5 Ukuran Kaya yang Sering Dilupakan, Tak Sebatas Flexing di Medsos

Pernah gak sih, kamu merasa capek sekali mengejar kekayaan? Dirimu ingin seperti orang-orang di luar sana yang terlihat kaya. Mereka bisa leluasa menikmati hidup dengan berlibur ke mana saja dan kapan pun. Sementara itu, dirimu setiap hari bergelut dengan pekerjaan demi mendapatkan penghasilan yang sekadar cukup buat hidup.
Memang melihat kehidupan yang ditampilkan orang lain terutama melalui media sosial dapat membuatmu merasa miskin sekali. Boleh jadi semua yang diperlihatkan dalam unggahan mereka belum ada dalam hidupmu. Mereka punya lebih dari satu kendaraan, sedangkan dirimu ke mana-mana masih naik kendaraan umum.
Teman-teman sudah memiliki rumah. Kamu masih mengontrak atau indekos. Mereka juga berlibur ke berbagai tempat. Namun, dirimu cuma libur kerja saat benar-benar sakit. Apakah kamu tergolong miskin atau ada ukuran lain tentang kekayaan yang belum dipertimbangkan? Dirimu gak layak disebut miskin apabila memenuhi lima standar berikut. Ingat, ukuran kaya yang sering dilupakan berikut ini patut untuk disyukuri jika kamu memilikinya!
1. Gak punya utang dan kebutuhan terpenuhi dengan baik

Berapa utangmu yang belum lunas? Utang ini tidak hanya berupa pinjaman tunai. Bisa juga dalam bentuk modal usaha berupa pinjaman alat dan berbagai cicilan. Kalau dirimu bahkan tidak punya utang sama sekali, kamu bukan orang miskin. Dirimu termasuk kaya sebab tanpa berutang pun, kebutuhan hidupmu masih terpenuhi dengan baik.
Jika pun kamu belum punya rumah, kebutuhan akan tempat tinggal tercukupi dengan cara indekos atau mengontrak. Lain dengan seandainya dirimu gak memiliki utang karena menahan diri begitu keras dari kemungkinan merepotkan orang lain. Akan tetapi, kebutuhanmu serta keluarga yang menjadi tanggunganmu menjadi tak terpenuhi.
Seperti kalian terpaksa hanya makan sekali sehari atau menyantap menu yang tidak layak. Ini masuk kategori miskin sekalipun kamu tak mempunyai utang pada pihak mana pun. Jika dirimu bahkan masih dapat membeli kuota internet serta membaca artikel ini, tandanya hidupmu relatif baik-baik saja.
2. Punya utang, tapi aset masih jauh lebih besar

Tidak punya utang dan hidup masih berjalan dengan sangat baik tentu yang utama. Akan tetapi, andai kamu memiliki utang juga bukan lantas pasti miskin. Tergantung perbandingan antara utang dengan aset yang dipunyai. Sebagai contoh, dirimu sebetulnya memiliki deposito, emas, bahkan properti yang disewakan.
Kamu ingin menambah usaha yang memerlukan modal sebesar 50 juta rupiah. Uang di rekeningan tabungan biasa gak mencapai jumlah itu. Dirimu hendak mencairkan deposito merasa sayang lantaran belum jatuh tempo sehingga akan terkena penalti. Apalagi menjual emas sebab harganya bakal terus naik.
Begitu pula dengan menjual properti bernilai ratusan juta rupiah cuma buat menutup modal 50 juta rupiah. Kalau ini dilakukan, kamu kesulitan membeli properti pengganti dengan spesfikasi yang sama dan lokasinya strategis. Harga properti terus naik. Sisa uang penjualan propertimu mungkin cuma bisa buat membeli properti yang lebih kecil dan lokasinya jauh di pinggiran kota.
Maka kamu meminjam uang dari bank. Cicilannya gak seberapa dibandingkan keuntungan yang diperoleh dari usaha baru tersebut. Pembukaan usaha baru sama sekali tak mengganggu berbagai investasimu. Sebaliknya, terlihat kaya padahal miskin terjadi apabila utang lebih besar daripada total aset. Andai seluruh aset itu digunakan buat membayar utang, keuanganmu masih minus.
3. Merasa cukup

