Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Pemicu Belanja Impulsif yang Sering Gak Disadari

ilustrasi belanja (pexels.com/Dario Solano)

Apa yang paling sering bikin pengeluaranmu membengkak? Kalau pengeluaranmu meningkat hanya saat ada kebutuhan darurat, ini masih terbilang wajar. Selama dirimu sudah menyiapkan dana darurat biasanya masih bisa ditutup dengan baik. Gak sampai bikin tabunganmu minus.

Bulan depan kamu tinggal lebih giat menabung untuk mengganti sebagian dana darurat yang telah terpakai. Namun jika anggaranmu selalu bocor karena kebiasaan belanja impulsif, ini sangat berbahaya. Walaupun dirimu sudah melonggarkan anggaran untuk sebulan, sikap impulsif ketika berbelanja bisa membuatmu tetap kekurangan uang di akhir bulan.

Kamu sering asal mengambil produk yang dijual di minimarket atau supermarket. Atau, dirimu tanpa berpikir dua kali langsung checkout barang dari toko online. Tentu dorongan buat berbelanja impulsif ini ada penyebabnya. Kamu harus menyadarinya supaya lebih bisa menahan kebiasaan belanja yang tidak sehat. Seperti enam penyebab di bawah ini yang mesti diwaspadai.

1. Saat kamu gabut masuk toko swalayan

ilustrasi belanja banyak (pexels.com/Edward)
ilustrasi belanja banyak (pexels.com/Edward)

Gabut atau perasaan bosan dan gak tahu harus melakukan apa mestinya segera diatasi dengan mencari aktivitas yang tepat. Namun, kamu kerap kali langsung pergi ke minimarket terdekat atau mal sekalian jalan-jalan. Harapanmu, dengan jalan-jalan sebentar dan melihat-lihat produk maka gabutmu akan hilang dengan sendirinya.

Jalan-jalan memang bisa membantumu mengatasi kebosanan melalui waktu. Namun, lihat apa saja yang ada di dalam tas belanjamu. Dirimu bisa tanpa sadar menukar perasaan bosan itu dengan sejumlah belanjaan. Meski belanjaanmu tampaknya gak seberapa, bila ini sering dilakukan tentu akumulasi biayanya menjadi besar. 

Mulai sekarang toko swalayan menjadi tempat terlarang untuk dikunjungi ketika kamu merasa gabut. Pergilah ke sana hanya saat dirimu benar-benar sudah membuat daftar belanja bulanan. Atasi rasa bosanmu dan gak tahu mesti ngapain dengan kegiatan nonbelanja seperti beres-beres rumah sampai segala perabot bersih mengilap atau berolahraga.

2. Pergi bareng orang yang hobi belanja

ilustrasi belanja (pexels.com/Gustavo Fring)

Dengan siapa kamu pergi juga menentukan apa yang akan dibawa pulang. Apabila dirimu bepergian dengan orang yang gak suka belanja, tempat tujuannya saja sudah bukan mal. Kalaupun kalian jalan-jalan ke pusat perbelanjaan atau pasar tradisional terbesar di kotamu, dia tahan hanya melihat-lihat tanpa membeli apa pun.

Kamu cenderung mengikutinya atau cuma membeli sesuatu yang benar-benar dibutuhkan. Namun begitu dirimu pergi bersama orang yang gemar berbelanja, hati-hati. Sekalipun awalnya kamu gak ada niat buat membeli apa-apa, hasil akhirnya dapat sangat berbeda. Bila kalian mengunjungi 10 gerai, kawanmu mungkin berbelanja di 8 gerai.

Lalu di setiap gerai itu dia terus bertanya kamu gak beli apa-apa? Satu kalimat saja bisa membuatmu seketika merasa tidak enak kalau tak ikut berbelanja juga. Walaupun belanjaanmu tak sebanyak dia, tetap saja dirimu telanjur mengeluarkan uang tanpa perencanaan. Bila kamu ingin jalan bareng teman yang suka shopping, pastikan dirimu telah tahu akan membeli apa di mana. Tinggal ajak dia ke sana.

3. Bawa banyak uang tunai dan kemudahan pembayaran nontunai

ilustrasi siap berbelanja (pexels.com/Rulo Davila)

Berapa uang yang biasanya kamu bawa saat meninggalkan rumah? Kalau berapa pun banyaknya uang tunai di dompetmu selalu habis selepas bepergian, berarti besok-besok jumlahnya mesti dikurangi. Contohnya, setiap pagi dirimu membawa uang 300 ribu di dompet. Pulangnya masih tersisa 50 ribu rupiah pun sudah bagus.

Padahal, dirimu juga gak baru mengisi bahan bakar mobil sampai penuh. Uang sejumlah 250 ribu rupiah berceceran di berbagai tempat belanja termasuk mungkin aneka lapak yang menjual jajanan. Hanya sedikit sekali uang yang dipakai buat ongkos transportasi. Cobalah memangkas uang tunai di dompet menjadi setengah sampai sepertiga saja dari jumlah yang biasa dibawa. 

Kamu bakal terpaksa berpikir ulang sebelum membeli apa pun antara jam berangkat kantor sampai waktu pulang. Selain pembatasan uang tunai, dirimu juga perlu mewaspadai kemudahan aneka pembayaran nontunai. Kemajuan teknologi ini memang bermanfaat buat memudahkanmu.

