih tua juga belum tentu akan “menggurui” suaminya. Jadi, daripada fokus ke angka, lebih baik evaluasi bagaimana kalian berdua menghadapi konflik, berkomunikasi, dan membuat keputusan bersama.

Komunikasi terbuka soal harapan dan kekhawatiran sangat penting. Jangan sungkan membicarakan hal-hal seperti finansial, rencana anak, bahkan perbedaan gaya hidup. Intinya, jangan takut beda usia, tapi takutlah kalau kalian gak bisa ngobrol dengan terbuka.

3. Jangan terjebak peran tradisional

ilustrasi istri sedang membantu suami berpakaian (pexels.com/Ketut Subiyanto)
ilustrasi istri sedang membantu suami berpakaian (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Di dalam masyarakat, terdapat ekspektasi bahwa suami harus lebih tua, lebih mapan, dan jadi pemimpin rumah tangga. Namun, pada era modern, peran ini bisa fleksibel. Suami bisa saja lebih muda, tapi ia tetap bisa jadi pendamping yang suportif dan bertanggung jawab.

Sebaliknya, istri yang lebih tua bukan berarti harus mothering atau lebih dominan. Yang penting ialah saling menghargai dan saling menguatkan, tanpa perlu memaksakan peran yang ideal menurut masyarakat. Intinya, kamu bebas bikin aturan dalam pernikahanmu sendiri.

4. Jaga penampilan dan energi positif

ilustrasi self-care (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)
ilustrasi self-care (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Walau terdengar klise, menjaga penampilan dan energi tetap penting, lho. Ini bukan untuk memenuhi ekspektasi orang, melainkan demi kepercayaan diri sendiri. Apalagi jika kamu adalah istri yang lebih tua, rasa percaya diri bisa jadi senjata utama untuk merasa tetap menarik dan dicintai.

Tenang-tenang, ini gak berarti harus melakukan operasi dan segala macam agar tampil seperti ABG. Ini lebih pada merawat diri, menjaga kesehatan, dan punya gaya hidup aktif. Selain itu, jaga energi positif di rumah tangga, misalnya dengan humor, empati, dan rasa syukur. Ingat, berapa pun usia istri, sangat penting untuk selalu menjaga penampilan agar suami betah di rumah.

5. Hadapi omongan orang lain dengan kepala dingin

ilustrasi dua orang sedang berbicara (pexels.com/August de Richelieu)
ilustrasi dua orang sedang berbicara (pexels.com/August de Richelieu)

Kamu mungkin akan mendengar komentar, “Kok suaminya kelihatan kayak adik, ya?” atau, “Hati-hati nanti dia lirik yang lebih muda, lho.” Ini menyebalkan, memang. Meski begitu, jangan langsung emosi atau merasa minder, apalagi sampai menjadikan ini bahan pertengkaran dengan suami.

Daripada terpancing, hadapi dengan senyuman dan rasa percaya diri. Ubah persepsi orang dengan menunjukkan bahwa hubungan kalian sehat dan penuh cinta. Ingat, yang menjalani adalah kamu dan pasangan, bukan mereka. Ketenangan dan kekompakan kalian adalah jawaban terbaik untuk semua nyinyiran orang lain.

Menikah dengan laki-laki yang lebih muda bukan masalah asal kalian tahu cara menavigasi dinamika yang ada. Perbedaan usia justru bisa membuat pernikahan kalian terasa unik. Ini akan berjalan lancar jika dibarengi dengan komunikasi sehat, kepercayaan, dan kerja sama. Ingat, yang bikin rumah tangga langgeng bukan usia, melainkan cara kalian memperlakukan satu sama lain. Jadi, jangan ragu menjalani pernikahan beda usia. Yang terpenting, cinta dan komitmen kalian lebih besar dari semua perbedaan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Eka Ami
EditorEka Ami
Follow Us