Kekayaan juga tidak hanya bisa diukur dari apa-apa yang masih dapat dihitung. Perasaanmu sendiri sebagai orang yang menjalani hidup berbekal uang yang dimiliki amat penting. Selama dirimu merasa cukup dan bukan kurang terus, kamu termasuk kaya. Perasaan terkadang lebih penting daripada realitas.
Misalnya, bagi temanmu gajimu yang 2,5 juta per bulan terlalu kecil. Dalan standar hidupnya, uang sebesar itu cuma cukup buat seminggu. Itu pun sudah mode hemat versinya. Belum termasuk kalau dia ingin membeli sesuatu yang bermerek terkenal. Pendapatanmu dalam sebulan masih kalah dari harga sepatu atau tasnya.
Baginya, kamu miskin karena pendapatanmu jauh lebih rendah daripada penghasilan atau standar kecukupannya. Namun, jangan khawatir sebab dirimu tetap kaya. Asalkan, menurutmu uang sebesar itu cukup untuk membiayai kehidupanmu. Cara buat menjadi orang kaya tidak sebatas bekerja sekeras mungkin dan mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya. Menumbuhkan rasa cukup juga penting.
4. Masih bisa berbagi berapa pun nominalnya

Dengan kamu dapat berbagi, artinya masih ada kelebihan rezeki per bulannya. Sekalipun untuk kamu dapat berbagi juga mesti hidup agak hemat, intinya dirimu tak kekurangan. Nominal sedekahmu tidak menjadi patokan kekayaanmu yang sesungguhnya. Kesediaan berbagi ialah kombinasi antara kekayaan materi dengan hati.
Contohnya, dengan gaji 2 juta rupiah kamu rutin berdonasi 100 ribu rupiah setiap bulannya. Pendapatan itu sebenarnya gak banyak sekalipun cuma buat membiayai satu orang di kota kecil. Namun, dirimu tetap mampu berbagi sebesar 5 persen dari total penghasilan. Bahkan bila sedekahmu lebih kecil dari itu, kamu masih disebut kaya.
Pilihan ada di tanganmu. Apakah dirimu hanya hendak mengejar standar kaya dari segi banyaknya harta yang dimiliki atau juga mengimbanginya dari jalur berbagi? Jangan sampai kamu memiliki banyak harta, tetapi selalu bilang tak punya uang saban ada kegiatan sosial. Statusmu sebagai orang kaya diragukan.
5. Tidak mengambil harta yang bukan milikmu

Sebanyak apa pun harta seseorang, selama ia masih suka mengambil uang atau barang milik orang lain artinya dia merasa terus kekurangan. Kekayaan yang dimiliki tidak membekas dalam hati. Ia hanya mengingat jumlah kekayaannya, tapi gak bisa benar-benar merasakannya. Orang yang sungguh-sungguh kaya tak akan menjatuhkan martabatnya dengan mencuri.
Termasuk tindakan korupsi yang merugikan negara. Koruptor atau pencuri apa pun bukan hanya gagal menyadari kekayaan yang sudah dipunyai. Mereka juga miskin dalam hal akhlak. Mereka tentu menolak jika disebut lebih miskin daripada orang yang hanya miskin dari segi materi. Namun, perbuatannya menunjukkan hal tersebut.
Bagaimana denganmu? Pernahkah kamu mengambil harta milik orang lain buat memperkaya diri? Jika tidak pernah sehingga martabatmu selalu terjaga, dirimu adalah orang kaya yang sesungguhnya. Orang kaya asli tak mengambil apa pun dari siapa pun seolah-olah ia lebih membutuhkannya.
Punya lebih banyak uang dan aset lainnya bagus buat menjamin kesejahteraan hidup. Akan tetapi, hindari mengartikan kekayaan secara sempit. Bisa-bisa kamu stres mengejar kekayaan dan tidak dapat menikmati hidup. Selagi dirimu berproses untuk meningkatkan kepemilikan materi, pahami ukuran kaya yang sering dilupakan yang bisa dijadikan topik untuk bersyukur.