Akan tetapi tanpa dibarengi dengan kendali diri yang baik, kamu dapat tak merasa mengeluarkan uang. Sampai tahu-tahu tagihan kartu kredit membengkak atau saldo tabungan serta dompet digital tinggal minimum. Pakailah satu dompet digital saja, tinggalkan kartu kreditmu di rumah, dan hanya membawa satu kartu debit dengan saldo terkecil di antara lainnya.

4. Emosi lagi gak stabil

ilustrasi di minimarket (pexels.com/Robert Nagy)

Kenali hubungan antara suasana hatimu dengan kebiasaanmu dalam berbelanja. Apakah kecenderunganmu berbelanja secara impulsif meningkat saat kamu lagi senang atau sedih sekali? Bila ya, maka ada beberapa hal yang perlu dilakukan. Pertama, ekspresikan emosimu dengan cara yang sama sekali tak mengeluarkan uang.

Ketika dirimu sedih sekali misalnya, ceritakan apa yang sudah menimpamu pada orang yang dipercaya. Kamu juga bisa menyanyikan lagu-lagu sedih di kamar untuk mewakili perasaanmu. Kedua, dirimu masih boleh mengekspresikan emosi dengan mengeluarkan uang. Namun, harus lebih bijaksana dan bermanfaat ketimbang sekadar belanja impulsif yang gak jelas.

Contohnya, kamu bahagia sekali oleh sesuatu dan merasa siap bersikap jauh lebih royal daripada biasanya. Jauhi toko online dan offlne lalu ganti dengan dirimu menyiapkan rencana syukuran bersama anak-anak di panti asuhan. Ini akan membuat pengeluaranmu lebih terkendali dan bermanfaat. Dijamin setelahnya gak ada penyesalan dan malah meningkatkan kebahagiaan serta rasa syukurmu.

Ada juga cara lain yang bisa dicoba dan dikembangkan sesuai kreativitasmu. Misalnya, saban emosimu lagi gak stabil, titipkan sebagian besar uang tunai dan kartu kredit maupun debitmu ke pasangan yang lebih disiplin soal keuangan. Katakan bahwa dirimu menitipkannya demi tidak tahu-tahu belanja impulsif karena lagi stres atau terlalu senang oleh sesuatu.

5. Promo-promo menarik

ilustrasi melihat-lihat pakaian (pexels.com/Arina Krasnikova)
ilustrasi melihat-lihat pakaian (pexels.com/Arina Krasnikova)

Memanfaatkan promo dengan kesadaran penuh antara kebutuhan serta kemampuan membayar tentu gak salah. Bahkan adanya promo membantumu mencukupi kebutuhan serta sebagian keinginan dengan lebih hemat. Tapi jangan lantas silau pada setiap promo yang ditawarkan.

Dari sekian banyak promo yang diiklankan, manfaatkan sebagian kecilnya saja tetapi yang paling menguntungkan buatmu. Contohnya, dirimu membutuhkan produk-produk tertentu setiap bulannya. Maka pilih promo yang cocok dengan produk tersebut dan diskonnya terbesar. 

Misalnya, kamu sudah hafal suatu produk diskon besar di tanggal dan bulan kembar seperti 9.9 atau 10.10. Berarti di luar tanggal itu dirimu gak perlu membelinya meski tetap ada promo. Harga setiap produk di toko online bisa naik dan turun berkali-kali tidak hanya dalam sebulan, tapi bahkan sehari. Belilah saat ada promo terbaik saja.

6. Peran influencer

ilustrasi melihat-lihat produk (pexels.com/Rachel Claire)
ilustrasi melihat-lihat produk (pexels.com/Rachel Claire)

Sumber cuan bagi influencer memang di antaranya mengiklankan produk. Di tangan influencer yang tepat, produk dapat terlihat jauh lebih menarik buat dicoba. Ini sama sekali bukan hal yang salah sebab itulah pekerjaannya. Akan tetapi, kamu sebagai penonton iklan di media apa pun mesti bersikap kritis. 

Sesuka apa pun dirimu pada influencer tertentu, kamu gak punya kewajiban buat membeli setiap produk yang ditawarkannya. Bahkan bila konon katanya, produk itu telah dicobanya dan cocok. Kamu bukan dia serta memiliki tanggung jawab finansialmu sendiri. Dirimu juga bisa membuat daftar produk-produk yang pernah dibeli karena terpengaruh oleh influencer, tapi ternyata tidak cocok untukmu.

Itu akan menambah kesadaranmu bahwa semua pesohor di dunia ini boleh menawarkan apa pun. Namun, masyarakat khususnya kamu juga mesti punya daya tahan dalam menghadapi gempuran iklan. Jangan lupa untuk mengurangi aktivitas di medsos atau mengikuti influencer bila sering kali itu mendorongmu buat belanja impulsif.

Belanja impulsif dapat tidak terasa sebagai masalah kalau seseorang mempunyai pendapatan yang amat besar. Sampai-sampai seperti tidak ada yang mahal baginya. Buat kamu yang memiliki pendapatan terbatas dan masih banyak kebutuhan yang mesti dicukupi, dorongan untuk belanja impulsif harus dilawan sekuat tenaga. Berbelanjalah dengan kesadaran penuh.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us